NovelToon NovelToon
Miranda Anak Yang Disisihkan

Miranda Anak Yang Disisihkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni / Cintapertama
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

bagaimana jadinya kalau anak bungsu disisihkan demi anak angkat..itulah yang di alami Miranda..ketiga kaka kandungnya membencinya
ayahnya acuh pada dirinya
ibu tirinya selalu baik hanya di depan orang banyak
semua kasih sayang tumpah pada Lena seorang anak angkat yang diadopsi karena ayah Miranda menabrak dirinya.
bagaimana Miranda menjalani hidupnya?
simak aja guys
karya ke empat saya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ziarah ke makam mamah

Amar, Amir, dan Miranti menunggu dengan gelisah di depan ruang IGD. Miranti mondar-mandir, sesekali memegangi dada sendiri seolah mencoba menahan gemuruh paniknya.

“Lena, kenapa kamu begini, Nak,” lirih Miranti sambil mengusap wajahnya yang basah.

“Sabar, Mah. Lena kuat, dia pasti selamat,” ujar Amar menenangkan, meski suara dan genggamannya di bahu Miranti ikut bergetar.

Pintu IGD terbuka. Seorang dokter perempuan melangkah keluar. Amar cepat mendekat.

“Bagaimana kondisi pasien, Dok?” tanyanya, nada suaranya tegang.

Dokter melepas maskernya lalu menarik napas panjang. Miranti spontan merapat, tatapannya penuh cemas, sementara Amir berdiri tegak di belakangnya, jemari mengepal.

“Alhamdulillah pasien selamat. Untung dibawa cepat. Racun belum sempat mengenai jantung maupun paru-paru. Hanya ada iritasi di tenggorokan,” jelas dokter itu tenang.

Ketiganya langsung mengembuskan napas lega hampir bersamaan.

“Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan,” tambah dokter.

“Kami ambil ruang VIP, Dok,” ucap Amar mantap.

“Silakan urus administrasinya,” balas dokter.

Setelah dokter pergi, Amir menepuk punggung Amar lalu menuju bagian administrasi. Sementara itu, Miranti bersama Amar memasuki ruangan tempat Lena berbaring, masih lemah tetapi bernapas stabil. Miranti langsung menggenggam tangan putrinya, matanya kembali berkaca.

Lena akhirnya dipindahkan ke kamar VIP. Miranti dan Amir duduk di sisi ranjang, menunggu dengan sabar meski wajah mereka tak bisa menyembunyikan kekhawatiran. Lena masih belum sadarkan diri, nafasnya pelan namun teratur.

Amar mondar-mandir di depan pintu sambil sibuk menelpon Lusi dan Handoko.

“Bagaimana keadaan Lena?” tanya Lusi begitu tiba, napasnya terengah karena tergesa. Ia langsung izin dari tempat kerja setelah mendengar kabar itu.

“Sudah melewati masa kritis,” jawab Amir tenang, walau matanya tampak lelah.

Lusi masuk ke kamar, menatap Lena yang terbaring pucat. “Kenapa Lena senekad ini,” gumamnya khawatir.

“Tidak tahu. Mungkin dia sangat sakit hati. Wajar, Lena tidak pernah dibentak sekeras itu,” ujar Amir lirih.

Miranti mengusap wajahnya sambil menangis. “Kenapa ayah kalian tega pada anak yatim piatu seperti Lena.”

Amar menggeram. “Ini semua gara-gara anak sialan itu.”

Pintu kamar terbuka. Handoko muncul dengan wajah kusut penuh penyesalan. “Bagaimana keadaan Lena?” tanyanya, suaranya bergetar.

“Ini semua gara-gara Ayah,” bentak Amar. “Ayah selalu membela anak pembawa masalah itu. Anak yang membuat Mamah meninggal.”

Amir menunjuk Handoko dengan mata merah. “Jika Lena sampai kenapa-napa, aku tidak akan anggap Ayah sebagai orang tua lagi. Ayah penyebab orang tua Lena meninggal. Harusnya Ayah paling lembut sama dia.”

Handoko menunduk, wajahnya hancur oleh rasa bersalah.

“Semuanya benar. Ini gara-gara Ayah memihak orang yang seharusnya tidak dipihak. Aku benci Ayah,” ujar Lusi sambil menahan tangis.

Miranti menepuk bahu Lusi pelan. “Sudah. Jangan memojokkan Ayah kalian. Ayah sedang banyak pikiran. Tapi Ayah juga harus ingat, Lena anak yang lemah. Ia yatim piatu gara-gara Mas Handoko. Mas harusnya bisa lebih lembut.”

