CALON SUAMI YANG DI TUKAR

pagi harinya, seperti biasa Desi dan Devan bangun sebelum adzan subuh berkumandang. mereka berdua tentu saja langsung mandi wajib, yang tentunya sebagai sepasang suami istri yang baik, mereka harus melakukan hal rutinitas itu.

Setelah itu, mereka berdua lanjut melakukan salat subuh berjamaah. setelah berjamaah selesai, Desi pun langsung masuk ke dapur dan mulai memasak sarapan untuk mereka berdua. inilah yang membuat Devan betah dan senang karena mendapatkan Desi. selain anaknya ini rajin masak, masakannya juga enak dan tidak banyak gaya. dan ketika melakukan perawatan sama-sama, Desi juga terlihat cantik dan menarik.

"Sayang aku bantuin ya.." Devan tiba-tiba muncul di belakangnya dan langsung memeluk dirinya dari belakang. Desi yang tidak siap akan hal-hal itu tentu saja terkejut.

"astaghfirullahaladzim Mas!! kamu bikin kaget aja.!!" serunya sambil melotot ke arah suaminya. Devan yang melihat ekspresi terkejut istrinya merasa sangat lucu. jangan gemes dia pun langsung menenggelamkan wajahnya di bagian leher istrinya.

sementara Desi yang diperlakukan seperti itu merasa sedikit geli. namun merasa senang juga secara bersamaan. dia tidak menolak Apa yang dilakukan suaminya terhadap dirinya. lagi pula mereka berdua sudah sepakat untuk bisa saling menerima dan menghargai satu sama lainnya.

"aduh Mas.. kalau Mas begini terus bisa-bisa aku nggak bisa menyelesaikan masakanku ini.." ucapnya dengan suara yang pelan. mendengar itu Devan kembali mengangkat wajahnya yang ditenggelamkan tadi.

"nggak papa sayang!! lagi pula di luar juga banyak orang yang menjual sarapan kok." tanpa sadar tangan Devan mulai menjalar kemana-mana. Desi yang menyadari hal itu langsung memutar tubuhnya dan menghadap ke arah sang suami.

"kamu nakal ya Mas!! sejak kapan sih kamu jadi seperti ini!!" ucap Desi sambil mengulum senyum di bibirnya. Devan kembali terkekeh.

"kapan ya?? Mas juga tidak tahu, yang Mas tahu, perlahan-lahan Mas mulai bisa menerima semuanya dan mulai bisa mencintai kamu apa adanya. Kamu adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan untuk mengisi kekosonganku." ucap Devan dengan raut wajah yang penuh dengan dramatis. Devan pun langsung beralih memeluk tubuh istrinya dengan penuh kehangatan.

Desi yang diperlakukan seperti itu juga tidak menolak. dia juga ikut memeluk tubuh suaminya dengan erat.

"dan entah mengapa, aku menginginkan mu sayang.." bisik Devan membuat bulu tubuh Desi merinding dan berdiri. dan di sana Devan langsung melakukan aksinya.

Desi dan Devan saling menyerang, dan bahkan menikmati permainan mereka di dapur yang memang bersih itu. Dan untuk sementara, mereka melupakan masakan. tapi, untung saja apinya sudah di matikan.

nafas keduanya pun langsung memburu. Devan yang benar-benar menikmati permainan ini, langsung tersenyum puas.

"kamu begitu menggoda sayang.. Sampai mas ngak bisa menahan lama.." ucapnya. Desi pun kembali tersipu mendengar penuturan suaminya itu.

"maaf sayang.. Sekarang, mandi lagi ya.." Desi pun menganggukkan kepalanya. Dan mereka berdua pun masuk ke dalam kamar mandi. Dan bukannya mandiri, Devan malah kembali memulai aksinya. Dan Desi, dia hanya bisa menerima dan menikmati permainan suaminya yang begitu memabukkan itu.

******

sore harinya, lihat suami istri yang masih hangat-hangatnya ini duduk di teras rumah mereka. keduanya tampak sedang bertukar cerita di bawah pohon rambutan yang rindang yang ada di samping rumah Devan. dan pohon rambutan itu di sebelahnya juga ada pohon mangga yang sedang berbuah.

