Caca Cantika berniat membalas dendam pada Julie Abraham yang telah mengkhianati kakaknya Baim sampai sang kakak meninggal karena gantung diri.
Tak rela Julie berbahagia di atas penderitaan keluarganya, Caca pun berniat merebut suami Julie, Azhar Malik.
Berbagai cara Caca lakukan demi membalas dendamnya, namun sayangnya Caca malah benar-benar jatuh hati dengan Azhar. Bagaimana kelanjutan kisah Caca?
Dukung karya ini dengan add favorit, like, komen dan ⭐⭐⭐⭐⭐
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flashback-01
Julie tak pernah menyangka bahwa hari itu akan menjadi salah satu hari paling sial dalam hidupnya. Sebuah pesan dikirimkan oleh bos yang menjadikannya sebagai selingkuhan. Bos tersebut mengajak Julie bertemu di sebuah taman karena akan mengajaknya jalan-jalan untuk membeli tas baru.
Julie dengan senang hati mengiyakan ajakan kekasih hatinya tersebut. Ia pun berdandan dengan cantik dan rapi. Ia menatap tas-tas miliknya yang berada di dalam lemari yang sudah tertata rapi. Senyum di wajahnya mengembang. "Kalian akan dapat teman baru! Pasti lemari ini akan terlihat lebih indah lagi!" ujar Julie sambil tersenyum bahagia.
Tanpa menaruh rasa curiga sama sekali, Julie pun memberhentikan sebuah taksi dan meminta diantar ke taman yang telah ditunjuk oleh sang kekasih tersebut. Taman tersebut lumayan luas. Ada sebuah danau buatan di tengahnya.
Julie bingung akan menunggu di mana. Ia putuskan untuk menunggu di sebuah bangku dan duduk di sana sambil menatap pemandangan indah di depannya.
Cuaca hari ini begitu sejuk. Matahari terlihat malu-malu menampakkan dirinya. Baguslah, Julie jadi tidak kepanasan menunggu sang kekasih hati datang.
Sebuah pesan kembali masuk dalam handphone Julie. Sang kekasih hati menanyakan di mana keberadaannya. Ia pun memberitahu tempat dirinya berada. Mengambil foto yang menampakkan seorang pria sedang menggambar sambil duduk di atas rumput. Ia lalu mengirimkan foto tersebut pada sang kekasih hati dan menunggu kekasih hatinya datang.
Julie tak menyangka kalau yang datang bukanlah sang kekasih hati, melainkan istri sah dari kekasih hatinya tersebut. Wanita yang usianya berbeda sekitar 10 tahun dari Julie itu terlihat datang dengan penuh amarah.
Mulutnya memaki-maki Julie dengan sumpah serapah, kata-kata kutukan dan tamparan yang sangat menyakitkan pun mendarat ke wajah Julie. Mau melawan, Julie sadar dirinya salah. Julie hanya menunduk dan pasrah menerima pukulan dari wanita tersebut.
Sampai sebuah lengan kekar menghadang pukulan dari tas wanita tersebut yang begitu menyakitkan jika sampai terkena wajahnya. Suara berat seorang pria yang membelanya membuat wanita tersebut terdiam.
"Tolong tenang, Bu! Kalau ibu berbuat seperti ini, justru ibu bisa dilaporkan ke kantor polisi dengan tuduhan penganiayaan! Tenanglah! Semua bisa dibicarakan baik-baik!" perkataan cowok tersebut membuat ibu itu menyadari kalau perbuatannya bisa berakibat fatal apalagi mereka berada di tempat umum dengan banyak saksi mata yang melihat.
Julie memberanikan diri mengangkat wajahnya. Ia melihat lelaki di depannya yang dengan sabar berusaha menenangkan istri dari bosnya tersebut.
Meskipun kesal, akhirnya perempuan itu pergi. Julie sadar, masalah tak akan selesai sampai di sini. Kehilangan pekerjaan sudah pasti. Mendapat malu sudah jelas. Julie merasa menjadi seorang wanita yang sangat bodoh.
Julie pun jatuh terduduk di atas rumput. Ia menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Julie tak peduli kalau ia terus diperhatikan oleh orang-orang yang berlalu-lalang. Ia terus menangis dan merasa dirinya adalah orang yang tidak beruntung.
Setelah puas menangis, Julie mengusap air mata di wajahnya dan membuka tangannya. Rupanya, cowok yang tadi membelanya masih ada, ia duduk tegak di sampingnya sambil melukis.
"Udah nangisnya? Minum dulu nih!" cowok tersebut memberikan Julie sebotol air mineral.
Julie menatapnya dengan ragu. Takut air tersebut dikasih racun atau obat yang membuatnya mabuk seperti cerita-cerita dalam novel.
