Terpaksa Menikah
Alice berjalan gembira menuju panti asuhan, langkahnya ringan dan hatinya berbunga-bunga. Di tangannya, dia menggenggam erat selembar kertas berisi pengumuman kebahagiaan. Kertas itu menunjukkan bahwa Alice berhasil lulus dengan nilai yang sangat memuaskan, dan yang lebih menggembirakan, dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di salah satu perguruan tinggi terbaik di negaranya.
Sesampainya di panti asuhan, Alice tak sabar ingin membagikan kabar baik itu kepada teman-teman dan pengasuhnya. Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar penuh harapan.
Alice adalah anak yatim piatu yang tidak pernah tahu siapa kedua orang tuanya. Ia ditemukan di depan panti asuhan saat masih bayi, dan sejak itu, panti asuhan itulah rumah dan keluarga bagi Alice.
Namun, semangat juang Alice tak pernah padam. Ia selalu berusaha keras dalam belajar, bermimpi untuk keluar dari panti asuhan dan meraih kesuksesan. Kini, kesempatan itu ada di tangannya. Alice tak ingin menyia-nyiakan peluang emas yang telah diberikan kepadanya.
Alice memasuki ruang tamu panti asuhan dengan langkah gembira. Ia menemukan teman-teman dan pengasuhnya sedang berkumpul, dan dengan suara bersemangat, ia berteriak, "Kakak-kakak, adik-adik, aku punya kabar gembira! Aku lulus dan mendapat beasiswa di univeristas negri" Semua orang langsung menoleh dan tersenyum, ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan Alice.
Mereka berbondong-bondong mendekati Alice untuk melihat kertas yang ia pegang. Saat mereka membaca pengumuman itu, sorak gembira pun terdengar di seluruh panti asuhan. Alice merasa bangga dan bahagia, kini ia siap melangkah lebih jauh dan mewujudkan impian-impian yang selama ini ia gantungkan di langit-langit hatinya.
Tak lama kemudian, kakek Anderson tiba di panti asuhan. Alice, dengan sopan, membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat kepada pria tua itu. Raut wajahnya terlihat penuh kebahagiaan dan harapan.
"Bagaimana kabarmu, nak?" tanya Tuan Anderson sambil mengusap puncak kepala Alice dengan lembut. Matanya menatap Alice dengan penuh kasih sayang.
"Kabar saya sangat baik, Kakek. Hari ini saya dinyatakan lulus dan mendapatkan beasiswa kuliah di univeristas negri terbaik di kota ini!" jawab Alice bangga. Gadis itu tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.
"Gadis pintar," puji Tuan Anderson. Dia tersenyum bangga, seolah merasakan kebahagiaan yang dirasakan Alice.
Tuan Anderson menatap Ibu Lena dengan ekspresi yang serius, seolah ingin menyampaikan pesan penting padanya.
Ibu Lena, yang merupakan pengasuh panti asuhan, menangkap isyarat tersebut dan mengangguk lemah.
"Tolong beri pengertian kepadanya," ucap Tuan Anderson dengan nada yang tegas namun lembut.
"Baik, Tuan Anderson," jawab Ibu Lena sambil menghela napas panjang, memahami tanggung jawab yang diembannya.
Tuan Anderson kemudian menyerahkan beberapa mainan dan kebutuhan panti asuhan lainnya, seperti pakaian, makanan, dan perlengkapan sekolah. Anak-anak panti tampak girang dan bersemangat saat menerima bantuan tersebut. Beberapa dari mereka langsung memeluk Tuan Anderson, mengucapkan terima kasih dengan mata bersinar.
Setelah memastikan semua bantuan telah diserahkan, Tuan Anderson mengucapkan perpisahan kepada Ibu Lena dan anak-anak panti asuhan. Dia berjalan menuju mobilnya dengan langkah pasti, seolah menemukan sebuah misi baru dalam hidupnya.
Sementara itu, Ibu Lena menatap punggung Tuan Anderson yang semakin menjauh, meresapi pesan yang ingin disampaikan oleh pria tersebut.
*
*
"Alice, Tuan Anderson sangat berjasa untuk kehidupan mu dan juga untuk panti ini, beliau memintamu menikah dengan tuan muda Lucas" ucap ibu Lena.
Lucas cucu dari tuan Anderson pernah mengalami kecelakaan setelah pulang sekolah bersama kedua orang tuanya, nyawanya hampir saja tidak tertolong karena kehilangan banyak darah.
Lucas memiliki golongan darah Rh-nul, salah satu golongan darah yang langka di dunia, beruntung ada Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas. Sehingga pria itu bisa di selamatkan.
