NovelToon NovelToon
Anak Bos Yang Kabur

Anak Bos Yang Kabur

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / CEO / Anak Genius / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: lady vermouth

Seorang bocah ikut masuk dalam mobil online yang di pesan Luna tanpa ia sadari karena mengantuk. Setelah tahu bahwa ada bocah di sampingnya, Luna ingin segera memulangkan bocah itu, tapi karena kalimat bocah itu begitu memilukan, Luna memilih merawat bocah itu beberapa hari.

Namun ternyata pilihannya merawat bocah ini sementara, membawa dampak yang hebat. Termasuk membuatnya berurusan dengan polisi bahkan CEO tempatnya bekerja.

Bagaimana kisah Luna membersihkan namanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lady vermouth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 5

"Ini perlu persetujuan Pak Ian. Harus minta tanda tangan dulu," kata Luna.

 

"Aku tahu. Kamu cepat ke HRD gih. Pak Ian kan, ada di sana sekarang. Mumpung lagi ke sini." Karin bersemangat mendorong Luna untuk maju. Luna langsung malas saat Karin menyebut HrD. Karena baru saja ia dari ruangan itu dan kena omel.

 

"Kamu sendiri kenapa sih?" Luna enggan.

 

"Biasanya juga kan ACC Pak Ian lewat kamu atau Mbak Mera. Bukan langsung ke sana," kilah Karin yang sebenarnya malas kesana.

 

"Kita kesana bareng," tegas Luna sambil melebarkan bola matanya. Karin mengiyakan. Karena kadang susah sekali Pak Ian muncul. Kita harus datang khusus ke ruangannya di lantai atas. Itu agak horor karena orangnya dingin.

 

Mereka berdua berjalan menuju ruangan HRD. Menurut Rafa, Pak Ian dan Danar masih di dalam.

 

Tok! Tok!

 

Setelah ketukan kedua, pintu ruangan HRD terbuka. Danar ternyata di balik pintu.

 

"Pak Ian ada?" tanya Luna.

 

"Ya. Ada apa?" tanya Danar.

 

"Mau minta acc, Pak." Luna menunjukkan berkas di tangannya. Danar melihat berkas di tangan Luna. Kemudian melirik Karin yang berdiri di belakang Luna.

 

“Dia ikut?” tanya Danar menunjuk Karin dengan matanya.

 

“Ya. Ini ada hubungannya dengan pekerjaannya,” kata Luna memberi penjelasan.

 

"Masuklah."

 

Setelah di ijinkan, Luna dan Karin masuk ke dalam. Ia melihat pria itu menoleh ke arahnya. Mungkin mendengar suara di pintu, dia menunggu siapa yang datang mencarinya. Kepala Luna mengangguk memberi hormat.

 

Sepertinya pembicaraan dengan HRD jadi terhenti karena dia.

 

"Ada apa?" tanya Pak Ian dengan sorot mata tajam.

 

"Minta acc proposal untuk acara yang di adakan saat ulang tahun perusahaan," jawab Luna. Ia bergerak maju, lalu menyerahkan berkas kepada Ian.

 

Pria itu membaca berkas. Ada kebiasaan tertentu saat Ian membaca berkas. Ia menghela napas dulu, lalu membaca berkas seraya mengerutkan keningnya. Kadang salah satu jarinya menyentuh keningnya sendiri. Seperti menyamarkan kerutan di keningnya.

 

Semua diam tidak mengeluarkan suara.

 

Beberapa menit berkas itu di baca, Ian mendongak. Luna dan Karin sudah siap untuk di tanyai.

 

"Aku tanda tangani dulu. Sudah aku baca sebagian. Luna bisa baca lagi nanti. Jika ada yang tidak tepat, beritahu saya," kata Ian melihat ke arah Karin dan Luna bergantian.

 

"Baik Pak." Karin dan Luna menjawab hampir bersamaan.

 

"Kami akan kembali ke ruangan. Terima kasih," pamit Luna. Ian mengangguk.

