Saat tersesat di hutan, Artica tidak sengaja menguak sebuah rahasia tentang dirinya: ia adalah serigala putih yang kuat. Mau tak mau, Artica pun harus belajar menerima dan bertahan hidup dengan fakta ini.
Namun, lima tahun hidup tersembunyi berubah saat ia bertemu CEO tampan—seekor serigala hitam penuh rahasia.
Dua serigala. Dua rahasia. Saling mengincar, saling tertarik. Tapi siapa yang lebih dulu menyerang, dan siapa yang jadi mangsa?
Artica hanya ingin menyembunyikan jati dirinya, tapi justru terjebak dalam permainan mematikan... bersama pria berjas yang bisa melahapnya bulat-bulat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Benitez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
-ARTICA. (Ayahnya memanggilnya sambil menghela napas berat) ... TERIMA KASIH... TELAH MERAWAT IBUMU. Ucapnya sambil lalu, Artica hanya menatapnya dan mengangguk, ia berdiri di ambang pintu dan berbalik lagi menghadapnya. - AKU TAHU CARAKU... SIKAPKU... BANYAK YANG HARUS DIPERBAIKI... TAPI AKU TIDAK BISA BERTINDAK LAIN. Ia mencoba menjelaskan, tetapi Artica menghentikannya.
-JANGAN KHAWATIR... SEKARANG AKU AKAN MENIKAH... KITA SEMUA AKAN BAIK-BAIK SAJA. Jawabnya datar, ayahnya menyadari Artica kembali mengenakan kalung itu.
-KAMU MENEMUKANNYA. Ucapnya sambil menunjuk ke arah kalung yang dikenakannya.
-ADA DI MOBIL BOX. Jawabnya singkat, ayahnya berdehem dan bergegas pergi, ia bisa merasakan ketegangan di antara mereka, dan demi kesehatan istrinya, ia memilih untuk tidak memulai pertengkaran dengan putrinya.
ARTICA baru bisa merasa tenang setelah melihat sosok ayahnya menghilang.
- SELAMAT PAGI. Sapa Polo sambil mengenakan celemek untuk melayani pelanggan yang akan datang pada jam makan siang.
Untuk menghilangkan rasa tegang, Artica mulai membersihkan tempat itu, ia mengepel lantai hingga mengilap dan membersihkan kaca tembus pandang, Polo mengamatinya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia tahu harus membiarkan Artica melakukan tugasnya agar tidak memarahinya, ia hanya menyingkir dan pergi ke dapur, lalu kembali dengan semangkuk susu dan roti panggang, sambil memperhatikan adiknya membersihkan tempat itu hingga bersih mengilap. Tiba-tiba tercium aroma khas di udara, aroma tanaman kesukaan Artica, ia meletakkan vas bunga di setiap meja dengan bunga-bunga kecil itu.
-ASAL JANGAN MASUK KE DAPURKU. Ucap sang koki kepada Polo sambil lalu. Saat itu Nyonya Nieves datang dengan langkah yang lebih bersemangat.
-BAGAIMANA KABAR KALIAN?. Tanyanya kepada kedua pria yang sedang berdiri memperhatikan Artica membersihkan hingga ke belakang furnitur.
-AKU SEDANG MEMASTIKAN DIA TIDAK MENYERBU DAPURKU. Komentar sang koki, Nyonya Nieves tersenyum simpul dan menghampiri putrinya.
-ARTICA... SUDAH CUKUP... SEMUANYA SUDAH SANGAT BERSIH. Ucapnya sambil menarik perhatian putrinya.
-IBU... APAKAH KAU BAIK-BAIK SAJA?. Tanya Artica.
-YA... AKU SUDAH MERASA BAIKAN... AKU TURUN KARENA MENDENGAR KERIBUTAN. Ucapnya sambil menatap putrinya yang sedang memegang alat pel.
-AKU HANYA MERAPIKANNYA SEDIKIT... AKU AKAN MEMBERESIHKAN DIRI DAN LANGSUNG BERJAGA DI KASIR... AGAR KAU BISA BERISTIRAHAT. Ucap Artica sambil terengah-engah.
