Vivienne terbangun, dan melihat tempat itu berbeda dari rumahnya. Dia mengingat bahwa merayakan festival tahun baru untuk pertama kalinya. Di tengah keramaian yang penuh sesak itu, dia mengalami serangan panik dan penyakit nya asma yang mungkin membuat nya meninggal.
Vivienne melihat sekeliling, "Dimana aku?"
"Tentu saja di kamar anda, ya mulia," ucap seseorang membuyarkan lamunannya.
"Ya mulia? siapa aku?"
"Anda Ya mulia permaisuri Vivienne Greyhaven."
Vivienne seketika teringat sebuah novel yang berjudul I'm a villain mom. Dimana tokoh sang ibu mati dengan mengenaskan di tangan ketiga pangeran, anak-anak nya. Lalu bagimana nasib Vivienne sekarang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[20] Persiapan Pesta
"Ya Mulia, Anda tau?" tanya Thomas hingga Magnus menjatuhkan penanya ketika sibuk mengerjakan laporan para dewan istana.
"Tau apa?" ucap Magnus penasaran lalu menoleh pada Thomas yang merupakan kepala pelayan pribadinya.
"Permaisuri banyak berubah belakangan ini, dia terlihat baik pada putra mahkota dan pengeran ke-tiga, bahkan ingin membuat acara penyambutan untuk putra mahkota," tutur Thomas.
"Ya, aku tau," jawab Magnus kembali menulis kan laporan itu.
Dia sudah tau bahwa permaisuri telah banyak berubah dan memiliki kesibukan lain selain berselingkuh dengan Baron Lucius.
Magnus menarik sudut bibir nya, agar tidak dia ketahui bahwa dia sedang tersenyum. Namun, Thomas yang telah lama bekerja untuk kaisar itu mengetahui bahwa Magnus sedang tersenyum, dia tidak biasa di bohongi.
"Permaisuri juga memesan baju sepasang untuk nya dan pengeran ke-tiga ketika menemui Madam Bella beberapa hari yang lalu," ujar Thomas.
"Apa?!" bentak Magnus menggebrak mejanya, alis terlihat terangkat seperti nya Magnus tidak suka dengan bahasaan itu.
Thomas menyadari mungkin saja Magnus cemburu dengan putranya itu dan menginginkan barang yang sama dengan permaisuri.
"Tidak…tidak bisa, kau harus memanggil Madam Bella kesini untuk menemui ku," titah Magnus menggelengkan kepalanya dengan kencang.
"Baik Ya Mulia,"
Thomas membungkukkan tubuhnya kemudian mundur dari hadapan Magnus.
Setelah Thomas meninggalkan tempat itu Magnus terlihat memegang dagunya. Kini dia tidak bisa fokus lagi, dan memikirkan, 'Bagaimana bisa permaisuri dan pangeran milih baju seragam,'
*
*
Vivienne menyiapkan pesta selama beberapa hari untuk merayakan kepulangan para prajurit atas permintaan Magnus, awal dia mendengus karena karena putranya tidak dapat peran disana.
Namun, Magnus memaksanya, dengan demikian sebagai permaisuri yang profesional, Vivienne harus melakukan nya.
"Ya Mulia, bangun apakah Anda lupa hari ini, hari apa?" ucap Anna sedikit menggoyangkan bahu Vivienne.
Vivienne yang masih tertidur mulai mengerjapkan matanya menyesuaikan indra nya itu pada cahaya dari kamarnya. Vivienne terbangun dan mencoba duduk di ranjang nya, Anna dengan sigap membantu nya.
"Memang nya, hari ini hari apa?" tanya Vivienne menoleh pada Anna dengan padangan yang masih sayu.
"Hari ini adalah hari pesta perjamuan, Anda harus bersiap, Ya Mulia," ujar Anna tersenyum simpul.
"O ya, aku lupa," gerutu Vivienne menepuk jidatnya.
"Eh… tunggu dulu, bukannya ini terlalu pagi, bahkan matahari pun belum terbit," kata Vivienne menoleh pada tirai kamarnya yang masih gelap.
"Ya Mulia ada banyak persiapan yang harus dilakukan," jawab Anna menepuk tangannya dan terlihat beberapa pelayan datang, kemudian membungkuk kan tubuhnya.
"Hey… apa-apaan ini Anna,"
Vivienne kaget begitu banyaknya pelayan yang datang padahal selama ini dia hanya di layani beberapa orang saja, itupun tidak sekaligus. Dan lebih banyak di bantu Anna.
"Ya Mulia, apakah Anda ingin membuat saya kelelahan, jika itu titah Anda maka saya akan melakukan nya," ujar Anna terlihat sedih.
"Tidak maksudku, apakah harus banyak ini yang datang Anna," tolak Vivienne melambaikan tangannya tanda dia bukan ingin merepotkan Anna.
