Kemala adalah seorang wanita mandiri yang masih memiliki suami. Namun karena suami yang sangat pelit ia terpaksa bekerja sambil membawa anak nya yang masih kecil. setiap hari Burhan suaminya hanya memberi uang sebesar 10.000 rupiah beserta uang jajan untuk nya. Selama menikah dengan Burhan ia hanya tahu bahwa Burhan adalah seorang supir truk pengangkut sawit, tanpa ia ketahui suaminya itu adalah manajer di perusahaan kelapa sawit terbesar di kota itu. bagaimana kah kelanjutan rumah tangga Kemala? akan kah badai itu terus menerus datang ataukah akan ada pelangi setelah hujan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Istriku Pelit
POV Burhan
Kemala ku nikahi beberapa tahun yang lalu. Aku harus bersaing dengan pemuda yang lain untuk mendapatkan dirinya yang menjadi primadona di desa itu.
Semenjak anak ku Aska lahir, ia menjadi tidak terawat. Bahkan wajah nya tampak lebih tua dari ibuku. Padahal aku selalu memberikan ia uang.
Setelah Abang ku meninggal, aku merasa sangat kehilangan. Kasian sekali anak nya yang masih kecil harus menjadi yatim.
"Kak Tiwi, kakak tenang saja aku akan membantu kakak membesar kan Tika." Ucap ku kala itu di depan nisan Abang ku.
"Ia Tiwi, jangan khawatir ya nak. Kamu tetap menantu ibuk. Kamu masih boleh tinggal di rumah bersama ibuk." Ibu ku pun ikut menimpali.
"Terima kasih ya ibuk dan Burhan sudah mau menerima Tiwi." Ucap nya kala itu dengan air mata yang menganak sungai.
Mulai hari itu waktuku di habis kan untuk Tika. Aku sangat menyayangi nya. Begitu pula dengan ibuku. Dari dulu ibu sangat suka anak perempuan. Dan sial nya istriku harus melahirkan anak laki-laki.
"Anak perempuan itu kalau nikah nya nanti udah ada suami yang menanggung. Beda dengan anak laki-laki. Banyak yang harus dipersiapkan."
Begitulah kata-kata yang selalu dilontarkan oleh ibuku ketika kutanya mengapa beliau tidak bahagia saat anak ku lahir.
Suatu hari Tika ingin bermain bersama Aska, aku mengantar kan nya kerumah ku untuk di jaga oleh Kemala. Dia kan hanya pengangguran jadi pasti bisa kalau hanya menjaga dua anak saja.
Namun aku sangat terkejut saat Kemala tidak mau memberikan apa yang di inginkan Tika keponakan ku.
"Kau itu pelit sekali Kemala! Hanya karena jamur kau buat Tika menangis."
"Bang, Aska sudah lelah dan lapar. Hanya ada jamur ini yang tersisa dirumah kita . Bukankah Abang memiliki banyak uang? Belikan lah Tika jamur di pasar. Jangan Abang ambil apa yang menjadi milik anakku."
"Berani sekali kau Kemala!"
Aku langsung menen dang nya. Siapa suruh dia berani memberontak kepada suaminya. Namun, seberat apapun pukulan dan tenda-ngan, Kemala tetap memegang plastik yang berisi jamur itu dengan erat.
"Pelit, kau memang istri yang pelit Kemala! Hanya karena jamur itu?" Tunjuk ku ke arah plastik yang masih di genggam nya erat.
Habis sudah kesabaran ku menghadapi perempuan pelit ini. Aku takut jika ku lanjutkan, akan mengancam nyawanya. Aku belum mau ditangkap karena telah membunuh istriku.
Disana kulihat Aska menatap ku dengan pandangan yang menusuk. Tidak ada lagi air mata, ia bahkan tidak menangis seperti biasanya. Apakah ia sudah kebal?
Tika sudah berhenti menangis saat kulihat tadi ia duduk di depan rumah tetangga kami. Kulihat ia sedang tertawa menyaksikan anak-anak tetangga yang bermain.
"Tika mau bakso?" Tanyaku saat melihat ada tukang bakso yang lewat.
"Mau om. Tika suka bakso."
Aku pun membelikan semangkuk bakso untuk Tika. Aku sangat senang saat melihat nya makan dengan lahap.
"Yah, untuk Aska mana bakso nya?"
"Apa? Mau bakso? Kau itu anak yang pelit. Untuk saudara mu saja tidak mau berbagi. Tidak ada bakso." Ucapku sambil mendorong pelan tubuh nya.
Ku biarkan saja ia mengadu kepada ibunya yang pelit itu. Biar tahu mereka berhadapan dengan siapa.
Sesaat kemudian aku mencium bau masakan yang sangat lezat. Ternyata istriku telah mengolah semua jamur itu. Seketika timbul ide dalam kepalaku.
"Tika masih mau makan jamur?"
"Mau om. Tika kan suka sekali jamur."
Diam-diam ku lihat anak dan istriku entah pergi kemana, lalu ku ambil satu mangkuk yang berisi jamur dan menuangkan nya ke mangkuk bakso milik Tika dan tidak lupa mengambil sedikit nasi. Kami pun memakan jamur kuah bakso yang enak itu.
Biarkan saja anak dan istriku mencari kesana kemari. Siapa suruh mereka pelit tidak ingin berbagi.