NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dibalik insiden

"Hilang ingatan?"

"Iya, Yang Mulia Kaisar." jawab Tabib Zhong. "Saya sudah memeriksanya secara langsung, dan benar Selir Agung Wu Li Mei melupakan beberapa kejadian yang pernah ia alami. Yang Mulia Selir juga mengeluh sering sakit kepala setelah bangun tidur."

Kaisar Zhou mengerutkan keningnya, "Apakah penyakit seperti itu benar ada?"

Tabib Zhong mengangguk, "Dari beberapa catatan arsip kesehatan di seluruh negeri, saya pernah membaca ada lima catatan seputar hilang ingatan, Yang Mulia." jelasnya. "Rata-rata dari mereka memiliki penyebab yang sama, yaitu benturan di kepala."

Kaisar Zhou mengangguk-angguk, "Ya, terima kasih atas bantuanmu Tabib Zhong. Kau boleh pergi."

"Terima kasih, Yang Mulia. Semoga kaisar hidup seribu tahun."

Tabib Zhong segera pergi, ia juga harus meresepkan obat untuk diminum Wu Li Mei di pagi hari saat peningnya kambuh lagi.

"Kasim Hao!" panggil Kaisar Zhou.

"Iya, Yang Mulia." jawab seorang pria yang selalu setia berada di samping kaisar.

"Aku ingin mengunjungi Selir Agung, persiapkan sekarang." titahnya.

"Baik, Yang Mulia."

Bagaimana pun Kaisar Zhou Xiu Huan harus memastikan sendiri keadaan Wu Li Mei, wanita itu bagai ular berbisa, ini bisa saja menjadi akal-akalan wanita itu untuk menarik perhatiannya, dan kembali menyebabkan banyak masalah.

Tapi, mengingat apa yang baru saja wanita itu alami, sedikit simpati ada dalam hati Kaisar untuknya. Wu Li Mei tentu sudah melalui masa sulit, sudah banyak tabib yang menyerah untuk membangunkannya. Kaisar juga mengira mungkin Li Mei sudah tidak tertolong, tapi nyatanya wanita itu lebih kuat.

"Jadi, bagaimana keadaanmu?" tanya Kaisar Zhou.

Wu Li Mei menyambut kedatangan Kaisar dengan baik, kunjungan mendadak dari sang kaisar cukup membuatnya gusar. Bagaimana pun, Marissa yang sekarang ada di raga Wu Li Mei belum siap untuk bertemu dengan banyak orang yang asing.

"Saya sudah lebih baik setelah meminum obat, Tabib Zhong memberikan obat yang tepat." jawab Wu Li Mei, "Terima kasih, dan maaf, sudah membuat Yang Mulia khawatir." balas Li Mei datar. Dalam hati, wanita itu berdoa agar tidak salah bicara.

Wu Li Mei menatap ke arah kolam teratai, dimana rona jingga memantul indah di permukaan air. Udara sejuk sore hari dan ketenangan ini, membuatnya damai.

Wu Li Mei menyambut sang kaisar di taman belakang paviliunnya, sebuah pondok kecil di samping kolam teratai dengan banyak ikan koi berenang lincah.

"Apa senja begitu menarik Mei-er?" tanya Kaisar, ia mengikuti arah pandang Wu Li Mei. "Hingga kau enggan berpaling darinya?"

Li Mei tergagap, sedari tadi memang ia menghindari bertatapan mata dengan Kaisar.

"Maafkan saya."

"Tidak masalah." Kaisar tersenyum kecil, menyesap tehnya lagi. "Mungkin senja membuatmu lebih tenang."

"Jadi, kau tidak bisa mengingat beberapa hal."

Wu Li Mei mengangguk, "Benar, Yang Mulia."

"Termasuk kejadian malam itu?"

Li Mei menatap sang kaisar datar, lalu mengangguk. "Ya, dan masih banyak lagi yang tidak mampu saya ingat."

Laki-laki di hadapannya itu memang sangat tampan dan berwibawa, postur tubuh yang baik dan rupawan. Pantas saja Wu Li Mei yang asli sangat tergila-gila padanya, tapi maaf, Wu Li Mei yang sekarang bukanlah antagonis bodoh seperti dulu. Wu Li Mei yang sekarang adalah Marissa Darwanti. Dan ia tidak akan tinggal diam jika ditindas.

