Casanova Of Devil

Barang-barang yang ada di meja berjatuhan saat Gladys telentang. Tubuhnya menggelinjang hebat karena terus mendapat hentakan dari Yofan. Mulutnya tak berhenti memperdengarkan suara erangan seksi.

Ponsel Yofan mendadak berdering. Ia mendapatkan telepon dari Safira. Kebetulan Yofan memang ada janji dengan gadis itu agar bertemu saat sore.

Yofan mengabaikan sejenak telepon dari Safira. Tangannya menarik rambut Gladys. Dia lalu menggempur lebih cepat hingga puncak kenikmatan bisa secepatnya dirinya rasakan.

"Ah! Mas! Aaaah!" lenguh Gladys. Dia sudah merasakan klimakss untuk yang kesekian kalinya. Tak lama kemudian, Yofan lah yang merasakannya.

Yofan segera mencabut aset pribadinya dari Gladys. Lalu segera memperbaiki celana dan mengambil ponsel. Dia menelepon balik Safira.

Sementara itu Gladys, dia masih terkulai lemas di meja dengan rambut acak-acakan dan tubuh yang dipenuhi tanda merah.

Usai merasakan madu Gladys, Yofan pergi begitu saja. Sebelum pergi dia berkata, "Bersihkan semua kekacauan ini sebelum kau pulang!"

"Baik, Mas..." sahut Gladys lirih. Dia perlahan bangkit dan turun dari meja.

Di sisi lain, Amel baru saja melihat Jamal dan Marvel pergi meninggalkan rumah. Dia memanfaatkan kesempatan itu untuk memeriksa setiap ruangan yang ada di rumah.

Setahu Amel, orang yang melakukan pesugihan biasanya punya ruangan khusus untuk melakukan ritual. Namun sayangnya dia tidak ada menemukan ruangan mencurigakan di rumah Yofan. Rumah tersebut terkesan normal.

"Apa aku salah?" gumam Amel sambil menggigit bibir bawahnya. Dia mulai ragu, tapi di sisi lain dirinya tetap merasa ada yang aneh dengan Yofan.

"Mungkin saja tempatnya bukan di rumah ini," duga Amel. Dia merasa harus menyelidiki lebih dalam dan cepat, karena kalau terlambat, dirinya takut hal buruk akan menimpa Safira.

...***...

Safira sekarang berada di cafe. Dia datang lebih dulu dibanding Yofan. Namun kala itu Safira tidak sendiri. Ia bersama sahabatnya bernama Tiara.

"Aku sudah nggak sabar pengen lihat cowok yang udah berhasil ngepotek hatimu itu," celetuk Tiara.

"Apaan sih, Ra? Dia itu cuman mahasiswa yang butuh bantuan aku aja. Kenapa kau berlebihan sih?" tanggap Safira.

"Gimana nggak berlebihan, kau aja senyum-senyum begitu tadi pas ngomong sama dia di telepon. Pas chatan sama dia juga kau senyum-senyum. Gimana aku nggak berlebihan? Seorang Safira gitu, jarang-jarang cewek jenius sepertimu kesem-sem segitunya sama cowok!" timpal Tiara yang tentu sangat mengenal Safira. Keduanya diketahui memang sudah bersahabat semenjak SMA.

"Nah tuh! Makin lebay kamu. Udah ah! Kamu pulang aja gih! Jangan malu-maluin aku," balas Safira.

"Sebentar aja. Aku cuma penasaran sama wajahnya loh. Lagian juga foto profilnya gambar mobil," sahut Tiara.

"Oke. Kalau kau udah lihat mukanya, kau harus langsung pulang! Janji?"

"Oke. Janji."

Beberapa saat kemudian, Yofan akhirnya tiba di cafe pertemuannya dan Safira. Tadi dia sempat mengganti kemejanya dengan yang baru, mengingat kemeja sebelumnya sudah kotor dengan noda kopi.

Yofan melangkah masuk ke cafe. Atensinya langsung tertuju ke arah Safira yang melambaikan tangan. Dia tersenyum simpul.

"Wah! Itu cowoknya?" Mulut Tiara mangap saat melihat sosok Yofan. Apalagi saat lelaki itu tersenyum lebar.

"Awas mulutmu nanti kemasukan lalat," tegur Safira yang sadar kalau mulut sahabatnya ternganga.

"Pantesan kau klepek-klepek. Dia ganteng banget, Fir! Parah! Kau ambil suamiku deh. Biar aku yang sama dia," canda Tiara.

Safira menanggapi hanya dengan menginjak kaki Tiara. Bertepatan dengan itu, Yofan datang dan duduk.

"Udah lama ya? Maaf telat. Tadi aku ada urusan mendadak," kata Yofan.

"Nggak apa-apa. Lagian aku baru aja datang, terus nggak sendiri juga. Kenalkan ini sahabatku. Namanya Tiara. Dan Tiara, ini Ardani," sahut Safira.

"Ternyata kalau dilihat lebih dekat makin tampan," komentar Tiara, mengagumi ketampanan dan aura dari sosok Yofan.

Safira lekas menyenggol Tiara dengan siku. Berharap temannya itu bisa bersikap normal.

"Eh, maaf. Aku terlalu blak-blakan. Soalnya aku jarang banget lihat Safira dekat sama cowok. Pas dekat sama cowok, dapatnya yang ganteng kayak kamu," pungkas Tiara.

"Ra! Udah deh. Aku dan Ardani cuman temenan," ujar Safira. Jujur saja, dia sangat malu dengan sikap Tiara. Sebenarnya bukan Tiara saja yang akan bersikap begitu saat mengetahui Safira dekat dengan cowok, tetapi semua orang terdekatnya lainnya. Itu karena Safira memang diketahui tidak pernah dekat dengan cowok mana pun.

"Nggak apa-apa, Mbak Safira. Faktanya kita sekarang memang dekat kan?" kata Yofan lembut. Mode perangkapnya aktif.

Deg!

Jantung Safira seketika berdegup sangat kencang.