Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amanda yang membuat kesal.
“Kalian sudah siap?” Tanya Blanche dengan nada ceria. Dia berdiri sambil mengembangkan tangannya di ambang pintu kamar asrama Amy dan Amanda.
“Sebentar, aku belum selesai membereskan baju-baju…” gumam Amanda yang sibuk dengan tas koper nya.
Amy melirik Amanda dengan tatapan heran, mereka hanya menginap satu malam di rumah Blanche, tapi kenapa Amanda sampai membawa koper dan membawa banyak baju? Aneh sekali.
Blanche melirik Amy yang saat ini masih sibuk dengan laptopnya, lalu dia pun mendekatinya dan duduk persis di sebelah Amy.
“Kau sedang apa?” tanyanya.
“Aku sedang membuka email, siapa tau tante ku mengirimkan email. Kau tau, kan nomor telepon Indonesiaku sedang tidak aktif…” Amy membuka laptopnya dan menemukan ada sebuah email masuk dari Tante Siska.
‘Tante sudah kirimkan uang 100 juta ke rekeningmu! Gunakan sebaik-baiknya karena aku nggak tau kapan akan mengirimkan uang lagi!’
Amy mendesah, orang-orang serakah itu, tidak mungkin menepati janjinya. Masih untung Amy masih di kirim uang. Tapi uang segitu untuk bayar sekolah pasti belum cukup. Apakah sekarang saatnya Amy mencari pekerjaan part time untuk menyambung hidup?
“Siapa yang mengirimi email?” pertanyaan Blanche membuyarkan lamunan Amy.
“Eh? Ini Tante ku, dia bilang dia baru saja mengirimiku uang,” jawab Amy dengan senyum getir.
“Wah! Bagus dong! Kamu bisa traktir kami kalau begitu!” cetus Amanda.
Amy mengernyit, “maaf tapi uang itu mau dipakai untuk biaya sekolah,” jawab Amy sambil mematikkan laptop dan menyimpannya di lemarinya.
“Ah! Kau pelit sekali, Amy! Di Indonesia sana, kau miskin ya?” celoteh Amanda.
Amy terkekeh, “Ya, aku miskin. Yang kaya adalah kedua orang tuaku,” jawab Amy tanpa merasa minder sedikitpun walaupun dikatain oleh Amanda.
“Ayo?” Amy menenteng tas ranselnya yang berukuran sedang. Di dalamnya hanya ada dua pasang baju, beberapa pakaian dalam dan tentu saja baju renang.
Tak seperti Amy, Amanda membawa sebuah koper kecil, plus sebuah totebag yang lumayan besar.
“Kamu mau liburan?” Tanya amy heran.
Amanda terkekeh, “siapa tau aku betah dan tak mau pulang, hehehe…”
Amy melirik Blanche dengan ekspresi wajah ngeri. Dan Blanche hanya terkekeh menanggapinya.
Amy, Blanche dan Amanda kini sudah keluar dari asrama, mereka bertiga berjalan menuju mobil mewah milik Blanche yang terparkir di sana. Dan tentu saja, Amanda yang paling takjub dengan mobil Blanche ini.
“Wahh, Blanche, kau punya berapa mobil di rumahmu?” Tanya Amanda dengan penuh kekaguman sambil memandangi mobil hitam mengkilap yang tampak gagah di depannya.
“Itu mobil Papa, mobilku tak muat di naiki kita bertiga,” ucap Blanche santai, sambil berjalan masuk ke dalam dan duduk di kursi kemudi. Amanda pun dengan cepat mengambil tempat duduk tepat di sebelah Blanche dan meninggalkan tas kopernya begitu saja.
“Amy, tolong masukkan koperku ke bagasi,” ucap Amanda cuek.
Amy melirik koper Amanda yang tergeletak di aspal jalan, dan tersenyum –tak peduli lalu masuk ke dalam mobil, duduk di kursi belakang sendirian.
“Loh? Koperku mana?” kesal Amanda saat menoleh dan tak melihat kopernya.
“Masih di luar.”
“Kan tadi aku minta tolong kamu, masukkan!”
