NovelToon NovelToon
THE SECRETARY SCANDAL

THE SECRETARY SCANDAL

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Playboy / Obsesi / Kehidupan di Kantor / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: NonaLebah

Dia mendengar kalimat yang menghancurkan hatinya dari balik pintu:
"Dia cuma teman tidur, jangan dibawa serius."

Selama tiga tahun, Karmel Agata percaya cintanya pada Renzi Jayawardhana – bosnya yang jenius dan playboy – adalah kisah nyata. Sampai suatu hari, kebenaran pahit terungkap. Bukan sekadar dikhianati, dia ternyata hanya salah satu dari koleksi wanita Renzi.

Dengan kecerdasan dan dendam membara, Karmel merancang kepergian sempurna.

Tapi Renzi bukan pria yang rela kehilangan.
Ketika Karmel kembali sebagai wanita karir sukses di perusahaan rival, Renzi bersumpah merebutnya kembali. Dengan uang, kekuasaan, dan rahasia-rahasia kelam yang ia simpan, Renzi siap menghancurkan semua yang Karmel bangun.

Sebuah pertarungan mematikan dimulai.
Di papan catur bisnis dan hati, siapa yang akan menang? Mantan sekretaris yang cerdas dan penuh dendam, atau bos jenius yang tak kenal kata "tidak"?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaLebah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5

Matahari pagi menyinari ruangan kerja mewah itu, namun tidak mampu menembus awan kelam yang menyelimuti Renzi Jayawardhana. Dia berdiri di belakang mejanya yang luas, tubuhnya tegang bagai kawat berarus listrik. Di hadapannya, Pita berdiri dengan kepala tertunduk dalam-dalam, bahunya yang ramai itu gemetar ringan. Di sudut ruangan, Fano berdiri kaku, tak tega menyaksikan adegan itu.

"Laporan analisis kuartal tiga, yang seharusnya selesai kemarin, mana?!" hardik Renzi, suaranya seperti petir yang memecah kesunyian. Tangannya menghantam setumpuk dokumen di mejanya, membuat beberapa lembar beterbangan ke lantai marmer. "Ini salah satu laporan terpenting tahun ini, dan kamu kasih saya data yang nggak sinkron antara halaman 5 dan 17?!"

Pita hanya bisa mengangguk kecil, mencoba menahan isak tangis yang sudah mengganjal di tenggorokannya. Dia cantik dan seksi dengan blus sutra yang dipakainya hari ini, tapi di hadapan Renzi yang murka, kecantikannya sama sekali tak berarti. Kosong. Itulah kata yang terpikir oleh Renzi. Otaknya kosong.

"Sial! Hal begini juga harus gue yang ngerjain?!" bentak Renzi lagi, matanya menyala-nyala. Dia biasanya selalu bisa menjaga sikap dingin dan terkendali, terutama di depan wanita. Tapi hari ini, batas kesabarannya sudah terlampaui. "Terus fungsinya lo apa?!"

Melihat dokumen-dokumen yang berserakan, Fano segera beringsut mendekat. Dengan gerakan hati-hati, dia berlutut dan mulai memunguti kertas-kertas itu, berusaha merapikannya. Dalam hati, Fano membayangkan betapi sempurnanya Karmel dulu. Tak pernah ada selembar pun kertas yang salah tempat, apalagi kesalahan data yang begitu fatal. Seolah ini adalah skenario yang sengaja dirancang Karmel—meninggalkan pengganti yang tak kompeten untuk mempermainkan emosi Renzi si perfeksionis. Satu noda kecil di kertas kerjanya saja sudah cukup membuatnya mengamuk, apalagi kekacauan semacam ini.

"Dan lo, Fano!" Renzi berputar, menujukan kemarahannya pada asistennya yang sedang berlutut. "Mana hasil pencarian lo?! Ini udah 3 minggu Karmel hilang! Hilang tanpa jejak, seperti hantu!"

Fano langsung berdiri, wajahnya pucat. "Maaf, Pak. Saya sudah menyebar banyak intel, memakai semua jalur yang kita punya. Tapi... Mbak Karmel benar-benar hilang tanpa jejak. Seperti... seperti dia punya rencana untuk menghilang sejak lama."

