30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Di Permalukan
Nafisha masih tidak menyangka jika kakeknya mengenal keluarga Arthur. Tetapi Nafisha dan Arthur dalam pertemuan itu seperti orang tidak saling mengenal dan bahkan mereka berdua tidak mengatakan kalau mereka adalah antara bos dan karyawan.
Sama dengan Angga juga tidak berbicara apa-apa dan mungkin saja Arthur orang yang privasi dan tidak nyaman jika semua itu dibahas. Nafisha san Angga sama-sama biasa saja dan tidak bersikap berlebihan.
Apapun pertemuan itu tidak mengubah hari pernikahan Nafisha dengan Bram. Kedua calon pengantin itu sudah duduk di depan penghulu. Karena pernikahan itu mendadak membuat Nafisha tidak sempat memberitahu sahabatnya Nadien dan juga Denny.
Tetapi siapa sangka justru atasannya hadir di acara pernikahannya, walau pasti tidak sengaja.
"Baiklah! Apa acaranya sudah bisa kita mulai," tanya Bapak penghulu.
"Silahkan, kita langsung saja," sahut Abi sudah siap menikahkan putrinya.
"Ya Allah, mungkin memang ini sudah menjadi takdir. Ini mungkin sudah menjadi keputusan yang terbaik darimu. Hamba hanya bisa berserah diri," batin Nafisha pasrah dengan pernikahannya.
Penghulu dan Bram saling berjabat tangan. Nafisha pasrah akan hidupnya setelah itu.
..."Saya nikahkan engkau dengan Nafisha Anggraini binti Ahmad Yunus dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 20 gram dibayar tunai,"...
..."Saya terima nikahnya Nafisha Anggraini...."...
Nafisha hanya memejamkan mata dengan jantungnya berdebar dengan kencang pasrah dengan proses ijab kabul tersebut.
"Hentikan!" tiba-tiba saja Bram tidak melanjutkan kalimatnya ketika terdengar suara wanita.
Nafisha dan semua orang menoleh ke belakang dan terlihatlah seorang wanita sedang hamil besar berjalan dengan sangat cepat.
"Mona," ucap Bram membuat Nafisha heran ketika laki-laki yang akan dia nikahi mengenal wanita tersebut.
Bram berdiri dari tempat duduknya dan begitu juga dengan Nafisha serata orang-orang lainnya.
"Dasar pelakor!" perempuan itu tiba-tiba saja marah pada Nafisha dan bahkan menampar Nafisah membuat semua orang kaget. Keluarga Nafisha tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan mata mereka.
"Mona kamu tenang dulu dan aku bisa jelaskan semuanya," ucap Bram.
"Hey apa yang kamu lakukan sembarangan menampar adikku hah!" Della langsung pasang badan di depan Nafisha.
"Jadi pelakor ini adalah adikmu hah! beritahu kepada adikmu jika sudah tidak laku jangan merebut suami orang lain!" tegas wanita tersebut dengan menunjuk-nunjuk membuat semua orang semakin kaget.
"Astagfirullah, Ada apa ini sebenarnya? Apa yang kamu bicarakan dan siapa suami kamu?" tanya Umi.
"Kalian sebagai keluarga jangan berpura-pura tidak tahu yang mendukung anak kalian berhubungan dengan laki-laki yang sudah memiliki istri dan saya sedang hamil," ucap wanita tersebut mengeluarkan amarahnya dengan penuh penjelasan dan kebenaran.
"Apa itu benar Bram. Kamu sudah memiliki istri?" tanya Yunus memastikan, sepertinya dia memang tidak mengetahui hal itu.
"Saya bisa jelaskan semuanya dan bukankah seharusnya kalian juga sudah tahu, jangan berpura-pura tidak tahu kalau saya sudah menikah dan ini sudah menjadi kesepakatan," ucap Bram dengan manipulatif mencari pembelaan.
"Apa maksud kamu kesepakatan? Aku sama sekali tidak tahu kalau kamu sudah menikah dan bahkan kita bertemu baru tiga hari yang lalu," sahut Nafisha.
"Apa Abi sebenarnya tahu kalau dia sudah menikah?" tanya Nafisha melihat serius ke arah Abinya.
"Sumpah demi Allah Abi sama sekali tidak tahu," jawab Yunus dengan tegas.
"Tidak mungkin Anda tidak tahu karena saya sebelumnya sudah memberitahu kepada Tante Sari bahwa saya sudah memiliki istri dan ketika saya menikah dengan Nafisha saya akan menceraikannya," jawab Bram.
Semua mata tertuju pada Sari yang menjadi sasaran karena dia memang memperkenalkan Bram kepada Kakaknya.
"Jadi semua ini ulah Tante," sahut Nafisha.
