Cole Han, gangster paling ditakuti di Shanghai, dikenal dingin dan tak tersentuh oleh pesona wanita mana pun. Namun, semua berubah saat matanya tertuju pada Lillian Mei, gadis polos yang tak pernah bersinggungan dengan dunia kelam sepertinya.
Malam kelam itu menghancurkan hidup Lillian. Ia terjebak dalam trauma dan mimpi buruk yang terus menghantuinya, sementara Cole justru tak bisa melepaskan bayangan gadis yang untuk pertama kalinya membangkitkan hasratnya.
Tak peduli pada luka yang ia tinggalkan, Cole Han memaksa Lillian masuk ke dalam kehidupannya—menjadi istrinya, tak peduli apakah gadis itu mau atau tidak.
Akankah Lillian selamanya terjebak dalam genggaman pria berbahaya itu, atau justru menemukan cara untuk menaklukkan hati sang gangster yang tak tersentuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Luwis menatap ke arah Cole, matanya memancarkan ketidakpercayaan yang dalam. Suara detik jam di ruangan itu terdengar begitu keras di tengah keheningan yang tegang.
“Apa hubungan dengan mamaku? Dia bukan bagian dari perusahaan,” ujar Will dengan suara gemetar menahan amarah.
Cole tersenyum dingin, “Apakah kau lupa, kalau Sammy memiliki dua persen saham di sini? Dan mulai hari ini, saham itu kutarik. Kalian tidak berhak lagi mendapatkan keuntungan dari perusahaan ini ... atau dari keluarga Han.”
Kata-kata itu jatuh seperti palu godam. Wajah Will memucat, sementara beberapa pemegang saham saling berpandangan, tak berani berbicara.
“Cole,” ucap Luwis dengan nada berat, “walaupun begitu, masalah keluarga tidak pantas dibahas di ruang rapat. Mengusir bibimu adalah urusan pribadi.”
Namun Cole menatap ayahnya dengan tajam, matanya menyala penuh emosi. “Direktur, apa Anda tidak tega mengusir seorang pengkhianat? Dia bukan hanya menjatuhkan putramu, tapi juga bisnismu! Apa Anda bisa diam dan menganggap tidak ada yang terjadi?”
Will mengepalkan tangan. “Kau hanya mencari alasan untuk mengusir kami. Katakan saja, kau memang menunggu kesempatan ini!”
Cole menatap adiknya dengan dingin. “Benar. Aku memang memanfaatkan kesempatan ini. Dari sisi latar belakang ibumu saja, keluarga kami sudah tercoreng. Kalau bukan karena kesalahan direktur, mungkin semua ini tidak akan terjadi.”
Ruangan hening. Semua mata tertuju pada Cole yang kini berdiri, suaranya lantang menggema.
“Sekali lagi aku tegaskan, sebagai pemegang saham terbesar, aku mengeluarkan Will Han dan Sammy dari perusahaan. Siapa pun yang menentang, silakan angkat kaki dari sini!”
Setelah berkata demikian, Cole mengambil jasnya dan berjalan keluar tanpa menoleh sedikit pun. Suara langkahnya bergema berat di lantai marmer ruang rapat.
Will berdiri terpaku. Napasnya memburu.
“Pa… apa Papa hanya diam saja dan membiarkan aku dan Mama diusir begitu saja?” serunya dengan nada putus asa.
Salah satu pemegang saham berdiri, menepuk pundak Will. “Will, ini masalah keluarga kalian. Sebaiknya kalian selesaikan secara pribadi,” katanya pelan, lalu meninggalkan ruangan bersama yang lain.
Luwis tetap berdiri di tempatnya, wajahnya kusut dan lelah. Ia menatap Will yang masih bergetar karena marah.
“Will… kau tahu seperti apa sifat kakakmu. Kenapa kau dan ibumu malah menantangnya? Sekarang dia sudah memutuskan, tak ada yang bisa menghentikannya.”
“Kenapa Papa tidak membelaku?” suara Will bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.
Luwis menunduk. “Will, kau harus ingat, perusahaan ini tidak akan berdiri tanpa kakakmu. Dia punya kekuasaan penuh.”
“Tapi Papa adalah direktur utama!” seru Will, mencoba mempertahankan logikanya.
“Posisi direktur utama hanya gelar, Will,” ucap Luwis pelan tapi tegas. “Jika Cole menginginkannya sejak awal, aku sudah tersingkir. Kali ini… aku benar-benar tidak bisa menghentikannya.”
Will mengepalkan tangannya dengan marah dan putus asa. “Lalu, apa Papa tega mengusir Mama? Aku bisa keluar, tapi Mama sudah tua, apa Papa akan membiarkan dia terlantar?”
Luwis menatap putranya lama, lalu menghela napas dalam-dalam. “Aku akan bicara lagi dengan kakakmu,” katanya lirih, sebelum akhirnya melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan Will yang berdiri sendirian di tengah meja rapat yang kini sunyi dan dingin.
Dua jam kemudian — Kediaman keluarga Han
Langit sore mulai memerah ketika halaman luas kediaman keluarga Han berubah menjadi medan kekacauan. Suara koper dan tas yang dibanting ke tanah bergema di udara.
Beberapa anggota Cole melempar pakaian milik Sammy keluar dari pintu utama.
Wanita paruh baya itu diseret keluar dengan kasar, rambutnya yang rapi kini berantakan, wajahnya merah padam karena amarah dan rasa malu.
“Hei! Kalian tidak berhak mengusirku! Aku majikan di rumah ini! Kalian hanya bawahan Cole!” bentak Sammy dengan suara melengking, berusaha melepaskan diri dari genggaman mereka.
Namun salah satu anak buah Cole menatapnya datar.
“Ini perintah Bos. Anda tidak bisa tinggal di sini lagi, Nyonya.”
Sammy mendorong dada pria itu dengan kasar. “Mana dia?! Panggil Cole ke sini! Dia pikir siapa dirinya? Hanya gangster yang suka bertindak sesuka hati! Statusku di rumah ini ibunya!”
Suasana mendadak hening ketika suara deru mobil sport terdengar memasuki halaman.
Sebuah mobil hitam berhenti di depan tangga mansion. Pintu terbuka perlahan, dan Cole keluar dengan langkah tenang namun dingin. Ia menatap pemandangan itu — ibu tirinya yang sedang berteriak dan barang-barangnya berserakan di tanah.
Tatapan Cole begitu tajam, membuat para anak buahnya segera menunduk dan mundur ke samping.
Sammy menatapnya dengan mata merah, penuh kebencian. “Akhirnya kau datang juga! Kau tega memperlakukan ibumu sendiri seperti ini?!”
Cole berjalan mendekat perlahan, setiap langkahnya terdengar berat di antara keheningan sore. Ia berhenti tepat di hadapan Sammy, lalu menatapnya dari atas ke bawah.
Suara Cole datar, tanpa emosi.
“Siapa yang mengakui kau sebagai ibuku?”
sekarang ini will itu dendam sama cole karena telah di usir dari rumahnya bersama ibunya.
lilian, jangan terpancing oleh foto maupun video itu. lebih baik kau tanyakan langsung sama cole. aku yakin cole itu benar benar cinta kamu bukan cuma mempermainkan kamu saja.
ayo lilian, kamu harus kuat