"gimana Mas..? Apakah usul yang aku berikan kemarin sudah Mas pertimbangkan ?" tanya Desi. mendengar itu Devan langsung menggelengkan kepalanya.

"Kamu tidak usah kerja Sayang.. kamu di rumah aja. biar aku saja yang kerja. semua kebutuhan kamu akan aku penuhi. tapi kalau mau kamu kerjanya di rumah aja ya." ucap Devan. Desi yang mendengar itu langsung memasang wajah cemberut. jujur saja Dia sangat ingin bekerja untuk membantu perekonomian mereka .

walaupun sebenarnya Devan sudah memberikannya uang lebih. tapi entah kenapa dia merasa tidak nyaman sendiri. mungkin karena masih berpikir kata-kata ibunya di masa lalu.

"Aku bukannya tidak mengizinkan mu sayang.. tapi pendapatan kita sangat berlebih. aku juga memiliki pekerjaan sampingan. tapi kalau kamu mau, kamu bisa buat konten sehari-hari di rumah. nanti pas aku pulang aku edit kan.." tiba-tiba Devan memberikan usul yang seperti itu. mendengar itu Desi langsung bersemu merah.

"aku nggak bisa Mas!! Aku paling malas memindah-mindahkan HP untuk merecord. tapi aku sebenarnya menulis di sebuah aplikasi online, dan pendapatannya juga lumayan." ucapnya sambil malu-malu. Devan yang mendengar itu tersenyum.

"kalau begitu kamu lanjutkan saja menulis.. untuk mencari uang di luar biar menjadi urusan suamimu ini." ucap Devan sambil menepuk dadanya untuk membanggakan diri. Desi pun tersenyum kembali.

saat mereka sedang duduk mengobrol, tiba-tiba satu mobil mewah melewati rumah mereka. tapi tiba-tiba berhenti begitu saja. dan di sana terlihat kaca pintu mobil dibuka. dan terlihatlah Dita yang tampak duduk di kursi kemudi sambil mengenakan kacamata hitam.

Dita menoleh ke arah keduanya dengan senyum mengejek.

"halo mbak!! apa kabar ? hidup mbak gini-gini aja terus ya? kayak aku dong.. Aku adalah istri konglomerat punya uang banyak dan punya mobil. Untung saja Mas Marco Tidak menikahimu.." ucapnya dengan bangga. tapi Desi dan Devan hanya paling melempar pandang saja tanpa berniat sedikitpun untuk menjawab.

Desi pun langsung keluar dari dalam mobilnya dengan gaya angkuhnya itu. kemudian mendekati mereka dengan gaya sombongnya.

"gimana kehidupan kamu Mbak..? Apakah kamu hidup enak dengan Devan ? tapi aku rasa tidak ya.. soalnya penampilan kalian begini-begini saja dan tidak ada bedanya dari yang dulu. ya mungkin hanya terlihat putih dan cantik serta tampan saja. tapi apa gunanya kalau tidak memiliki uang." ucapnya lagi. Desi memandang dengan mata menyipit.

"kamu ini mau pulang ke rumah ayah dan ibu..? kok malah singgah di sini sih ? kamu belum nyampe loh di rumah ayah dan ibu.." ucap Desi dengan santai. sementara Devan yang mendengar sindiran halus istrinya terhadap adik iparnya itu langsung terkekeh. Dita tampak mengepalkan tangannya dan menatap dengan malas.

"cih bilang aja kamu iri!! kamu nggak bisa seperti aku. punya mobil, punya banyak uang, cantik dan juga kaya." ucapnya lagi. Dia sangat berharap Desi bisa terprovokasi dengan kata-katanya. tapi tampaknya kakaknya ini terlihat biasa-biasa saja.

"oh selamat ya.. akhirnya kamu berhasil mendapatkan apa yang kamu mau. kalau aku sih nggak papa.. yang penting suamiku baik dan perhatian.." ucap Desi sambil merangkul lengan suaminya. dan Devan langsung menenggelamkan satu kecupan di Gading istrinya itu.

Dita yang melihat kemesraan suami istri yang diperlihatkan kepadanya langsung menempelkan tangannya lagi dan menatap dengan tajam. Marco tentu saja tidak pernah memperlakukannya begitu.