Anna nampak tersenyum simpul dan menangkupkan kedua tangan pinggang nya, "Benar Ya Mulia, jadwal mempercantik Anda akan sedikit lama, pertama kita harus melakukan relaksasi, seperti lulur, pijat kecil, termasuk membersihkan wajah Anda, Ya Mulia, lalu mandi air bunga,"
"Setelah selesai, kami akan mempercantik wajah Anda, dan menata rambut Anda seindah mungkin. Ah… yang terakhir memakai gaun," beber Anna tentang tahapan yang harus Vivienne lakukan dengan sedikit menyentuh dagunya.
"Ya benar saja, kalau aku ingin naik kereta api ekspres sudah ketinggalan," gerutu Vivienne tidak percaya untuk datang ke pesta saja harus se-merepotkan ini
"Baik lah Anna, lakukan saja. Meskipun aku tidak mau melakukan nya, tapi aku harus tetap datang ke acara itu kan," ujar Vivienne kemudian menurunkan kakinya ke sisi ranjang.
Anna dan para pelayan lain kemudian membantu Vivienne untuk bersiap, sesuai dengan tahapan yang di sebutkan oleh nya. Mereka mulai membersihkan wajah Vivienne dengan air dingin secara perlahan.
Kemudian memberikan lulur di sekujur tubuh Vivienne, lalu memijat Vivienne dengan perlahan-lahan. Wanita itu merasa rileks dan perlahan tertidur karena sentuhan lembut para pelayan.
"Bagaimana Ya Mulia?" tanya Anna berdiri samping nya, namun tidak ada sahutan kemudian dia melirik pada permaisuri nya ternyata Vivienne sudah tertidur.
Setelah beberapa saat kemudian Vivienne di bangunkan oleh Anna, "Maaf Ya Mulia, tapi air mandi sudah siap,"
Vivienne mengerjapkan matanya dan terbangun dari tidur, "Baiklah," ujar Vivienne merasakan energinya belum terkumpul semua, namun sudah harus berpindah tempat.
Vivienne turun dari tempat lulur itu kemudian berpindah ke dalam bak mandi yang sudah taruh wangi-wangian, serta bunga mawar. Vivienne memasukki tempat itu dengan perlahan.
Selepas Vivienne masuk kedalam bak mandi, terlihat para pelayan mulai melakukan tugasnya. Para pelayan menyiramkan air di bahu Vivienne dan juga memberikan pijatan relaksasi yang sama.
Setelah semua nya selesai tenyata Vivienne belum bisa bernafas lega masih banyak yang harus di siapkan.
"Ya Mulia, ini baju yang akan anda pakai," ucap Anna memperlihatkan gaun biru clon flower dengan renda putih dengan kalung batu safir yang berkilau.
"Seperti nya aku tidak punya gaun seperti ini Anna," gumam Vivienne menoleh pada pelayan nya.
"Maaf Ya Mulia, kebetulan Ya Mulia Kaisar yang memasan kan nya untuk Anda," jawab Anna dengan gugup.
"Hem… tenyata pria itu masih memiliki hati rupanya, hanya saja mungkin dia tidak bisa menujukkannya terang-terangan," bisik Vivienne menyipitkan matanya.
"Baiklah Anna pakaikan aku gaun yang kamu bawa itu," Anna menganggukkan kepalanya dan tersenyum simpul, menampakkan semangat mengebu-gebunya pada Vivienne.
Vivienne harus menunggu beberapa jam lagi untuk siap, semua orang tengah sibuk, membuat Vivienne bosan saja.
Hingga tahapan terakhir beberapa pelayan kemudian menyemprotkan parfum bunga mawar sebanyak mungkin.
Setelah semua siap, Vivienne kemudian menoleh kearah kaca besar di ruangan nya itu, "Ini sangat indah Anna," ujarnya kagum.
"Terimakasih Ya Mulia, pujian adalah kehormatan bagi kami," hormat para pelayan membungkukkan tubuhnya.
"Ya terima kasih semua nya telah membuat ku sangat memukau hari ini, tidak sia-sia beberapa jam ku," jawab Vivienne tersenyum simpul.
Para pelayan itu perlahan keluar dan kini tinggallah Vivienne serta Anna saja di dalam ruangan itu.
"Anna, jadwal selanjutnya nya apa?" tanya Vivienne.
"Tentu Ya Mulia, melihat persiapan pesta, termasuk makanan dan minuman, kemudian mengecek tamu undangan, lalu baru masuk bersama kaisar dan para pengeran serta menyambut para tamu," Anna menjelaskan rentetan acaranya.
"Ternyata memang se-merepotkan ini, itu sebab nya aku di siapkan dari pagi buta begini," ujar Vivienne menerawang pada langit-langit kamarnya.
"Tenang Ya Mulia saya pastikan Anda akan selalu cantik hingga pesta selesai,"
"Aish… bukan begitu maksudku," kesal Vivienne menoleh dengan tajam pada Anna.