Kedua orang tua Lucas sudah meninggal dalam kecelakaan tersebut. Sehingga Lucas di rawat oleh sang kakek.
Kedatangan tuan Anderson ke panti untuk meminta kesediaan Alice untuk menikah dengan sang cucu.
"Ibu harap kamu tidak menolak permintaan tuan Anderson." ucap ibu Lena.
Alice menggenggam kertas yang ada di tangannya, dan menundukkan kepalanya. Di dunia ini dia tidak memiliki siapa-siapa lagi selain keluarga di panti dan Tuan Anderson, Pria tua itu sudah berjasa untuk kelangsungan hidupnya selama ini. Kertas di tangan Alice sudah tidak beraturan lagi, akibat remasan tangannya.
Alice mengangkat kepalanya, dan mengangguk menyetujui permintaan tuan Anderson.
"Kamu memang anak yang berbakti dan penurut" ucap ibu Lena. "Jangan khawatir, kamu masih bisa melanjutkan kuliahmu"
Mendengar keputusan ibu Lena, Alice terpaku sejenak. Ia merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Sebagai tanda terima kasih kepada tuan Anderson yang telah membiayai hidupnya, ia harus menyetujui perjodohan yang diatur oleh ibu Lena.
Ibu Lena segera menghubungi tuan Anderson dan memberitahu tentang kesediaan Alice menikah dengan tuan muda Anderson.
Alice berjalan perlahan menuju kamarnya. Begitu pintu terkunci, ia langsung terjatuh berlutut dan menangis tersedu. Mimpi-mimpi indah yang selama ini ia gantungkan pada masa depan kini harus ia kubur dalam-dalam. Air mata Alice membasahi pipinya, mengalir deras tak terbendung.
Sementara itu, cerita pahit tentang hidupnya kembali menghantui pikiran Alice. orang tua yang seharusnya merawat dan melindungi Alice malah membuangnya ke panti asuhan, meninggalkannya tanpa cinta dan kasih sayang.
Tuan Anderson yang baik hati datang dan menyelamatkan Alice, membiayai hidupnya selama ini tanpa pamrih. Alice tahu bahwa ia harus berterima kasih kepada tuan Anderson, namun perasaan terpaksa untuk menikah dengan tuan muda Anderson sangat mengganjal hatinya.
Pernikahan yang seharusnya merupakan ikatan cinta, kini hanya menjadi pengorbanan demi membayar budi.
*
*
Setelah selesai menyantap hidangan malam yang lezat, Tuan Anderson memanggil Lucas ke ruang kerjanya. Dengan wajah serius, ia mengungkapkan niatnya kepada sang cucu.
"Lucas, aku ingin kamu menikah dengan Alice, gadis dari panti asuhan," ujar Tuan Anderson tanpa basa-basi.
Mendengar hal itu, Lucas langsung mengepalkan tangannya dan wajahnya memerah. "Aku tidak mau kakek!" tolak Lucas keras kepala. "Bagaimana mungkin aku dijodohkan dengan gadis dari panti asuhan?"
Tuan Anderson menatap Lucas tajam.
"Keputusan kakek sudah bulat, kamu tidak bisa menolaknya. Demi keluarga Anderson, kamu harus menikah dengan Alice." Tegas Tuan Anderson dengan suara berat.
Lucas menggigit bibirnya, merasakan kemarahan yang membara.
"Bagaimana mungkin kakek ingin menikahkan ku dengan gadis panti asuhan? Apa penilaian orang-orang nanti? Pasti mereka akan menertawakan ku karena menikahi seorang gadis panti asuhan!" gerutu Lucas sambil mengepalkan tinjunya.
Tuan Anderson terdiam sejenak, lalu kembali menatap Lucas dengan tatapan tajam. "Keluarga Anderson bukan hanya soal harta dan kedudukan, tapi juga tentang kebaikan hati dan rasa tanggung jawab. Alice adalah gadis baik yang layak mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik. Kamu harus belajar untuk menerima dan mencintainya, sebagaimana kakek mencintai keluarga ini."
Dengan berat hati, Lucas meresapi setiap kata yang diucapkan kakeknya. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa Tuan Anderson hanya menginginkan yang terbaik untuknya.
Namun, bagaimana ia bisa menerima perjodohan ini tanpa merasa dipermainkan oleh takdir?.
Lucas menggelengkan kepalanya, "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menikahinya" Teriak Lucas dan berlalu meninggalkan ruangan kerja kakeknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Srie Handayantie
aku mampir thorrr /Smile/
2025-05-12
1