"Apa anda mengetahui sesuatu?" tanya Wu Li Mei dengan berani, "Tentang insiden saat saya jatuh."

Kaisar membulatkan matanya terkejut, tapi buru-buru ia menormalkan ekspresi wajahnya. Sayangnya, itu berhasil ditangkap oleh Li Mei.

Kaisar menggeleng, "Tidak ada yang tahu penyebab pastinya, karena malam itu kau sendirian di danau utara." jawabnya. "Penyelidikan yang dilakukan Panglima Hong, kau terpelesat dan jatuh ke danau tanpa disengaja."

Bohong, ingatan Wu Li Mei kembali berputar di kepalanya. Jelas-jelas Permaisuri Yang Jia Li mendorongnya hingga terjatuh.

Wu Li Mei hanya mengangguk, dengan wajah dingin tanpa seulas senyum.

...****************...

Di paviliunnya, Permaisuri Yang baru saja menyelesaikan sulamannya. Selembar kain putih polos, kini memiliki corak dan motif berupa sepasang angsa yang terbang melingkar di atas danau teratai.

"Wu Li Mei sudah bangun?"

"Iya, Yang Mulia." balas Dayang Yue, kepala dayang di paviliun ratu. "Kaisar sudah mengunjungi Yang Mulia Selir sore tadi."

"Sore?!"

Dayang Yue mengangguk.

"Mengapa kau tidak mengatakannya!" tanya permaisuri Yang, "Bukankah sudah ku katakan jika apapun yang terjadi di istana kau harus memberitahuku."

"Maaf, tapi..anda sedang...tidur."

"HAHH!!!" Permaisuri Yang membanting peralatan menyulamnya hingga tercecer di ubin. "Dasar tidak berguna! Pasti wanita licik itu sudah mengadu kepada kaisar."

"Ta.. tapi... Yang Mulia Selir hilang ingatan." jawab Dayang Yue.

Yang Jia Li mengerutkan keningnya, "Hilang ingatan? apa itu?"

"Yang Mulia Selir Wu Li Mei tidak bisa mengingat beberapa hal dan kejadian, seperti saat ia jatuh ke danau." jelas Dayang Yue. "Tabib Zhong sendiri yang memeriksanya, dan berita ini sudah tersebar luas. Kabarnya Selir Agung menjadi aneh dan sifatnya pun demikian."

Permaisuri Yang Jia Li memberikan kain sulamnya pada Dayang Yue, "Simpan ini dengan baik. Aku akan memberikannya sebagai hadiah untuk Wu Li Mei, aku harus memeriksanya sendiri."

Penggambaran Permaisuri Yang Jia Li sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Wu Li Mei, jika selir itu haus akan cinta, maka sang permaisuri haus akan kekuasaan. Sayangnya, Yang Jia Li tidak bisa memiliki keturunan, jadi kaisar menjadikan anak-anak Wu Li Mei sebagai putra dan putri mahkota Dinasti Ming.

Sang permaisuri adalah tokoh protagonis dalam novel Back In Time, hanya saja ia selalu memakai topeng baik untuk menyembunyikan wajah iblisnya.

...****************...

Waktu berjalan cepat, sudah hampir dua minggu Risa menyelami hidup sebagai Wu Li Mei. Syukurlah ada Dayang Yi, dayang setianya itu akan memberikan segala informasi yang perlu ia ketahui. Perlahan, Risa mulai melupakan plot Back In Time karya Jessy, seberapa keras ia coba mengingat tetap tidak mampu.

"Aku tidak mau!" seorang anak perempuan berusia tujuh tahun bersedekap menatap tajam dayangnya. Gadis kecil itu naik ke atas sebuah pohon buah persik yang tinggi.

"Tapi, Putri harus meminum obat. Ini demi kesehatan anda."

"Dayang Hong! Pergilah! Aku tidak mau minum racun itu."

"Oh Yang Mulia, ini bukan racun, ini obat yang diberikan Tabib Zhong untuk anda. Mari turunlah dan minum ini."

