Last Punishment : DEATH

Setibanya Abimanyu di rumah. Nampak semua anggota keluarga sudah di rumah. Dari raut wajah mereka terlihat khawatir dan juga panik.

"Abi. Dimana Meera? Kenapa telpon ku tidak kau angkat?"

"Iya pak Abi. Dimana Aarohi?" Abimanyu lalu menceritakan semuanya kepada mereka. Mendengar itu sontak membuat Rasika dan juga Nainaa terkejut.

"Maafkan aku Rasi, Nainaa. Aku sudah berusaha menjaga mereka, tapi aku gagal. Tapi kali ini aku akan membawa mereka kembali, "

"Tapi bagaimana kak?" Tanya Gaurav. Abimanyu hanya diam memikirkan cara untuk menangkap Faisal.

...***...

Sementara itu Aarohi. Dia berhasil mengikuti Faisal yang membawa Meera tanpa ketahuan sama sekali. Walau dia sedikit kesulitan berjalan karena kakinya, tapi dia berhasil sampai ke bangunan tua yang berada di pinggiran kota dekat dermaga.

"Bagaimana pak. Apa kau tertarik dengan gadis ini?"

"Aku ragu tuan Faisal. Bagaimana jika gadis ini mempunyai kelainan fisik. Bukan nya mencari uang untukku, dia justru membuat ku sulit, "

"Soal itu aman pak. Dia merupakan putri wanita kaya raya. Sudah pasti kesehatannya selalu di jaga, "

"Pak Faisal. Aku lihat di gudang mu banyak sekali anak kecil. Kenapa mereka tidak di jual?"

"Mereka adalah anak-anak yang gagal di jual, "

"Gagal di jual? Lalu kau apakah mereka?"

"Dalam berbisnis. Jika satu gagal, kita masih ada cara lain. Mereka yang gagal di jual ku pekerjakan di usaha sabu ku. Dengan mereka aku akan mudah melakukan transaksi sabu, "

"Sabu? Pak Faisal. Bukankah aroma serbuk sabu itu sangat bahaya untuk mereka. Bagaimana kalau me-"

"Bagi mereka yang lemah dengan serbuk sabu itu akan aku jual organ tubuh mereka, "

"Wow, impresif. Sangat pintar.. Baiklah.. Aku ingin gadis ini, dan... Apakah boleh saya menambah lagi?"

"Dengan senang hati. Mari ikut saya. Akan saya tunjukkan anak-anak yang mungkin cocok dengan tuan." Faisal dan pelanggannya pergi untuk memilih anak-anak yang akan di beli. Di saat semuanya pergi, Aarohi diam-diam mendekati Meera. "Meera. Apa kau mendengar ku?" bisik Aarohi yang berusaha membangunkan Meera. Namun karena dosis bius nya cukup tinggi, Meera sama sekali tidak bangun. "Bagaimana ini? Jika aku terus di sini, aku akan ketahuan. Tapi jika aku meninggalkan Meera, pak tua itu akan membawa Meera." Aarohi terdiam kebingungan memikirkan cara untuk membawa Meera kabur. "Aku ada ide." Aarohi bergegas pergi. Dia menuju parkiran, dan masuk ke dalam bagasi salah satu mobil. Tak berselang lama, Faisal bersama pelanggannya selesai memilih. Mereka menyelesaikan negosiasi lalu pergi pulang membawa anak yang di beli dan juga Meera.

...***...

Keesokan harinya, Abimanyu di bantu Gaurav pergi. Prathap sudah mendapatkan alamat mengenai tempat perkumpulan para penculik. Menurut informasi, para penculik akan berkumpul di tempat itu, lalu setelah itu Faisal akan membawa para korban ke suatu tempat. Penculik itu mengatakan kalau dia tidak tau kemana Faisal membawa para korban tersebut. Setibanya di tempat itu. Suasana rumah tua itu cukup sepi. Tidak ada pemukiman di sekitara rumah tua tersebut. Rumah itu merupakan pabrik terbengkalai yang di gunakan sekelompok penjahat untuk berkumpul. "Gaurav. Aku tau kau sulit mengontrol emosi. Kali ini jangan bertindak gegabah. Kau mengerti?" Gaurav hanya menganggukkan kepalanya.

Mereka pun turun dan bergegas masuk ke dalam bangunan tersebut. Saat masuk, mereka tidak menemukan adanya siapa-siapa di Sana. Hanya tempat kotor, lembab, dan juga bau. Bangunan itu cukup tinggi. Bangunan itu tingginya sekitar 5 lantai.

