NovelToon NovelToon
Belenggu Terindah

Belenggu Terindah

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Cintamanis
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: wasabitjcc

Ilya Perry-Ivanova menikahi Nicholas Duncan hanya untuk satu tujuan: melarikan diri dari sangkar emas neneknya yang posesif.

Tapi Nicholas Duncan, sang pecinta kebebasan sejati, membenci setiap detik dari pernikahan itu.
Tujuannya Nick hanya satu: melepaskan diri dari belenggu pernikahannya, yang mana berarti Ilya. Istrinya yang paling indah dan jelita.

Ketika satu pihak berlari ke dalam ikatan itu, dan pihak lain mati-matian berlari keluar, mampukah mereka selamat dari perang rumah tangga yang mereka ciptakan sendiri?

×wasabitjcc

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wasabitjcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Tamu tak terduga

​Kendati basah kuyup, Ilya tetap melangkah cepat memasuki vila. Tetesan air dari ujung rambut hitamnya, pakaiannya, jatuh berderai di lantai marmer menuju kamarnya. Tentu saja, tindakannya saat itu salah. Marah pada Nick adalah satu hal, tapi mengotori vila dengan tetesan air dari tubuhnya adalah tindakan kekanakan. Berbahaya dan kekanakan. Bagaimana kalau Nick atau dirinya berujung tergelincir oleh air itu?

Ia seharusnya mengeringkan diri sebelum pergi, tapi kekesalan sudah menguasai benaknya, membuatnya bertindak seperti yang sudah Nick deskripsikan tentang dirinya—tidak rasional dan kekanakan.

Ilya kedinginan, lengket, dan yang terburuk, ia kesal pada Nick.

Memang, salahnya sudah berbohong tentang dirinya yang bisa berenang, salahnya juga sudah berbohong tentang London ketika ia tidak pernah menapak di sana. Namun, apakah itu berarti Nick layak mengintimidasinya? Menceburkannya ke kolam ketika dia bisa saja tenggelam. Dia bisa saja mati!

Oke, itu berlebihan, tapi tetap saja. Ilya ketakutan tadi. Kolam itu begitu dalam dan kalau bukan karena Nick menahan tubuhnya, dia akan tenggelam ke dasar kolam seperti batu tenggelam ke dasar air.

Ilya benci perasaan itu. Ketika ia merasa tidak berdaya, dan tadi, Nick baru saja menunjukkan betapa tidak berdayanya ia tanpa pria itu. Bahwa, mereka semua berhak melakukan apa saja padanya karena pada akhirnya, ia tidak berguna. Ia tidak memiliki kekuatan untuk menopang dirinya sendiri. Dia wanita lemah dan menyedihkan!

​"Dasar menyebalkan!" Ilya membuka pintu kamarnya dan pergi ke kamar mandi untuk menanggalkan segala pakaian basah dari tubuhnya, dan membilas sisa air kolam yang meninggalkan aroma klorin di kulitnya. Setelah selesai, Ilya pun bergegas keluar.

Tanpa busana, ia melenggang menuju tas ranselnya. Ia mengambil tas itu dan membukanya di atas tempat tidur berkanopi untuk mengambil baju ganti.

Sambil memilah-milih pakaian, mata Ilya secara alami menyapu sekeliling kamar.

​Saat ia menemukan kaos dan celana pendek yang nyaman untuk malam itu, pergerakan Ilya terhenti pada sesuatu—atau seekor—yang berdesis di dekatnya. Suara seperti gesekan dedaunan, tapi lebih mematikan. Tubuh Ilya spontan menegang.

Di atas tempat tidurnya, merayap keluar dari selimut tebalnya, adalah seekor binatang yang panjang, ramping, dan berwarna hijau zaitun dengan pola hitam yang samar. Kepalanya berbentuk segitiga yang khas, sedikit terangkat, seolah sedang mengamati Ilya.