-INI YANG DISEBUT SEDIKIT... AKU BELUM PERNAH MELIHAT TEMPAT INI SEBERCAHAYA INI. Komentar sang koki.
-KETIKA DIA MERASA CEMAS... DIA AKAN SELALU MEMBERSIHKAN... ITU CARANYA MELEPASKAN KEGELISAHANNYA. Komentar Nyonya Nieves.
-SURUH SAJA DIA PULANG KETIKA MERASA CEMAS... SEPERTI ADA KOMITE LABA-LABA DI SANA. Ucap sang koki dengan nada bercanda.
-JANGAN BICARA SEPERTI ITU... NANTI ISTRIMU MENDENGAR... DIA BISA MARAH. Ucap Nyonya Nieves.
Tidak lama kemudian, Artica turun setelah mandi, rambutnya dikuncir kuda dan ia mengenakan celemek.
-ARTICA... LAIN KALI... JANGAN TERLALU BERELEBIHAN DALAM MEMBERSIHKAN... KAU MEMBUAT BLAS KETAKUTAN... DIA TIDAK INGIN KAU MASUK KE DAPURNYA. Cerita Polo sambil lalu.
-SEENGGAKNYA SEKARANG AROMANYA LEBIH HARUM. Ucap Artica sambil menarik napas dalam-dalam, menikmati aroma bunga yang memenuhi ruangan.
-AKU AKAN MENJENGUK SI KEMBAR... SELAMA KAU DI SINI. Ibunya memberi tahu.
-MEREKA BAIK-BAIK SAJA DENGAN PENGASUHNYA... AKU SUDAH MELIHAT MEREKA TADI. Jawab Artica, tetapi ibunya sudah pergi.
-AKU AKAN MEMBAWA INI KE DAPUR... AKU KEMBALI DULU. Ucap Polo sambil menunjukkan mangkuknya.
-BAIKLAH. Jawab Artica sambil membaca buku sambil menunggu pelanggan datang. Ia mendengar seseorang masuk, lalu berkata. - SELAMAT DATANG... INGIN PESAN APA?. Tanyanya.
-WANGIMU MENYEBAR KE SELURUH RESTORAN. Ia mendengar suara Rodrigo, ia mengangkat kepalanya dan menghela napas berat.
-LIHATLAH PAPAN TULIS ITU... DI SANA TERCANTUM MENU HARI INI. Kata Artica sambil menunjuk ke arah belakangnya.
-APAKAH KAMU YANG MEMASAKNYA?. Tanya Rodrigo sambil membaca papan tulis.
- BUKAN... AKU HANYA KASIR. Jawabnya datar.
Saat itu Smith datang, Artica merasa lega melihatnya.
- HAI SAYANG. Sapanya dengan lembut saat melihat Rodrigo di sana.- AKAN KUBERESKAN TUGASKU TERLEBIH DAHULU. Katanya.
-AKU SENANG MENDENGARNYA. Jawab Artica, tanpa mengalihkan pandangannya dan tersenyum.
-CEPAT AMBIL PESANANKU. Ucap Rodrigo sambil menarik perhatiannya, ia kesal melihat kemesraan mereka berdua yang tampak begitu dimabuk asmara.
-SILAKAN DUDUK... SEBENTAR LAGI AKAN DIANTAR. Ucap Artica sambil membunyikan bel untuk memanggil kakaknya, tanda ada pelanggan.
-DI SINI PAK. Kata Polo sambil memanggil Rodrigo untuk duduk di meja.
-ARTICA... BISA KE SINI SEBENTAR. Panggil sang koki.
-ADA APA BLAS?. Tanya Artica sambil bergegas ke dapur diikuti oleh Smith. Sang koki menunjukkan tangannya yang terluka.
-AH... BIARKAN AKU MERAWATNYA... BAGAIMANA BISA?. Tanyanya sambil membersihkan lukanya.
- PISAU ITU TERSLIP SAAT AKU INGIN MEMOTONG DAGING. Cerita sang koki.
- ADA APA ARTICA?. Tanya Smith.
-TANGANNYA TERLUKA... KITA KEHILANGAN KOKI. Keluh Artica.
-KALAU KAU MAU... AKU BISA MEMBANTU... DENGAN BANTUANMU. Tawar Smith.
-TIDAK BISA... BAGAIMANA MUNGKIN... AKU MASIH BISA. Tegas sang koki.
-LIHAT KEADAAN TANGANMU... AKU HARUS MEMBALUTNYA... SEENGGAKNYA BERI TAHU APA YANG HARUS DILAKUKAN... KAMI AKAN MENGIKUTI INSTRUKSIMU. Ucap Artica.
-BAIKLAH... TAPI JANGAN SAMPAI KEGILAAAN BERSIH-BERSIH DI SINI. Tegasnya.
-BIARKAN AKU MEMBERITAHU IBU... AGAR DIA YANG MENJAGA KASIR. Kata Artica sambil berlari, sekalian mengambil obat untuk Blas.
Rodrigo melihat Artica berlari ke atas dan tak lama kemudian turun sambil membawa kotak P3K dan bergegas ke dapur, lalu Nyonya Nieves datang dan duduk di meja kasir. Tak lama kemudian Brandon datang dan duduk di hadapannya.
-TERNYATA KAU DI SINI. Kata Brandon saat melihatnya.
-TEMANI AKU MAKAN SIANG. Pinta Rodrigo dengan nada serius.
-KUHARAP HANYA ITU YANG KAU INGINKAN. Kata Brandon sambil menatapnya tajam.
(*DI DAPUR)
-ARTICA... BUATLAH JUS... DAN BERSAMA PAK SMITH, KITA BUAT PASTA DENGAN BAKSO.
- BAIK. Jawab Artica sambil melakukan tugas yang diperintahkan kepadanya.
-ADA PESANAN DAGING PANGGANG. Tiba-tiba Polo datang sambil memberikan catatan pesanan.
-ARTICA... KAU BISA MENGERJAKANNYA. Kata Blas yang sedang mengaduk saus. Smith menyiapkan dagingnya dan membentuknya menjadi bola-bola seukuran bola pingpong.
-APAKAH UKURANNYA SUDAH PAS?. Tanyanya kepada Blas yang terkejut melihat semangkuk penuh bola-bola daging.
-SEMPURNA... KITA CAMPURKAN SAJA DENGAN SAUSNYA. Instruksinya. Sementara itu, Artica telah selesai membuat jus dan menuangkannya ke dalam gelas tinggi dengan sedotan dan potongan pisang di tepinya, ia meletakkannya di atas nampan dan membunyikan bel untuk memberi tahu Polo bahwa pesanan sudah siap.
Polo membawanya ke meja tempat seorang anak perempuan dan ayahnya sedang menunggu, ditemani dengan sandwich keju panggang.
Artica menyiapkan daging panggang, dengan terampil ia menggunakan pisau untuk memotongnya, di bawah tatapan sang koki dan Smith.
-AKU SARANKAN... KETIKA MEREKA MULAI BERKELAHI... JANGAN SAMPAI ADA PISAU DI DEKATNYA. Bisik sang koki kepada Smith yang hanya mengangguk dengan seringai. Smith menyiapkan sup krim dan jus buah.
- ITU TAMPAK LEZAT... BOLEHKAH AKU MENCOBANYA?. Tanya Artica kepada Smith yang kemudian menyodorkan sendok berisi sedikit sup. - ENAK. Ucap Artica sambil mencium pipinya.
- ARTICA... BUATKAN AKU FILLET. Pinta sang koki, ia tahu Artica paling jago memasak daging.
-BAIKLAH... SEOLAH-OLAH KAU TIDAK INGIN AKU DEKAT-DEKAT DENGAN SMITH. Jawabnya dengan tatapan nakal.
-JANGAN MENGGANGGUNYA... DI RUMAH PUN KALIAN BISA BERTEMU. Jawab Blas.
Saat mendengar bel oven berbunyi, Artica mengeluarkan daging panggang dan meletakkannya di piring, menghiasinya dengan jus daging dan sayuran yang dilumuri minyak zaitun. Ia membunyikan bel untuk memberi tahu Polo agar membawanya bersama catatan pesanan yang diberikan kepadanya.
- FILLET... KAU MAU YANG SEPERTI APA... TIPIS ATAU TEBAL. Tanya Artica kepada Blas sambil memegang pisau.
