calon suamiku tidak datang di hari pernikahan kami,sementara keluarga pamanku mendesak agar aku mencari pengantin penganti agar mereka merasa tidak di permalukan.terpaksa,aku meminta supir truk yang ku anggap tengil untuk menikahiku,tapi di luar dugaanku, suami penganti ya aku sepelehkan banyak orang itu...... bukan orang sembarang bagaaiman bisa begitu dia berkuasa dan sangat menakutkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheena Sheeila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
suara familiar
"Risna, bisakah kita bertemu?"
Mendengarnya membuatku membeku sesaat.
Aku tidak lupa suara siapa itu.
Perasanku carut marut mendengarnya
Lalu dari pada aku tidak bisa menguasai diriku, cepat-cepat ku matikan ponsel itu dan melemparnya di atas sofa.
astaga, itu 'kan suara mas Genta? Untuk apa dia menghubungi ku kembali. Bukankah dia sudah bahagia bersama Sindy. Apalagi sebentar lagi mereka memiliki seorang anak.
"Tidak! Aku tidak mau lagi berhubungan dan terlibat apapun dengannya," ucapku pada diri sendiri sambil mengatur napas, yang sesaat tadi sudah tidak karuan naik turun mendengar lagi suara yang dulu pernah aku rindukan setiap hari.
Namun, kejadian di tidak datang di hari pernikahan kami tentu tidak bisa aku lupakan seumur hidup.
Layar ponselku kembali berkedip. Aku tidak meliriknya karna masih cemas bahwa itu adalah panggilan dari pria itu lagi.
Kutinggalkan begitu saja ke dalam kamar. Aku lebih baik lulur dan mandi. Menyenangkan diri sendiri dari pada kembali terusik dengan seseorang yang sudah ku anggap masa lalu.
Aku ingat, Sheena mengatakan sedang survey perumahan dekat sini untuk persiapan tempat tinggal seusai pernikahannya yang tidak akan lama lagi.
Aku memintanya mampir setelah memberi alamatku.
Bel berbunyi, dan aku yakin itu dia.
"Astaga Risna. Aku sudah berputar-putar sejak tadi di komplek ini tapi sulit sekali menemukan alamatmu." Sheena terlihat lega karna sudah menemukan rumahku.
"Iya, rumah disini mirip-mirip, nama jalannya juga mirip, jadi banyak yang blang bingung," ujarku mempersilahkan nya masuk.
"Habis kamunya gak bisa di telfon. Hampir kesal tadi di jalan. Sulit amat shi hubungi kamu!"
Saat mengambilkan Sheena minum dan camilan aku baru ingat, setelah menerima panggilan terakhir tadi, sudah tidak mengengam benda itu lagi.
"Oh. Maaf, deh. Kau kan tahu aku memang jarang pegang ponsel. Ku letakan begitu saja sih, baru ku periksa setelah pas pengen periksa saja," ujarku yang memang begitu orangnya.
"Kamu survey rumah sendiri?" tanyaku karna tidak melihat sheena bersama siapapun.
"Iyalah, calon suamiku masih kerja. Belum bisa cuti. Lagian klau cuma survey bisalah."
"Wah, hebat kamu, Sheena," ujarku sedikit tersentil. Dulu aku juga melakukan apapun sendiri, namun setelah menikah dengan Rizal yang selalu meratukan ku, rasanya belum di tinggal sehari saja sudah tidak bisa apa-apa tanpanya.
Gawat. Tidak boleh manja begini. Aku siap klau kapan-kapan Rizal pergi ke luar kota seperti ini. Bagaimana pun dia juga hanya seorang sopir yang harus bergelut dengan jarak dan waktu.
"Suamimu tidak di rumah?" tanya Sheena melihat rumah sepi.
"Iya, masih kerja," ucapku melirik ponsel yang ku geletakan di sofa tengah.
Jadi kepikiran bagaimana klau Rizal sejak tadi kirim pesan atau memanggilku? Nantilah klau Sheena suda balik, ku hubungi dia.