Handoko tak sanggup berkata apa pun.

“Ayah.”

Semua menoleh. Lena membuka mata perlahan.

“Lena kamu sudah sadar,” seru Miranti lalu membelai kepala gadis itu.

“Haus, Mah,” bisik Lena.

Miranti segera membantunya minum.

“Mamah, Kak Lusi, Kak Amar, Kak Amir, maafkan Lena. Lena merepotkan kalian,” isaknya lemah.

“Tidak, Sayang. Kamu tidak salah,” ucap Amar cepat, suaranya parau.

Lusi menatap Handoko tajam. “Ayah, cepat minta maaf sama Lena.”

Handoko tidak berdaya. Ia tahu seluruh anaknya akan membencinya jika ia tidak meminta maaf pada Lena. Dengan langkah berat, ia mendekat ke sisi ranjang.

“Ayah, maafkan Lena ya. Lena salah,” bisik Lena pelan.

“Lena, justru ayah yang harus meminta maaf. Ayah kemarin terlalu emosi,” ujar Handoko sambil menggenggam tangan Lena yang lemah.

Di dalam hati, Handoko bergumam, “Baru sekali aku membentaknya dia sudah nekat seperti ini. Miranda dibentak berkali-kali oleh saudara-saudaranya tetapi masih bertahan sampai sekarang.”

Handoko menunduk lalu memeluk Lena. Gadis itu menangis dalam pelukannya. Jika diperhatikan lebih jelas, terlihat sekilas senyum licik yang muncul di sudut bibir Lena. “Dengan sedikit trik saja ayah sudah takluk,” ucapnya dalam hati.

“Yah, Lena ingin ayah berjanji,” ujar Lena setelah melepaskan pelukan.

“Iya. Katakan saja. Kalau ayah mampu, ayah akan usahakan,” balas Handoko lirih.

“Janji ayah jangan bentak Lena lagi. Kalau ayah tidak suka, langsung usir Lena saja,” pinta Lena dengan suara memelas.

Lusi mengusap kepala adiknya itu. “Tenang saja. Kalau ayah berani mengusir Lena, kami semua akan ikut pergi,” ucap Lusi tegas.

Handoko menghela napas panjang. “Ya, ayah janji.”

“Ayah harus janji akan memenuhi keinginan Lena,” lanjut Lena.

“Ya, ayah harus mewujudkan kebahagiaan Lena,” tambah Lusi. “Ayah, aku, Amar, dan Amir harus membahagiakan Lena. Aku sangat sakit kehilangan Mamah, sedangkan Lena kehilangan kedua orang tuanya dan itu karena ayah.”

Handoko menunduk diam. “Ya, ayah akan memenuhi keinginan kamu, Lena.”

Handoko akhirnya takluk oleh keingan anak-anaknya, “aku sudah kehilangan Miranda jangan sampai aku kehilangan ketiga anakku” pikir handoko

..

,,

Di rumah Kirana suasananya berbeda dengan mansion tempat Rian tinggal. Di mansion Kirana, Miranda mendapat kamar sendiri, sementara para ART menempati ruangan tidak jauh dari sana. Ada tombol khusus di dekat ranjang untuk memanggil ART kapan saja.

Yang membuat Miranda betah adalah perpustakaan besar yang berada tepat di samping kamarnya. Miranda memang maniak membaca. Selain suka menonton drama Korea, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan buku. Hampir seluruh koleksi di perpustakaan sekolah sudah dia baca.

Pagi itu Miranda sarapan bersama Kirana di ruang makan yang hangat dan elegan.

“Apa cita-cita kamu, Nak?” tanya Kirana sambil menatap Miranda lembut.

“Menjadi kasir Indomaret, lalu mengumpulkan uang. Saya ingin tinggal di kontrakan, kuliah, jadi sarjana, melamar kerja sebagai sekretaris CEO, mengumpulkan uang lagi, dan nanti memberangkatkan Mang Agus serta Bi Mirna ke tanah suci,” ujar Miranda penuh semangat.

Kirana tertegun. Ia nyaris tidak percaya. “Sesederhana itu cita-cita istri dari Rian Baskara,” gumamnya dalam hati, tetapi tidak ia sampaikan.

“Bagus sekali. Kalau begitu, setelah menikah kamu harus kuliah. Biar itu urusan mamah,” ucap Kirana sambil tersenyum.

“Terima kasih, Mah,” balas Miranda tulus.