-SETEBAL DUA JARIMU. Katanya, Artica pun mengangguk dan mulai memotong daging dengan fokus. - DAN HARUS DISAJIKAN DENGAN PURE KENTANG. Instruksinya.
-BERARTI ARTICA... MEMASAK SEMUA JENIS DAGING. Ucap Smith sambil memperhatikannya.
-BENAR... IBUNYA PERNAH BERKATA... DIA TINGGAL DI DESA SELAMA LIMA TAHUN... BERBURU BERBAGAI JENIS HEWAN... MAKANYA DIA TAHU CARA MERACIK DAGING. Cerita sang koki.
Mendengar cerita Blas, ia jadi berpikir, bagaimana bisa ia mengalami hal itu, apa yang membuatnya memiliki pengalaman seperti itu.
Di ruang makan restoran, Rodrigo mencicipi pesanannya, saat suapan pertama menyentuh lidahnya, ia merasakan daging yang begitu empuk, lumer di mulut, juicy, rasanya yang unik memberikan sensasi yang luar biasa.
-INI MASAKAN ARTICA. Ucapnya kepada Brandon yang kemudian ikut mencobanya setelah melihat reaksinya.
-MMM... ENAK SEKALI... BAGAIMANA KAU TAHU KALAU INI MASAKANNYA?. Tanya Brandon.
-AKU TAHU... ADA CIRI KHASNYA... TIDAK ADA YANG BISA MENIRUNYA. Ucap Rodrigo sambil kembali menyantapnya.
-MAAF... SIAPA YANG MEMBUAT JUS INI?. Terdengar suara pria yang duduk di hadapan mereka bertanya kepada Polo yang sedang lewat.
-APAKAH ADA MASALAH DENGAN JUSNYA?. Tanya Polo dengan khawatir.
-TIDAK ADA... KAMI INGIN TAMBAH... JUSNYA ENAK SEKALI... TIDAK BISA DIJELASKAN DENGAN KATA-KATA... MEMBUAT LIDAH KAMI BERGETAR... BISA PANGGILKAN ORANG YANG MEMBUATNYA. Kata pria itu sambil tersenyum.
-TUNGGU SEBENTAR. Kata Polo sambil bergegas ke dapur.
-MEREKA BERTANYA SOAL JUS PISANG... MEREKA INGIN BERBICARA DENGAN YANG MEMBUATNYA. Lapor Polo saat memasuki dapur.
-APA MEREKA TIDAK SUKA?. Tanya sang koki.
-SEBALIKNYA... MEREKA SANGAT SUKA DAN INGIN TAMBAH. Katanya, Blas pun menuangkan sedikit jus dari teko untuk mencicipinya dan berbalik menatap Artica. - BAGAIMANA BISA... COBALAH... AKU BELUM PERNAH MERASAKAN SENSASI SEPERTI INI SEBELUMNYA. Ucapnya sambil memberikan sedikit jus kepada mereka.
-BENAR... ARTICA... TIDAK SEPERTI JUS YANG BIASA KITA BUAT. Kata Smith.
-AKU MEMBUATNYA SEPERTI YANG AYAHKU SUKA... BEDANYA AKU TIDAK MENAMBAHKAN SEDIKIT RUM. Komentar Artica, Blas pun tertawa.
-HA HA HA... BENAR... TAPI JUS BUATANMU MEMBUATKU INGIN TERUS TERSENYUM... YAKIN TIDAK MENAMBAHKAN APA PUN. Tanyanya.
-TIDAK ADA ALKOHOL... KAU BISA YAKIN. Jawab Artica.
-ANTAR SATU LAGI DAN PERKENALKAN DIRIMU KEPADA MEREKA. Kata Blas.
-TIDAK... AKU TIDAK MAU. Kata Artica yang merasa wajahnya memerah.
-SAYANG... TIDAK APA-APA... PERGILAH. Smith menyemangatinya sambil mencium keningnya. Ia pun mengambil nampan dan berjalan dengan ragu-ragu. Ia menghampiri meja mereka, tersenyum sopan sambil meletakkan jus di depan pria yang tersenyum saat melihatnya dan langsung berdiri.