"Tidak, aku tidak mau!" culas sang putri.

Risa menatap interaksi dayang dan junjungannya itu sekilas, dari seberang danau ini. Percakapan mereka tidak terdengar jelas.

Saat ini, Risa membawa raga Wu Li Mei untuk berjalan-jalan melihat sekeliling istana. Istana ini begitu indah, dan udaranya sangat bersih. Risa meminta Dayang Yi menjelaskan kembali seluk beluk istana.

"Siapa anak itu, Dayang Yi?"

Dayang Yi membulatkan mata, "Anda juga melupakannya?"

Risa menatap Dayang Yi datar, "Siapa dia? jelaskan padaku."

"Dia adalah Putri Zhou Xie Ling, Yang Mulia. Anak Selir Ho Xin Xin yang sakit-sakitan sejak kecil."

"Kasihan sekali." wanita itu menatap ibu seorang anak perempuan yang wajahnya begitu pucat tak berseri. Sebagai seorang dokter dia tentu tahu mana anak yang sehat mana anak yang sakit. "Tunggu, apa aku punya anak?"

Dayang Yi mengangguk, "Tentu saja, Yang Mulia."

Wu Li Mei mengangguk-angguk, "Astaga!!" pekiknya saat tersadar. "Bagaimana tubuh sebagus ini bisa punya anak, aku bahkan merasa kalau aku masih perawan."

Dayang Yi mengerjap, "Anda memang sangat cantik, Yang Mulia."

"Ya, memang."

"Kalau begitu dimana anakku? Kenapa mereka tidak datang menyapa padahal aku sudah bangun dari koma?"

"Ada, Yang Mulia. Putra Mahkota Zhou Ming Hao dan Putri Zhou Fang Yin akan datang berkunjung secepatnya."

Wu Li Mei menganggukkan kepalanya, "Tapi aku ini selir, bagaimana anakku bisa jadi putra mahkota?"

"Ceritanya sangat panjang, Yang Mulia!" ujar sang dayang.

"Ceritakan!"

Dayang Yi mengangguk dan mulai menceritakan bagaimana Zhou Ming Hao si anak selir bisa menjadi seorang putra mahkota. Semua dimulai saat permaisuri selalu gagal mendapatkan keturunan anak laki-laki, kebanyakan dari mereka meninggal dunia saat masih dalam kandungan atau beberapa hari setelah dilahirkan. Memang ada satu anak yang berhasil hidup, tapi dia seorang perempuan dan hilang lima tahun lalu saat sedang bermain bersamanya di sungai. Semua orang bersedih, dan pencarian dilakukan tapi tidak membuahkan hasil. Justru mereka menemukan hanfu dan sepatu yang dikenakan sang putri kecil.

Hingga bertahun berikutnya, Yang Jia Li tidak lagi bisa hamil. Sehingga Zhou Ming Hao yang beranjak remaja dinobatkan sebagai putra mahkota.

Risa mengangguk-angguk lagi, ia tidak terlalu memahami sisi kehidupan Wu Li Mei yang ini. Karena saat membaca pun, Marissa banyak melompati beberapa bagian.

"Lalu?" tanya Wu Li Mei.

"Sakit apa dia?"

"Tabib istana pun tidak tau pasti, Yang Mulia. Tapi, putri harus selalu minum obat agar tidak sakit kepala dan mimisan."

"Anak yang malang."

Risa menatap Putri Xie Ling dengan iba, lagi-lagi ia teringat dengan para pasien kecilnya. Mengapa anak-anak harus menanggung sakit yang luar biasa.

"Mari temui dia."

Wu Li Mei berjalan dengan tenang dan anggun menghampiri Xie Ling, jiwa Dokter Risa meronta setiap kali melihat anak-anak, apalagi ia sedang sakit.

Memasuki paviliun sang putri, Risa bisa mendengar dengan jelas rajukan lucu Xie Ling. Anak itu bahkan belum turun dari dahan pohon persik yang tinggi.

Dayang putri Xie Ling segera menunduk saat Wu Li Mei mendekat.

"Ada apa ini?" tanya Wu Li Mei.