“Aku nggak jawab bisa menolongmu! Tanganku juga sibuk membawa tasku sendiri, Manda!” jawab Amy tak mau disalahkan, lalu dia mengambil ponselnya dan mulai menyibukkan diri.
“Ish! Menyebalkan!” geram Amanda sambil keluar dari mobil untuk mengambil kopernya, dan memasukkannya ke kursi belakang, tepat di samping Amy.
Amy hanya melirik sekilas, lalu kembali asyik dengan ponselnya.
“Kita berangkat?” Tanya Blanche yang berusaha mencairkan suasana karena Amanda terlihat kesal.
“Tunggu! Sebelum ke rumahmu, kita mampir di caffe dulu, oke? Aku belum makan!” pinta Amanda.
“Tenang saja, di rumahku ada banyak makanan,” jawab Blanche.
“Non! Kita harus ke caffe, karena aku sudah janji dengan temanku. Teman cowok yang aku bicarakan beberapa waktu lalu itu,” bisik Amanda.
Blanche tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya, “Oke,” jawabnya cepat.
“Astaga…” Amy mendesah dari kursi belakang-kesal. Kenapa sih Amanda selalu saja membuat acara dadakan tanpa pemberitahuan. Dan sayangnya Blanche mau-mau saja. Mungkin, karena Blanche tak pernah memiliki teman, dia jadi bersemangat akan bertemu teman-teman baru. Tapi tidak dengan Amy. Dia tak suka bertemu orang baru! Dia lelah harus menyesuaikan diri. Dia lebih senang sendiri atau main dengan orang yang sudah benar-benar dikenalnya.
“Tapi jangan lama-lama, Ache!” ingat Amy.
Amanda menoleh dan mencibir Amy, “kamu benar-benar seperti nenek tua! Nggak suka bersenang-senang.”
Amy diam –tak membalas. Percuma juga jika dia balas.
.
Mobil Blanche parker di halaman sebuah Cafe yang terlihat cozy. Amanda pun girang bukan main, dan buru-buru menggandeng tangan Blanche agar segera masuk ke dalam Cafe, meninggalkan Amy yang masih berjalan di belakang.
“Hai!” Amanda melambaikan tangannya sambil tersenyum riang pada sekelompok lelaki muda yang sedang duduk di kursi paling ujung.
Ada empat lelaki muda, mungkin berumur sekitar dua puluh tahunan. Beberapa dari mereka memang lumayan tampan, tapi terlihat sombong. Ya, mungkin karena mereka semua anak orang kaya.
Salah satu lelaki berambut hitam dan ikal, dengan badan atletis dan sangat tampan itu, berdiri dan tersenyum manis pada Amanda. Dia mendekat dan memeluk Amanda dengan erat lalu mengecup bibirnya.
Amy membola melihat kejadian itu. Dan lucunya lagi, lelaki itu pun tersenyum pada Blanche, melingkarkan tangannya di pinggang Blanche dan mengecup singkat bibir Blanche –seperti yang di lakukannya pada Amanda barusan.
“Eh buset!” gumam Amy.
Si lelaki muda itu menoleh pada Amy dan tersenyum. Saat dia mendekati Amy, Amy langsung menggelengkan kepalanya, “Non!” pekiknya sambil membelalakan matanya.
Si lelaki itu terkekeh, lalu akhirnya kembali duduk di kursinya diikuti Amanda, Blanche dan Amy.
“Hola, aku Mateo. Siapa namamu cantik?” Tanya lelaki yang ternyata bernama Mateo –pada Blanche. Dia meraih tangan Blanche dan mengecupnya lembut. Sukses membuat pipi Blanche merona merah.
“Aku Blanche,” jawab Blanche dengan senyum mengembang.
Mateo tersenyum makin lebar dan terus menatap Blanche tanpa berkedip, sampai Amanda menggodanya.”Cie.. ada yang langsung fall in love nih!” ucapnya sambil terkekeh.
Tentu saja Mateo tampak tersenyum, beberapa kali dia tampak menggigit bibirnya sambil memandangi Blanche yang tampak malu-malu. Mereka berdua terlihat seperti anak muda yang baru saja kena panah cupid.
Amy menghela, “Bakal lama nih…” gumamnya.
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️