-AKU INGIN MENGENAL... SIAPA YANG MEMBUAT... SESUATU YANG MEMBUAT PUTRIKU DAN AKU TERSENYUM. Ucap pria itu.
-Anda terlalu baik. Jawab Artica dan berbalik pergi ke dapur sambil menghela napas lega. - KENAPA KALIAN MELAKUKAN ITU... AKU TIDAK SUKA MENJADI PUSAT PERHATIAN. Tegasnya kepada semua orang.
-KAULAH SATU-SATUNYA YANG BERTANGGUNG JAWAB... UNTUK MEMBUAT MASAKANMU... MENJADI UNIK. Kata Blas.
- BAIKLAH... KAMI SUDAH SELESAI UNTUK HARI INI... KAMI HARUS PERGI... ADA JANJI. Ucapnya kepada semua orang sambil menggandeng lengan Smith.
-TERIMA KASIH ATAS BANTUAN KALIAN. Ucap sang koki.
-OH YA... FILLETNYA SUDAH JADI... AKU LETAKKAN DI ATAS WAJAN. Ucap Artica.
-AGAR KAU TIDAK KHAWATIR... KAU SUDAH TERLALU BAIK MEMBANTU KAMI. Kata sang koki.
Artica dan Smith keluar untuk berpamitan kepada Nyonya Nieves yang kemudian memeluk mereka sebagai ucapan terima kasih. Rodrigo yang melihat mereka, bangkit dari duduknya dan menghampiri mereka.
-ARTICA... AKU INGIN MENGUCAPKAN TERIMA KASIH... ATAS BANTUAN KALIAN. Ucapnya, ia teringat saat mereka membantunya sampai ke rumah Brandon.
- SAMA-SAMA. Jawab mereka serempak.
-KAU BERHUTANG SATU PERMINTAAN PADAKU. KITA BICARA BERSAMA. Kata Smith kepada Artica dan ia tersenyum mengingat permainan mereka tadi malam dan hanya mengangguk geli.
- DAN DAGING PANGGANGMU SANGAT ENAK. Ucap Rodrigo.
-BAGAIMANA KAU TAHU KALAU ITU MASAKANKU?. Tanyanya heran.
-KAMI HARUS PERGI. Kata Smith sambil menunjukkan jam tangannya.
-SAMPAI JUMPA. Pamitnya sambil melambaikan tangan.
-DIA TAMPAK LEBIH BERANI KETIKA BERSAMA PRIA ITU. Bisik Brandon sambil lalu. - MEREKA BAHKAN MEMILIKI BAHASA CINTA SENDIRI.
-DIAMLAH. Kata Rodrigo dengan nada dingin. Ia menghela napas berat, ia tahu mereka belum melakukan hubungan intim, mereka mungkin saling menatap dengan mesra, saling melempar senyum dan candaan, mereka bisa saja mengelabui orang lain, tetapi tidak dengannya, ia tidak percaya ada hubungan spesial di antara mereka.
-TERIMA KASIH TELAH MEMBANTUKU. Ucap Artica kepada Smith.
-AKU TIDAK MELAKUKANNYA UNTUKMU... TAPI UNTUK ORANG-ORANG ITU. Jawab Smith dengan nada serius.
-KENAPA KAU BERKATA BEGITU?. Tanyanya dengan polos.
-KASIHAN, KALAU SAJA MEREKA HARUS MAKAN MASAKANMU. Jawab Smith sambil menahan tawa.
- JAHAT SEKALI... TAPI... KAU ADA BENARNYA JUGA... TAPI AKU KESAL MENDENGARNYA LANGSUNG DARIMU. Jawab Artica.
- APAKAH KAU LELAH?. Tanya Smith karena mereka harus bersiap-siap untuk menghadiri pesta.
- TIDAK... AKU BAIK-BAIK SAJA. Jawabnya meyakinkan.
Mereka pun menyegarkan diri dan berganti pakaian untuk menghadiri pesta bisnis yang harus dihadiri Tuan Smith, ia mengenakan setelan jas formal yang sangat elegan. Artica memilih salah satu gaun yang ditinggalkan asistennya di atas tempat tidur.