"Maaf, Yang Mulia. Putri tidak mau minum obatnya lagi."

Wu Li Mei mendekat ke arah pohon, ia mendongak dan melambaikan tangannya pelan. "Turunlah, Xiao Xie!"

Xie Ling tersentak mendengar suara yang amat ditakutinya, gadis kecil itu tergopoh-gopoh turun sekalipun hanfunya berulang kali tersangkut ranting pohon. Wu Li Mei membantunya untuk turun perlahan, setelahnya ia mengusap puncak kepala Xie Ling dengan sayang, sedang putri kecil itu terus saja menunduk.

"Ada apa sayang? Mengapa kau menolak meminum obatmu?" tanya Wu Li Mei lembut.

Xie Ling mendongak, memastikan ia tidak salah mengenali sang ibu. Sang putri kecil ingin menangis saat Wu Li Mei memanggilnya sayang dan berbicara lembut padanya, jangan lupa senyum hangat di wajah sang selir begitu menawan. Para dayang pun dibuat membeku dengan sikap Wu Li Mei yang sangat tidak biasa.

"Hey! Ada apa? Mengapa kau menangis?" Wu Li Mei bersimpuh tepat di hadapan Xie Ling yang menunduk menghapus air matanya. Li Mei merengkuh sang putri kecil dan mengusap punggungnya pelan. "Apa kau merasa sakit? Dimana? Katakan pada ibu."

Xie Ling semakin menangis, tangan kecilnya membalas pelukan Wu Li Mei ragu-ragu. Gadis kecil itu menenggelamkan wajahnya di dada sang ibu. Para dayang pun menahan haru, begitu pula Dayang Hong, ia amat senang hingga air matanya jatuh, melihat Wu Li Mei akhirnya memberikan kasih sayang yang sangat amat didambakan oleh Putri Xie Ling.

Wu Li Mei mengurai pelukannya, menatap lembut dengan senyum tulus pada Xie Ling. Kasih sayang seorang ibu itu sangat kuat, Risa dapat merasakan bagaimana Wu Li Mei begitu mengasihi Putri Xie Ling. Sekalipun sang selir tidak pernah menunjukkannya.

Jemari lentik Wu Li Mei mengusap air mata Xie Ling perlahan, anak itu masih sesenggukan.

Li Mei membelalak saat darah keluar dari hidung Xie Ling, anak itu pun memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Ibu!!" Xie Ling mencengkeram lengan hanfu Wu Li Mei guna menyalurkan rasa sakit.

"Dayang, cepat panggilkan Tabib Zhong!" titah Wu Li Mei tegas. Wanita itu menggendong tubuh rapuh sang putri dan berjalan cepat menuju kamarnya, Wu Li Mei terus menggumamkan kata penenang untuk Putri Xie Ling.

1
JuPa
Ceritanya sangat keren...👏👏👍👍👍👍👍👌👌👌👌
Nuha aliya
Biasa
Nuha aliya
Buruk
Anonymous
.
Media Yasin
👍👍
Putri
/Good/
Retno Nining
Luar biasa
Tiena Ismiati
peran utama booodoh
Tiena Ismiati
bodoh
Tiena Ismiati
peran utamanya bodoh
Tiena Ismiati
bodoh bodoh bodoh wu li
Tiena Ismiati
bodoh wu li mei
Maureen Aliha Srikandi
wahh akhirnya kaisar ada di pihak wu li mei
#ayu.kurniaa_
.
Jio
Luar biasa
Anna Susiana
semangat...selir wu li mei untuk membalaskan kejahatan ketidakadilan yg terjadi padamu dan anakmu
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
iya sama
Anonymous
Qok rasa2nya kaisar peran nya bodoh banget. Masa kaisar mau bicara takut di dengar tengok kanan kiri wkwkwk konyol
Anonymous
ok
Ulfa Indah Putri
ancoorrrr ini gimana siii,kenapa banyak yg di skip, awal nya ok masi di maklumi, tapi semakin kesini kek nya emang terus-terusan di skip de, ke kurang jadinya, banyak masala konflik yg belum selesai tapi kok tiba2 ber alih lagi ya, astaghfirullah tho thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!