Penjelasan itu justru seperti minyak yang disiram ke bara. "Sial! Kalian berdua nggak guna!" raung Renzi, rasa frustasinya memuncak. "Pergi! Keluar dari sini!"

Tanpa perlu diperintah dua kali, Fano segera menarik lengan Pita yang masih terpaku dan membawanya keluar dari ruangan yang penuh tekanan itu. Begitu pintu tertutup, di koridor yang sepi, Pita akhirnya tak bisa menahan diri lagi. Dia terisak pelan, air matanya menetes membasahi pipinya yang masih muda.

"Sabar, Pit," bisik Fano, mencoba menenangkan.

"Dulu... dulu kata Mbak Karmel, Pak Renzi orangnya lembut sama perempuan," ucap Pita di sela isakannya, suaranya lirih dan penuh kekecewaan. "Hiks... Tapi nyatanya..." Kalimatnya terputus oleh tangis.

Fano menghela napas, mengangguk pelan. "Bener kok kata Mbak Karmel. Biasanya, Pak Renzi emang selalu lembut sama perempuan. Sangat." Ia menekankan kata terakhir. "Cuma... semenjak Mbak Karmel ilang, si bos jadi uring-uringan. Bukan cuma ke kita, tapi ke semua orang."

Sementara itu, di dalam kantor, Renzi terduduk lemas di kursi kulitnya. Dia menatap layar ponselnya yang penuh dengan notifikasi. Puluhan chat dari para wanita simpanannya—Mira, Sasha, Clara—yang sudah berminggu-minggu ini ia abaikan. Setiap "hai sayang" atau "kangen nih" yang biasanya ia balas dengan godaan manis, kini terasa mengganggu dan hampa. Mereka hanyalah kebisingan yang tak berarti. Kecerdasan, ketelitian, dan ketenangan Karmel-lah yang kini ia rindukan. Dan kekosongan yang ditinggalkan Karmel itu terasa lebih menyiksa daripada amarahnya sendiri.

***

Gemerlap lampu kristal memantulkan kilauan emas dan sutra di ballroom megah. Suara gemerincing gelas dan desingan tawa para elite bisnis memenuhi udara, namun bagi Renzi Jayawardhana, semuanya tiba-tiba menjadi bisu. Matanya, yang tadi dengan setengah hati mengikuti ayahnya, Hartono, menyapa para kolega, kini terpaku pada satu sosok di seberang ruangan.

Di dekat meja prasmanan yang penuh dengan hidangan mewah, Karmel berdiri dengan gaun panjang berwarna wine yang sederhana namun elegan, memegang segelas air mineral. Dia tampak tenang dan memesona, bagai mutiara di tengah keramaian.

Dengan langkah cepat yang hampir tidak sabar, Renzi melintasi ruangan, mengabaikan sapaan beberapa orang. Dia mendekati Karmel dari belakang.

"Karmel..." ucapnya, suaranya rendah penuh emosi yang tertahan.

Karmel refleks menoleh. Begitu melihat Renzi, tubuhnya seketika kaku. Matanya yang cantik membelalak sesaat sebelum akhirnya menyempit, penuh dengan kejutan dan rasa waspada yang dalam.

"Sayang... Aku cari kamu kemana-mana," ujar Renzi mendekat, mencoba meraih tangannya.

"Jangan mendekat, Pak Renzi!" sergah Karmel, langkahnya mundur sedikit. Suaranya tegas, memotong harapan Renzi.

"Kamu nggak bisa ninggalin aku gitu aja, Mel. Kalau aku ada salah, kasih tau aku, oke..." Wajah Renzi berusaha terlihat memelas, sebuah ekspresi yang jarang ia tunjukkan.

"Kesalahan kamu?" tanya Karmel dengan nada sinis. "Bukan kesalahan kamu. Tapi ini kesalahan aku!" Dia berbalik dan berjalan cepat meninggalkannya.

Renzi buru-buru mengejar, mengikutinya ke sudut ruangan yang lebih sepi, jauh dari keramaian.

"Kamu salah apa, sayang? Kamu nggak bikin salah apapun kok ke aku," bujuk Renzi, suaranya masih berusaha lembut.