Binatang itu adalah ular, dan ular itu kini menatap Ilya, memantau setiap pergerakannya.

​Napas Ilya tercekat di tenggorokannya. Otaknya langsung menyalakan alarm bahaya. Ia tidak bisa bergerak. Ia mau bergerak. Ia takut bergerak.

Rasa dingin air kolam yang tadi merayap di kulitnya tidak ada apa-apanya dibandingkan teror yang kini mencengkeramnya. Jantungnya berdebar kencang, memukul-mukul tulang rusuknya seolah ingin melarikan diri.

​Bagaimana kalau satu pergerakan, binatang itu akan menerkamnya? Bagaimana kalau dia akan mati dalam keadaan tak berbusana?

Air mata tanpa sadar mengalir di pipi Ilya, ketakutan menguasai dirinya.

"Nick..." Panggil Ilya, suara itu keluar seperti ratapan dari bibirnya. Ilya tidak berani berteriak, tidak berani bergerak, tapi ia memanggil Nick dengan suara yang terbilang cukup besar. Ilya hanya berharap Nick sudah meninggalkan kolam dan kini berada di seberang kamarnya.

Uuuff, apa Nick bisa mendengarkannya?

"Niiickk?" Panggil Ilya sekali lagi. Air matanya sudah mengalir deras. Apa dia akan mati?

"Nicholas?"

Di luar kamar, Nick menenteng handphone Ilya yang tertinggal di tepi kolam. Ia ingin mengembalikan benda itu pada Ilya kendati sebenarnya, ia tidak berharap akan bertatap muka dengan perempuan itu. Tidak setelah apa yang terjadi di kolam. Nick tidak ingin berurusan dengan Ilya.

Nick berencana meninggalkan ponsel Ilya di balik pintu, mungkin ketika Ilya sadar ponselnya tertinggal, ia akan keluar dan menemukan ponselnya tergeletak di sana. Tindakan itu sangat pengecut memang, tapi lebih baik daripada melanjutkan pertikaian. Nick benci membuang waktunya untuk drama.

Nick berniat seperti itu, tapi..., sesuatu seperti mengusik benaknya ketika ia tak mendengar keramaian di kamar Ilya. Entah itu suara televisi atau suara musik. Kamar perempuan itu sehening pagi buta, dan hening bukanlah sesuatu yang mendeskripsikan Ilya. Tidak ketika ia terjaga.

"Nick..." Samar-samar, suara Ilya dari dalam kamar menyapa telinganya. Membuat keningnya bertaut penuh tanya. Apakah ia berhalusinasi, atau Ilya memang memanggilnya?

"Nicholas, Please..." Suara Ilya kali ini terdengar lebih putus asa. Kebingungannya tergantikan oleh rasa curiga. Nick mungkin baru mengenal Ilya, tapi ia familier dengan suara perempuan itu, dan sekarang, suara Ilya yang memanggilnya bukanlah suara kesal—suara itu adalah suara ketakutan yang sesungguhnya.

​Rahang Nick mengeras. ​Tanpa membuang waktu untuk menggedor, Nick langsung memutar gagang pintu dan mendorongnya hingga terbuka dengan paksa.

Begitu membuka pintu dan menerobos kamar Ilya, pemandangan di depannya membuat alis Nick terangkat sejenak, tapi ekspresinya tetap datar dan terkendali. Ilya berdiri tanpa busana di depannya, wajah berlinang air mata.

"Nicky..." Kelegaan merayap di dada Ilya saat Nick menampakkan diri di kamarnya. Namun, kelegaan itu tak sepenuhnya meredakan ketakutan yang melingkupinya.

"Ada apa?" Tanya Nick, matanya sebisa mungkin fokus kepada mata Ilya. Bukan kepada tubuh polos yang kini terekspos di depan matanya, membuat seluruh ototnya menegang siaga. "Aku dengar kamu memang--Oh!"

Ucapan Nick menggantung di udara ketika ia menemukan jawaban dari pertanyaannya kini mendesis pada eksistensinya. Sialan, bagaimana bisa seekor ular masuk ke kamar Ilya? Apa ular itu berbisa? Apa Ilya terluka?

"Ilya, lihat aku." Suara Nick rendah, dalam, dan dipenuhi otoritas yang tak terbantahkan. "Berjalan perlahan ke arahku."

"Bagaimana kalau dia menggigitku?"

"Ssshhh, dia tidak akan menggigitmu." Tidak kalau Ilya tidak menciptakan pergerakan tiba-tiba yang mengejutkannya dan membuatnya waspada. "Tenangkan dirimu dan fokus padaku. Sedikit demi sedikit, Ilya. Berjalan ke arahku. Aku tidak akan membiarkannya menyentuhmu. Percaya padaku, oke. Aku akan melindungimu."

Ilya begitu sungkan dan dilingkupi oleh ketakutan. Namun, melihat Nick begitu serius saat membimbingnya menjauh dari ular itu, akhirnya secuil keberanian menggerakkan otot-otot tubuhnya yang sekaku kayu. Ia bergerak seinci demi seinci, menjauh dari seekor ular yang kini mengintai pergerakannya.

Kemudian, ketika Ilya berhasil menjauh dari ular itu, Ilya langsung berlari menerjang Nick dan memeluk pria itu dengan erat. Tubuhnya gemetar hebat. Isakannya lolos antara ketakutan dan kelegaan, dan Nick membalas mendekapnya dengan hela napas lega.

"Aku pikir aku akan mati," kata Ilya, isakannya semakin besar.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati, Princess. Tidak dibawah pengawasanku." Nick mengusap surai hitam Ilya dan berusaha menenangkan tubuh perempuan itu yang bergetar di dalam dekapannya. "Ayo, keluar." Bisik Nick, "Tempat ini tidak aman."

"Ta-tapi..." Ilya baru menyadari penampilannya yang begitu polos dan begitu memalukan. Wajahnya menjadi merah padam. "Pakaianku." Mata Ilya kembali bergulir kepada tas ranselnya yang berada di wilayah kekuasaan ular itu.

"Kita akan ke kamarku," bisik Nick lagi, ia merangkul Ilya keluar dari kamar dengan penghuni baru itu.

​Sambil merangkul Ilya rapat dalam dekapannya, Nick menghempaskan pintu kamar itu hingga tertutup dengan bunyi 'Brak' yang keras.

Ilya masih tampak linglung dan menggigil.

​Nick memutar tubuh Ilya, memaksa perempuan itu untuk menatapnya. Matanya yang biasa dingin kini menunjukkan perhatian yang keras.

"Kamu sudah aman, Princess. Ular itu terkunci di dalam. Tarik napas. Kamu baik-baik saja. Aku ada di sini, kamu akan baik-baik saja." Nick lalu mengusap pipi Ilya dengan lembut.

"Terima kasih sudah datang," bisik Ilya, isakannya mungkin mereda, tapi rasa malu kini melingkupinya. Ia berusaha menutupi tubuh polosnya dengan tangan, tapi apa yang dapat dua tangan kurusnya lakukan? Nick sudah melihat segalanya. Potret tubuh polos Ilya sudah terpatri permanen di benaknya, panas menggelora, seperti bara.

"Aku akan mengambil pakaianku," kata Nick, sekali lagi berusaha tetap waras di depan Ilya. Perempuan itu baru saja dilanda kejadian traumatis, demi Tuhan!

Bukan saatnya ia berpikir tentang betapa mulus dan halusnya kulit seputih porselen itu.

...----------------...

1
carlos cupu
Jangan berhenti menulis, kami butuh cerita seru seperti ini 😍
Cute/Mm
Cerita yang mencairkan hati, romantis abis!
kozumei
Meresap dalam hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!