“Kau kesana, “ ujar Abimanyu meminta Gaurav pergi memeriksa di sisi kanan. “Tidak, tidak. Kau saja yang kesana, “ sahut Gaurav yang langsung pergi ke sisi kiri. “Bocah itu tidak pernah berubah, “ gumam Abimanyu pelan. Keduanya berpencar dari sisi yang berbeda. Satu persatu ruangan mereka cek, namun tidak ada seorang pun di sana. Walaupun begitu, Abimanyu banyak menemukan sampah-sampah berserakan di setiap ruangan. Seperti bungkus kondom, puntung rokok, botol-botol minuman keras, dan juga terdapat beberapa bercak-bercak darah dimana-mana. Sementara itu Gaurav. Dia juga sama halnya dengan Abimanyu. Menemukan banyak sampah-sampah yang sama seperti Abimanyu. Ketika Gaurav membuka sisi ruangan yang lain, ia terkejut melihat ada sekitar 50 orang sedang berpest minuman keras.

“SIAPA KAU?”

“Ah sialan. Seharusnya aku menurut apa kata kak Abimanyu.” Ditengah kebingungan Gaurav, salah satu dari mereka langsung menyerang Gaurav. Pukulan pertama berhasil Gaurav hindari. Ia juga melakukan perlawanan dengan mengajar mereka satu persatu. Melihat Gaurav yang berhasil menumbangkan sebagian dari mereka. Salah satu dari mereka mengeluarkan pistol dan menembak ke arah Gaurav. Tembakan itu sampai terdengar ke Abimanyu. Karena itu, Abimanyu langsung berlari untuk menyelamatkan Gaurav.

Sementara Gaurav, tembakan itu meleset. Gaurav menarik salah satu dari mereka untuk melindungi diri. Gaurav kesal karena mereka mulai bermain senjata langsung mengeluarkan pistol nya. Dia menembaki satu persatu dari mereka sampai tewas. Hingga tersisa 3 orang dengan bertubuh besar. Baru saja Gaurav ingin menembak mereka, pelurunya habis. “Hari ini dewa melindungi kalian. Ayo lawan aku!” Gaurav menantang ketiga pria itu untuk berkelahi dengan tangan kosong. Perkelahian pun terjadi. Gaurav menghajar satu persatu dari mereka. Tapi sayangnya pukulan Gaurav tidak ada yang mempan. Pukulannya hanya terasa seperti gigitan semut bagi mereka. Gaurav terpojok. Lehernya di cekik dan di angkat ke atas. Dia berkali-kali memberontak agar bisa terlepas dari mereka. Sampai akhirnya Abimanyu pun datang. Melihat kedatangan Abimanyu, pria itu melepaskan Gaurav dengan cara di lempar ke arah Abimanyu.

"Gaurav. Kau tidak apa-apa?"

"Leher ku hampir saja putus kau bilang tidak apa-apa?"

"Kau tunggu sini. Biar aku yang urus mereka, "

"Memang seharusnya, " gumam Gaurav pelan. Abimanyu kemudian melawan ketiga pria bertubuh besar itu. Pukulan demi pukulan Abimanyu berikan untuk melumpuhkan mereka. Sayangnya tubuh mereka yang cukup besar membuat Abimanyu kesulitan. Sampai di mana Abimanyu juga terpojok. Kedua tangannya dipegangi, dan perutnya di hajar berkali-kali.

"GA-GAURAV, "

"APA LAGI?"

"TOLONG AKU!"

"Ey kak. Ini bagian mu.. Aku sudah menghabisi sebagian dari mereka. Nikmatilah tugas mu, " gumam Gaurav dari kejauhan. Abimanyu yang mulai lemah langsung di lempar tepat di samping Gaurav. Abimanyu mulai mengeluarkan darah dari mulutnya persis seperti Gaurav.

"Bagaimana kak?"

"Apanya yang bagaimana?" Gaurav tertawa kecil melihat kakaknya dengan raut wajah ketakutan. "Kita kalah karena mereka bersama. Dan sekarang kita akan menang kalau kita bersama, " gumam Abimanyu sambil menatap adiknya. Mereka berdua sama-sama berdiri. Gaurav membuka kancing bajunya. Sementara Abimanyu melepas jacketnya.