 

Saat itu, Danar melihat sosok Luna dari belakang. Sesaat ia sadar bahwa sosok itu mirip dengan perempuan yang tadi ada di area parkir, Danar memanggil.

 

"Kamu yang ada di area parkir tadi, Luna?" tanya Danar. Mungkin karena tadi Luna memakai jaket di luar pakaiannya sekarang, jadi Danar masih butuh waktu untuk langsung mengenalinya.

 

Luna yang hampir sampai di dekat pintu berhenti melangkah. Walaupun Karin tidak di panggil, tapi karena dia datang bersama Luna dia pun ikut berhenti.

 

Mendengar Danar membahas soal orang yang telah membuat mobil mengerem dengan dahsyat tadi, Ian menoleh ke arah Luna.

 

"Parkir? Ya. Saya hari ini memang membawa motor." Luna mengangguk. Wajah perempuan ini tampak bingung. "Ada apa, Pak?" tanya Luna tidak sanggup menahan ras ingin tahunya. Danar menatap Luna beberapa detik. Ini membuat Luna berdebar. Dia was-was.

 

"Motor kamu matic warna putih, itu?" selidik Danar. Karin melirik ke kawan di sampingnya.

 

"I-iya." Luna makin tidak tenang.

 

"Saya rasa, Luna orangnya Pak," kata Danar mengadukan pada Ian. Semua mata memandang ke arahnya. Luna melebarkan mata dan mengedipkan mata berulang kali. Masih belum paham, apa yang di maksud Danar, orang kepercayaan Ian.

 

Mendengar pengaduan Danar, Ian melirik ke samping.

 

Ada apa ini? batin Luna di dalam hati.

 

...***...

 

Luna menundukkan kepalanya saat Danar menceritakan kejadian tadi pagi padanya. Ia sangat malu. Kening Pak Ian memang agak memar sedikit. Namun ia tidak menduga itu karena dirinya.

 

"Luna mungkin terburu-buru karena hari ini dia datang lebih siang daripada biasanya," ujar Kak Mona memberi tahu. Bermaksud memberi bantuan pada Luna. Namun sayangnya, Ian justru melemparkan pertanyaan pada Luna. Dimana itu adalah marah.

 

"Kamu terlambat?" tanya Ian seraya menyipitkan matanya. Luna diam. Dia tidak berani mengatakan apa-apa. "Lain kali datanglah lebih siang kalau kamu tidak sayang nyawa orang lain atau kamu sendiri seperti tadi," kata Ian membuat Luna makin meremas jari-jarinya yang bertaut. Danar dan Mona menunduk mendengar itu.

 

Pak Ian sangat marah. Beliau pasti lagi badmood sampai menunjukkan aura hitamnya sekarang.

 

"Maafkan saya, Pak. Lain kali tidak akan saya ulangi lagi," kata Luna membungkukkan tubuhnya. Sebuah dering ponsel berdering. Itu milik Ian.

 

"Kita pergi sekarang, Danar," ajak Ian yang beranjak dari kursi. Bicara sebentar dengan kak Mona, lalu berjalan keluar melewati Luna dan Karin tanpa menoleh lagi. Luna meringis setelah kepergian Ian. Mereka berpamitan kembali ke ruangan pada Kak Mona.

 

"Eh, Pak Ian kok jadi menakutkan begitu sih?" tanya Karin yang bergidik. "Baru kali ini aku melihat beliau begitu. Apakah beliau lagi punya masalah, jadinya marah ke kita?" tanya Karin.

 

"Entah. Aku tidak tahu. Yang pasti, Pak Ian akan menandaiku sebagai karyawan bermasalah. Selain terlambat, aku juga sudah membuat dahinya merah karena terantuk. Pasti sangat keras karena masih membekas," keluh Luna.

 

"Terima saja nasibmu kawan," kata Karin seraya menepuk pundak Luna. Bibir Luna menipis kesal. "Memangnya, kamu enggak tahu apa ada mobil Pak Ian tadi pagi?"

 

"Aku terburu-buru lihat jam. Itu sudah mepet. Jadi mana sempat lihat kemana-mana," geram Luna.