Cowok tersebut tersenyum seakan tahu apa yang Julie pikirkan. "Itu masih ada segelnya! Aku nggak akan racunin kamu kok! Kenal juga nggak?!" jawab cowok tersebut dengan acuh.
Julie pun mempercayai apa yang dikatakan oleh cowok tersebut. Ia meminum air mineral yang diberikan dan menjadi lebih tenang. Juli memperhatikan cowok tersebut yang sedang melukis dirinya. Lukisannya bagus, terlihat hidup.
Tak disangka cowok tersebut merobek buku gambarnya, lalu memberikan Julie hasil gambar dirinya. "Ini buat kamu! Anggap saja hadiah dari aku agar kamu nggak sedih lagi!"
"Kenapa diberikan sama aku?!" tanya balik Julie.
Cowok tersebut tersenyum, "Ya jelas lah! Itu 'kan lukisan kamu! Untuk apa aku simpan di rumah? Anggap aja ini tuh untuk menghibur kamu yang lagi sedih!"
Cowok tersebut lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Julie. Ia kembali ke tempat duduknya semula dan mengerjakan pekerjaannya. Julie menatap lukisan yang ia pegang. Lukisan bergambar dirinya yang sedang menangis sedih atas masalah yang ia buat sendiri.
Julie berniat akan membeli bingkai dan menaruh lukisan tersebut di kamarnya nanti. Ia akan menganggap lukisan tersebut adalah masa lalu dan nggak akan pernah mengalami hal sedih lagi seperti itu.
Julie lalu berdiri dan berjalan mendekati cowok tersebut. "Terima kasih banyak kamu sudah menolong saya!"
"Sama-sama!" jawab cowok tersebut tanpa mengalihkan perhatian dari gambar yang ia buat.
Julie melirik sekilas, cowok tersebut sedang menggambar sebuah ruangan kerja. Julie menyimpulkan kalau cowok di sampingnya adalah seorang arsitek. Hasil gambarnya bagus dan desainnya juga sesuai perkembangan zaman.
"Saya pulang dulu! Sekali lagi terima kasih, permisi!" pamit Julie. Cowok itu hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Benar-benar sibuk bekerja dan tak peduli dengan Julie sama sekali.
Kemalangan Julie tak berakhir sampai di situ. Keesokan harinya, di atas meja kerja Julie barang-barangnya sudah dirapikan. Ia dipecat dengan tidak hormat. Bos yang sudah menjadikannya selingkuhan tak bisa berbuat apa-apa, karena istrinya adalah pemilik perusahaan. Ia bisa ditendang dan jatuh miskin kalau membela Julie. Dengan wajah tertunduk menahan malu, Julie meninggalkan kantor yang ia pikir akan merubah hidupnya.
Julie menjadi seorang pengangguran. Ia sudah beberapa kali melamar pekerjaan di beberapa perusahaan, namun hasilnya nihil. Semua lamarannya tak ada yang diterima satu pun.
Uang asuransi yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya makin lama makin habis. Kebutuhan hidupnya masih banyak sedangkan Om yang biasanya mengurus dirinya kini sudah sibuk dengan keluarga yang membutuhkan biaya yang lebih besar lagi.
Julie terpaksa menjual barang-barang branded miliknya. Lemari yang tadinya penuh dengan koleksi tas, jam tangan mewah dan juga sepatu mahal satu persatu mulai berkurang. Ia menjualnya di situs jual beli barang second. Uangnya lumayan untuk Julie bertahan hidup sampai mendapatkan pekerjaan yang baru. Tapi masalahnya, dimana ia akan bekerja?
Julie yang sudah mumet merasa dirinya butuh udara segar. Ia pun lalu pergi ke taman yang dulu merupakan tempat terjadinya bencana dalam hidupnya.
Ia duduk di kursi dan menatap danau dengan pemandangan yang indah tersebut. Tak disangka, seorang pria datang lalu duduk dan menyita perhatian Julie.
Julie mengenal cowok tersebut. Ia adalah penyelamat hidupnya. Dengan penuh percaya diri, Julie menghampiri cowok tersebut.
"Hai!" sapa Julie.
Cowok tersebut langsung mengenali Julie. "Oh... Hai juga! Kamu juga lagi di sini?"
Yuli mengangguk. "Iya. Lagi mumet nih!"
"Kalau mumet itu shalat! Jangan malah bengong di depan danau, nggak bagus!" nasehat cowok tersebut. "Oh iya, kita belum kenalan. Kenalin, nama aku Ibrahim. Panggil aja Baim!" cowok itu mengulurkan tangannya yang disambut langsung dengan tangan Julie dan sebuah senyuman di wajahnya.
"Nama aku Julie Abraham, panggil aja Julie!"
****
daripada panjang bertele tele
juli boleh la😊
yg di dukung😅