“Hari ini kamu bisa temani mamah ke suatu tempat?” tanya Kirana lagi.

Miranda menarik napas pelan, lalu bicara jujur. “Maaf, Mah. Hari ini hari bersejarah bagi saya. Boleh tidak kalau besok saja saya menemani mamah?”

“Oh tentu saja bisa,” jawab Kirana santai. “Kalau kamu ada agenda, tidak apa-apa. Nanti biar Mila dan Mili menemani kamu. Reza harus mengawasi bayi besarnya. Dia suka membuat ulah kalau sedang akan menikah.”

Miranda menunduk sopan. “Baik, Mah. Terima kasih.”

..

Miranda bersama Mila dan Mili berangkat menuju sebuah tempat yang sangat berarti baginya. Hari ini adalah hari kematian ibunya, Nurmalinda. Hari ketika ia selalu datang ke makam untuk bercerita tentang hidupnya, dan hari ketika ia kembali mengingat semua kesalahan yang ditimpakan kepadanya tanpa pernah ia pahami.

Perjalanan menuju pemakaman memakan waktu sekitar satu jam. Miranda membawa setangkai melati putih, bunga kesukaan ibunya. Begitu tiba, dua pengawal mengikuti mereka dari kejauhan. Miranda melangkah pelan menuju makam Nurmalinda, lalu duduk di samping nisan yang sudah ia rindukan. Ia menaburkan air, menyebarkan bunga, kemudian berdoa sejenak. Tangannya mengusap batu nisan itu dengan lembut.

“Mah, apa kabar?” bisiknya lirih.

“Mah, aku sudah lulus SMA. Mang Agus dan Bi Mirna selalu ada untuk aku, Mah. Mamah pasti kaget kalau dengar ceritaku.” Miranda menarik napas panjang.

“Mah, aku mau menikah. Orangnya tampan sekali, Mah. Kaya juga, lebih kaya dari ayah. Tapi dia galak. Untung calon mamah mertuaku baik, Mah. Baik sekali.” Suaranya mulai bergetar.

Tiba-tiba terdengar suara dari belakang.

“Miranda, kenapa kamu di sini? Dan apa hubungan kamu dengan Nurmalinda?”

Miranda menoleh cepat.

“Mamah Kirana, kenapa ke sini?”

“Ziarah,” jawab Kirana sambil mendekat. “Ini makam teman mamah. Teman baik mamah.”

Miranda menunduk, lalu suaranya pecah. “Mamah Linda itu mamah aku, Mah.”

Kirana terdiam sejenak, lalu memeluk Miranda erat.

“Nurma, Nurma, lihatlah,” ucap Kirana sambil menatap nisan itu. “Sekarang anak kamu akan menjadi menantuku. Dulu kita pernah berjanji, kalau punya anak, akan kita jodohkan.”

1
partini
super wow mamer 👍👍👍
Kakak ga punya akhlak
Lili Inggrid
lanjut
Ara putri
masih nyimak,
partini
mamer badass,,ajari mantumu biar Badas juga aihhh TK kira sisi lain nya bakal like queen mafia ehhh masih melempem
partini
Rian emang bego
partini
hemmm
Ara putri
udh sedih diawal. tiba bab ini malah gk jadi sedih
Ara putri
aku nangis bacanya tor
partini
love it
partini
pak CEO kalau artis dewasa tuh mereka ada sex scan itu real gaimana mau virgin dihhh ledhoooooooooo Weh weh
partini
sehhh artis lendir man dan Rian bilang itu wajar 🙄🙄🙄🙄 betul" something wrong with his mine CEO mau lobang bekas hee Rian adanya mah beli yg masih segel lah ,,Miranda tunjukan taringmu like queen mafia
partini
🙄🙄🙄🙄 lah siapa kamu bilang tidak sah dasar OON
partini
lah kamu aja ga perduli
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
partini
mama Karin ternyata temennya mama nya Miranda wah 👍👍👍👍
mma Karin be smart dong selangkah di depan dari anak CEO 1/2ons yg masih cinta masalalu nya
partini
biar aja dia nunggu dia kan CEO 1/2 ons 😂😂😂,kalau dia smart bisa cari tau dia di sana ngapain aja tapi itu tidak mungkin
partini
tenyata Miranda polos tapi mematikan 👍👍👍👍👍 very good
partini
za ga takut apa ketahuan bilang bos bloOn tapi betul yg kamu bilang ga ada CEO Smart soal masa lalu BLOON semuheeee best kamu za 👍👍👍👍
partini
wah good job pak Reza nanti minta bonus yah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!