 

"Ngerti sih. Ternyata kamu memilih lawan yang salah, sobat." Lagi-lagi Karin menepuk punggung Luna.

 

"Payah. Bisa canggung nih kalau Pak Ian ingat terus cerita ini," keluh Luna. Karin terkekeh. "Jangan ketawa. Ini juga gara-gara kamu. Jika kamu enggak minta tanda tangan dan maksa ke Pak Ian sekarang, mungkin aku enggak bakal kena damprat sama Pak Ian."

 

"Ye ... Aku yang di salahin. Yang ngebut pakai hampir nabrak mobil Pak Ian siapa ...," cibir Karin.

 

...***...

 

Kantor polisi.

 

"Melihat cctv yang di serahkan orang-orang Anda, sepertinya putra Anda hilang di area perusahaan. Masuk ke dalam mobil dengan seorang perempuan.”

 

"Perempuan?" Ian mengerutkan kening.

 

“Benar. Sayangnya kepala pelaku menunduk dan wajah perempuan itu tertutupi oleh rambutnya. Namun kita bisa melacak nopol mobil itu." Polisi menjelaskan.

 

"Langsung cari dan temukan." Nada bicara Ian sangat dingin. Hingga polisi tadi sempat tertekan.

 

"Kita akan melakukan yang terbaik Pak Ian." Kabid Humas kepolisian Ginanjar muncul. Dia sudah mengenal keluarga Ian.

 

"Aku harap itu benar," timpal Ian tidak sabar. Ian memang baru memberi laporan orang hilang saat malam sekitar jam 6 kemarin. Tepat sepulang kerjanya.

 

Ketika itu dia yang mengira Elion sedang tidur, datang ke kamar bocah itu. Namun saat bertemu bibi pengasuh, beliau justru bertanya tentang bocah itu. Karena Elion bilang akan ikut papa-nya ke kantor.

 

Ian terkejut. Saat itulah dia langsung melaporkan ke pihak kepolisian sambil tetap mencari kemungkinan dimana bocah itu berada.

...______...

1
Lies Atikah
semoga kembar thor biar rame hehe
Lies Atikah
Gak Jelas banget Si Lan ini udah luna jangan maksa orng yang plinplan tinggalin dulu beri pelajaran enak aja memperlakukan orang kaya sampah keterlaluan kamu Lan
Lies Atikah
oh jadi Lan itu bertepuk tangan sebelah alama cian banget
Lies Atikah
sat set lan gas keun kalau suka bilang langsung tonk plitat plitut
Lies Atikah
selidiki lan hari gini percaya surat wasiat kecuali langsung dari mulut istri mu sebelum meninggal nah baru tuh yakin
Lies Atikah
lan mah pelit masa gak bawa apa 2 bawa batu ke mana bawa anak lagi
Lies Atikah
semoga segera ketahuan belang nya si manora
Lies Atikah
pintar dikit napa sih Lan kamu kan ceo masa bisa di kadalin bodoh di pelihara
Lies Atikah
mampir thor
Ririn Nursisminingsih
Ian juga bodoh percaya aja sama suray wasiat.. selidiki dulu dong
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Mrs.Riozelino Fernandez
bahasa kalbu mereka perlu di acungi jempol...TOP 😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😂😂😂😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😆😆😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Siti Nurjanah
oh ternyata karin yg dengar kirain danar
Siti Nurjanah
betul itu lan..... dan mulailah untuk menyelidiki
Siti Nurjanah
apa dulu yuda dan lan mencintai orang yg sama trs dia memilih lan. dan sekarang yuda punya dendam dgn lan
Siti Nurjanah
jd geram q ama lanbkatanta CEO yg di takuti kenapa bodoh bgt tidak menyelidiki keakuratan surat wasiat itu. semoga asprinya tau kalau pengacara dan naura punya kesepakatan. dan tau kalau srlain lan naura punya kakasih lain
Siti Nurjanah
jangan " yuda pengacara lan adalah mantan luna
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!