"Sudahlah kalian semua jangan drama, kamu benar-benar wanita yang sangat jahat, tega-teganya menikah dengan suami saya dan sementara saya sedang hamil. Kamu juga tega Mas melakukan semua ini. Apa salah aku sehingga kamu mempunyai hubungan dengan wanita ini," Mona terus berteriak-teriak dengan menangis betapa sakitnya hatinya ketika suaminya menikah dengan wanita lain.
Orang-orang yang menjadi tamu undangan itu saling berbicara satu sama lain pasti sangat mencaci maki Nafisha dan padahal dia tidak tahu apa-apa sama sekali. Betapa malunya Nafisa dan apalagi atasannya ada di sana dan menyaksikan semuanya, seolah-olah dia perempuan murahan yang tidak mendapatkan laki-laki lain selain suami orang.
"Saya benar-benar tidak tahu, jika pria yang akan menikah dengan saya adalah suami. Anda. Abi benar-benar keterlaluan yang mengatakan bahwa laki-laki ini baik dan buktinya dia memiliki istri dan Tante, Nafisha tidak menyangka jika tanpa akan melakukan semua ini kepada Nafisha," ucap Nafisha dengan penuh kekecewaan dan air matanya sudah jatuh.
"Nafisha, tante melakukan semua ini agar kamu menikah dan tidak terus dipermalukan orang-orang. Usia kamu 30 tahun dan Kamu harusnya...."
"Tetapi tidak juga harus menyuruh menikah dengan suami orang!" teriak Nafisha kehilangan kesabarannya.
"Tante selalu saja membandingkan Nafisah dengan anak Tante yang menikah di usia muda. Anak Tante juga menikah karena dia sudah hamil!" teriak Nafisha semakin tidak bisa mengendalikan dirinya, harus membongkar aib sepupunya itu karena memang itu kenyataannya.
Tamu undangan semakin heboh dan sekarang Sari harus malu dengan perkataan Nafisha.
"Nafisha, kamu jaga bicara kamu!" tegas Sarah.
"Tante yang harus menjaga batasan Tante untuk berhenti ikut campur tentang kehidupan Nafisha. Tante urus saja anak Tante yang hamil diluar nikah, jangan samakan Nafisha dengannya!"
"Nafisha, plakkk!" Sari tidak dapat mengendalikan dirinya menampar Nafisha membuat semua orang-orang semakin kaget.
"Mbak!" tegur Sarah.
"Hentikan semua ini!" bentak Adam.
"Benar-benar kalian semua hanya bisa membuat malu. Silahkan pergi dari tempat ini jika tidak berurusan apapun!" tegas Kakek memberi peringatan kepada keluarga Bram untuk meninggalkan pernikahan tersebut.
Bram dengan penuh kekesalan langsung pergi dan istrinya menyusulnya dengan memanggil namanya berteriak-teriak yang sepertinya Bram sudah tidak ingin melanjutkan pernikahannya dengan sang istri.
"Kalian semua keterlaluan," ucap Nafisha yang mengusap air matanya dan langsung meninggalkan tempat itu.
"Nafisha!" panggil Della.
"Sari kamu setelah ini bicara dengan Ayah! kamu sangat keterlaluan dan begitu juga dengan kamu Yunus," tegas Agam sebagai orang yang dituakan di tempat itu harus bijaksana.
Arthur menjadi saksi batalnya pernikahan karyawannya itu. Dia bisa melihat betapa hancurnya Nafisha sudah dipermalukan beberapa kali.
"Kamu mengenal gadis itu?" tanya Ridwan membuat Arthur mengalihkan lamunannya dan melihat ke arah kakeknya.
"Kakek memperhatikan kamu sejak tadi dan kamu tidak lepas dari melihat wajahnya?" ucap Arthur.
"Dia karyawan di kantor saya," jawab Arthur akhirnya berbicara jujur.
"Begitu," sahut Kakek dengan tersenyum mengangguk-anggukkan kepala penuh dengan arti.
Nafisha sekarang duduk di lantai memeluk kedua lututnya. Tidak pernah terbayangkan olehnya, dia hampir saja menikah dengan laki-laki yang sudah memiliki istri dan hampir saja menjadi istri kedua.
Sumpah serapah dia terima dari istri pertama pria tersebut, padahal memang dia tidak mengetahui bahwa laki-laki itu sudah memiliki istri dan dia justru seperti sedang dijebak.
Della berdiri di depan pintu kamar tidak memiliki keberanian untuk menemui adiknya itu. Suasana hati Nafisha saat ini sedang tidak baik-baik saja dan mungkin butuh waktu untuk sendiri melampiaskan amarahnya dengan menangis.
Bersambung....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa