Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 – Akademi Eldamar dan Gadis Berambut Perak
Tiga Hari Sejak Xiao Chen Pergi
Akademi Eldamar, tempat sihir tertinggi dari seluruh benua, kembali tenang. Meski tak banyak yang tahu, fenomena langit gelap dan petir spiritual yang muncul tiga hari lalu mengguncang banyak kerajaan.
Elvira duduk sendirian di taman akademi. Di hadapannya, bola kristal pelatihan melayang, tapi Qi-nya tak stabil.
> “Terlalu banyak yang kupikirkan…” bisiknya.
Ia mengingat kata-kata terakhir gurunya, Xiao Chen.
> “Bangun istanamu. Jangan menunggu. Dunia butuhmu lebih dari yang kau kira.”
Sejak hari itu, Elvira berubah. Ia belajar teknik dasar kultivasi yang diajarkan Xiao Chen secara diam-diam—teknik yang tak dikenali sistem sihir manapun.
Dan hasilnya? Qi-nya melonjak melewati penyihir kelas atas di akademi.
Namun… ia menyembunyikannya. Karena jika dunia tahu ia menggunakan sistem di luar sihir, itu bisa memicu kekacauan.
—
Pertemuan dengan Kepala Akademi
Kepala Akademi Eldamar, Magister Varion, mengundangnya secara pribadi.
> “Putri Elvira, aura Anda berubah… seperti menyatu dengan kekuatan yang lebih tua dari sihir itu sendiri.”
> “Aku hanya memahami dunia dari sudut yang berbeda, Guru,” jawab Elvira sopan.
Varion terdiam. Ia pernah melihat aura seperti ini—pada seorang pria dari dimensi lain… dua abad lalu. Namun pria itu menghilang, dan dianggap legenda yang tak terbukti.
> “Aku hanya ingin Anda tahu… kekuatan baru seringkali menimbulkan ketakutan. Hati-hatilah.”
Elvira mengangguk. Dalam hatinya, ia tahu siapa sosok itu. Luthen, sang legenda, dan kini—gurunya sendiri melangkah di jalan yang sama.
—
Xiao Chen dan Kota Terapung Azreth
Sementara itu, jauh di atas awan, kota terapung Azreth melayang di langit. Sebuah reruntuhan tua dari era sebelum dunia ini diatur ulang. Tempat ini bukan sekadar kota, tetapi penjara dimensi bagi makhluk kuno.
Xiao Chen berdiri di gerbang Azreth, matanya menatap pilar segel.
> “Tempat ini… dibangun untuk menyegel sesuatu yang terlalu kuat bagi dunia ini.”
> “Mungkinkah ini… satu dari lima penjaga Core Dunia?”
Luthen muncul dari belakangnya.
> “Benar. Yang tersegel di sini adalah Rexarion, naga penjaga Core Logam.”
> “Dan untuk membangunkan Rexarion, kau harus menunjukkan Qi spiritual murni… melebihi batas dunia ini.”
Xiao Chen tersenyum.
> “Sudah kuduga.”
Ia duduk bersila, dan mulai mengalirkan Qi dari dalam Dantian Abadi Langit miliknya. Langit segera berubah. Angin terhenti. Semua energi dunia seperti tertarik padanya.
> BOOM!
Pilar retak.
Gemuruh dari dalam bumi terdengar.
Sebuah suara raksasa menggema di udara:
> “Siapa… yang mengganggu tidurku setelah 200.000 tahun?”
> “Namaku Xiao Chen. Aku bukan bagian dari dunia ini. Tapi aku akan menyelamatkannya.”
—
Gadis Berambut Perak – Sang Mata-mata dari Dewan
Kembali di Eldamar, seorang murid perempuan baru masuk ke akademi.
Berambut perak, mata tajam biru kristal. Namanya: Sylvia Arkhenis.
Tidak ada yang tahu, ia adalah cucu dari salah satu Dewan Pahlawan, dan ditugaskan menyelidiki “keanehan” yang terjadi di Akademi—khususnya pada Elvira.
> “Misi utamaku… adalah mengidentifikasi apakah ras-ras minor mulai berkembang.”
> “Dan jika ya… aku harus melaporkannya.”
Namun saat ia diam-diam mengikuti Elvira ke taman malam hari dan melihat gadis elf itu bermeditasi, ia tak menyangka…
> Aura kultivasi!
> “Bukan sihir… bukan mana… ini Qi murni! Dari dunia lain?!”
Ketika Elvira membuka matanya, mereka saling bertatap.
> “Keluar dari semak-semak itu. Aku tahu kau mengintai.”
Sylvia muncul. Senyumnya kaku.
> “Kau bukan sekadar elf biasa. Apa kau juga… bagian dari mereka?”
Elvira tersenyum.
> “Aku murid Xiao Chen. Kau boleh takut sekarang.”
—
Duel Rahasia di Ruang Dimensi
Malam itu, mereka berdua masuk ke ruang simulasi dimensi tertutup—sebuah area yang tidak bisa diakses guru maupun murid biasa.
Sylvia mengeluarkan tongkat sihir canggih milik keluarga Arkhenis, lalu melepaskan sihir es kelas tinggi.
Namun Elvira menghindar tanpa mantra, hanya dengan mengendalikan udara di sekelilingnya.
> “Bagaimana kau bisa bergerak tanpa incantation?”
“Kau bukan manusia…”
Elvira mengumpulkan Qi, lalu mengaktifkan “Tarian Petir Roh Elara”, jurus tingkat dasar dari Xiao Chen yang ia pelajari.
Seketika, Sylvia terpental.
> “Kekuatan seperti ini… tidak ada di catatan sihir manapun.”
Elvira berdiri di atasnya, tidak membunuh. Hanya menyentuhkan jari ke dahi Sylvia—seperti yang pernah dilakukan gurunya.
> “Lihatlah dunia seperti aku melihatnya.”
Gambar demi gambar menyatu di kepala Sylvia: penderitaan ras lain, kehancuran kota Salazar, pengkhianatan Dewan, dan… sosok Xiao Chen yang melangkah tanpa beban, menyelamatkan siapapun tak peduli ras.
Air mata mengalir dari mata Sylvia.
> “Selama ini… aku dibesarkan dalam kebohongan.”
—
Awal Aliansi Baru
Sylvia menyerahkan lencana Dewan, dan memilih bergabung dengan Elvira.
> “Dunia ini butuh revolusi. Dan kalian… akan memimpinnya.”
Sementara itu, jauh di langit, Xiao Chen berdiri di punggung Rexarion—naga logam dengan Qi spiritual murni yang baru saja ia jinakkan.
> “Satu Core telah kembali ke alam. Empat lagi… dan langit ini akan berubah.”
—