Karmel berhenti dan menatapnya tajam. "Kamu mau tau salah aku dimana?" tekannya, suaranya bergetar namun penuh keyakinan. "Salah aku adalah, aku percaya sama pembohong seperti kamu! Salah aku adalah aku terlalu naif mikir kamu serius sama aku, tapi ternyata aku cuma teman tidur kamu aja!"

Deg.

Jantung Renzi berhenti berdetak. Jadi inilah masalahnya. Dia tahu. Dia pasti mendengar obrolannya dengan Herry saat itu.

"Kamu cuma salah paham, sayang," Renzi berusaha membelokkan fakta, senyum tipisnya mencoba menenangkan.

"Iya, aku memang salah paham!" sambut Karmel dengan sinisme yang sama. "Aku udah salah paham dengan semua sikap kamu. Kamu perlakuin aku sama kayak seluruh simpanan kamu?! Udah berapa banyak cewek yang kamu tidurin?!"

"Mel..." Renzi mencoba menyela, tangannya terulur.

"Jangan sentuh aku!" seru Karmel, suaranya lantang hingga beberapa orang di kejauhan menoleh. "Jangan pakai tangan kamu yang biasa kamu pakai buat sentuh ratusan cewek lain buat sentuh aku lagi!"

Mendengar penolakan yang begitu keras dan terang-terangan, topeng Renzi akhirnya terlepas. Senyum sinis merekah di bibirnya. Suaranya yang tadi memelas, berubah menjadi dingin dan menusuk.

"Karmel... Karmel..." ujarnya, menggeleng-geleng. "Kamu berharap apa, sayang? Jadi permaisuri di keluarga Jayawardhana?" Tatapannya mengejek. "Aku udah kasih segala kemewahan buat kamu. Harusnya itu sebanding dengan servis yang kamu kasih."

Setiap kata seperti sabetan cambuk. Karmel menatapnya, rasa kecewa dan sakit hatinya tercampur dengan kemarahan yang membara. Tapi harga dirinya terlalu tinggi untuk diinjak-injak lagi.

"Kalau begitu, anda tidak perlu mencari saya lagi, Pak Renzi," balasnya, suaranya tiba-tiba sangat formal dan dingin. "Karena saya sudah tidak menjual servis apapun lagi pada anda!"

Mendengar kata "servis" yang ia lontarkan sendiri kini dibalikkan padanya, Renzi kehilangan kendali. Tangannya menyambar pergelangan Karmel dengan kuat, mencengkeramnya erat.

"Nggak semudah itu lepas dari aku, Mel!" sergahnya, suaranya berbisik namun penuh ancaman.

"Lepas!" sentak Karmel, berusaha melepaskan diri.

Tapi cengkeraman Renzi semakin kuat. Dia menarik Karmel lebih dekat, memaksanya untuk menatap matanya yang gelap dan penuh intensitas.

"Kamu tau kan aku gimana?" desisnya, matanya menyorot tajam.

Karmel tidak gentar. "Aku nggak takut sama kamu!" balasnya, matanya membara dengan keberanian dan kebencian.

Renzi tersenyum tipis, sebuah senyum yang membuat bulu kuduk berdiri. "Aku tau kamu nggak akan takut sama aku," bisiknya pelan, seperti ular yang mendesis. "Tapi aku tau gimana cara ngelumpuhin kamu."

Ancaman itu menggantung di antara mereka, lebih tajam daripada pisau apa pun. Renzi tahu kelemahan Karmel, dan dia tidak ragu untuk menggunakannya.

1
muna aprilia
lanjut 👍
Forta Wahyuni
hebat Renzi bilang karmel murahan n dia tak tau diri krn tunjuk satu lg menunjuk tepat ke mukanya bahwa dia juga sampah. lelaki jenius tapi burungnya murahan n bkn lelaki yg berkelas n cuma apa yg dipki branded tapi yg didalam murahan. 🤣🤣🤣🤣
Forta Wahyuni
knapa critanya terlalu merendahkan wanita, harga diri diinjak2 n lelakinya boleh masuk tong sampah sembarangan. wanitanya harus tetap nerima, sep gk punya harga diri n lelaki nya jenius tapi burungnya murahan. 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!