Teringat ponsel, teringat juga tentang panggilan tadi. Pias tidak nyaman terpancar di raut wajahku dan tertangkap oleh Sheena yang tidak sengaja melihatku.
"Kau sepertinya banyak pikiran, ya?" tanya Sheena sembari mengambil cemilan di meja.
Ku tatap Sheena lalu teringat sesuatu yang pernah ia inginkan sampaikan tentang Sindy dan mas Genta. Lagipula curhat dengan Sheena bisa membuat perasaanku lebih enak.
"Na, kau masih masuk grup teman kampus kita?" tanya ku.
"Masih, tapi ya gitu, sekarang sudah sepi. udah pada sibuk dengan urusan masing-masing kali."
"Tentang kabar yang waktu itu kamu mau kasih tau, itu tentang apa ya?"
Sheena yang mengunyah kripik kentang tiba-tiba melirikku. Dia kemudian memperbaiki posisi duduknya dan menatapku serius. " kenapa kau tanya? Apa jangan-jangan kau sudah tau, ya?" tanya Sheena membuatku semakin penasaran.
"A-aku tidak tau apa-apa, Sheena. Makanya aku mau tanya saja."
" Iya, katamu tidak mau tau lagi tentang mereka?"
Aku terdiam lalu kukatakan yang sebenarnya pada Sheena bahwa tadi pagi mas Genta menghubungi ku. Meski aku tidak mengenal nomor yang digunakannya, tapi aku masih ingat betul suara pria itu.
"Jadi pak Genta menghubungimu?" Sheena justru terkejut mendengar ucapanku .
"Oke, abaikan hal itu dulu. Sekarang aku pengen tahu berita apa yang ingin kau sampaikan waktu itu," aku mendesak Sheena. Aku hanya ingin tahu saja.
"Tahu tidak, kenapa Sindy tidak hadir di acara wisuda waktu itu?" Sheena memulai penjelasannya dengan sebuah pertanyaan padaku.
Aku hanya menggeleng dan antusias mendengar jawabannya.
"Ternyata mobil yang kecelakaan waktu itu adalah mobil yang di kendarai pak Genta dan Sindy, dan karna kecelakaan itu pula, Sindy sampai sekarang masih koma di rumah sakit."
"Innalillahi..." ucapanku karna terkejut sekaligus sedih mendengarnya.
Meski hubungan kami berakhir dengan tidak baik, Tapi Sindy tetaplah orang yang selama 4 tahun menjadi temanku. Mendengarnya kesusahan aku ikut prihatin.
Oh. Jadi, wanita yang terjebak di mobil terhimpit di jalan macet waktu itu adalah Sindy?
Ya Allah....
"Lalu, bagaimana dengan anak di kandungan Sindy?"
"Anak?" Sheena sepertinya tidak mengetahui bahwa Sindy sedang Hamil.
"Iya, Na. Sindy lagi hamil, karna itu mas Genta menikahinya", jelas ku.
" Oh. Astaga...Sindy benar-benar ya? Bagaimana bisa dia melakukan hal itu di belakangmu? Aku pikir kalian hanya sedang salah paham lalu pak Genta meninggal kan mu untuk lebih memilih Sindy. Ternyata dia hamil?" Sheena semakin geram mengetahui hal itu.
Teringat hal itu hatiku juga masih sakit. Bukan pada Sindy, tapi justru pada Genta. Klau benar dia mencintaiku, tidak mungkin sekali dia melakukan hal itu.
"sudahlah,its over!" gumam ku mengedikan pundak mengeyahkan semua yang sudah aku hapus dari hidupku.
cepat atau lambat tetap akan bertemu dgn Rizal..
dan bisa jadi nambah buruk nya citra Risna yg berpakaian agak gimana .. gitu..
kayaknya Rizal juga kembali ke mode awal ,,jadi play boy...
tapi terserah othor lah ...