Squel "Menikahi Wanita Ternoda"
Dicap sebagai wanita liar karena kabur di hari pernikahan, Ayanna Nerodia Tanzeela memiliki alasan tersendiri untuk itu. Namun, ditengah pelariannya dia justru menemukan seorang bayi mungil yang terbungkus kain, membuatnya terpaksa menjadi Mommy dadakan, bersama seorang pemuda yang tidak dia kenal.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ayanna kabur, padahal pesta pernikahan sudah dia rancang dengan sempurna? Dan siapakah sebenarnya bayi itu? Mengapa dia memiliki keterikatan dengan pemuda yang baru Ayanna temui?
Jangan lupa follow akun dan sosmed ngothor buat tahu info lainnya😍
FB @Nita Amelia
Ig @nitamelia05
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Kerjasama
Sesuai dengan kesepakatan, akhirnya Thomas dan Fierce bertemu di salah satu restoran. Thomas datang lebih dulu, dengan begitu ia terpaksa menunggu. Sementara Fierce dan asistennya masih di perjalanan, mereka sengaja menggunakan kecepatan sedang.
"Kamu sudah selidiki betul-betul kan wanita simpanan Thomas?" tanya Fierce pada sang asisten yang mengurus masalah tersebut.
Pria bernama Gilang itu mengangguk. "Sudah, Tuan. Semua bukti yang Nona Aya punya itu valid, jadi itu semua bisa dijadikan sebagai alat untuk menghancurkan Thomas kelak." jelasnya sambil melirik sang tuan yang tersenyum smirk dan melipat kedua tangan di depan dada.
"Baguslah. Jangan lupa juga untuk mencari tahu siapa orang tua dari bayi yang ditemukan Ayanna, sampai saat ini aku belum mendengar titik terang," ujar Fierce ingin segera mengembalikan situasi seperti semula, agar putrinya kembali fokus pada dirinya sendiri.
"Saya akan konfirmasi lagi dengan anak buah Tuan Aneeq. Mereka yang lebih tahu sudah sejauh mana pencarian identitas bayi dan pemuda yang tinggal dengan Nona Aya," kata Gilang gamblang. Fierce manggut-manggut, dan tak berapa lama kemudian akhirnya mobil mereka sampai di tempat yang dituju.
Melihat kedatangan Fierce, Thomas langsung bangkit dan menundukkan kepala untuk menyapa. Kakinya sedikit gemetar, meski mantan calon mertuanya itu membalas dengan ulasan senyum.
Fierce langsung duduk setelah sang asisten menarik kursi untuknya, menatap Thomas yang ternyata masih memiliki rasa takut, karena kini pria itu malah terus berdiri sambil menunduk.
"Duduklah ... Tidak perlu tegang begitu, di sini kita hanya rekan kerja kan? Bukan calon menantu dan calon mertua," ucap Fierce melihat wajah Thomas yang pias. Mempertegas tujuan mereka datang ke tempat ini.
"Maaf, Om, aku hanya gugup," balas Thomas sambil mengusap tengkuknya, lalu duduk. Kini dia berhadapan dengan Fierce, rasanya lidah Thomas mendadak kelu.
"Sambil mengobrol, alangkah baiknya kita pesan makan dulu kan? Apakah kamu sudah memesannya?" ujar Fierce sambil meraih buku menu. Thomas menggeleng, dia tidak selancang itu mendahului Fierce yang belum datang. Bahkan, dia menunggu dengan tenggorokan kering kerontang.
Setelah berhasil memesan makanan, Fierce kembali mengarahkan tatapannya pada Thomas. Sampai Thomas dibuat salah tingkah, karena tak tahu harus memulai darimana.
"Aku mendengar desas-desus yang tak enak tentang perusahaan keluargamu. Apakah itu benar?" tanya Fierce sambil menumpu kaki kanan di atas kaki kirinya.
Thomas langsung mengangguk. Bahkan masalah itu sudah dibahas oleh kakeknya.
"Ternyata berita seperti ini cepat tersebar ya? Memang benar, ada sedikit problem," jelas Thomas.
"Ya begitulah dunia bisnis. Persaingan kita itu ketat, Thom. Kalau tidak kuat, kalian bisa gulung tikar dalam waktu dekat. Tapi di setiap masalah pasti ada jalan keluar kan? Dan aku ingin menawarkan itu—membantumu untuk menyelematkan perusahaan. Jika kita berhasil, maka aku bisa mengembangkan sayap Tan Group, dan kamu—bisa saja dipromosikan untuk naik jabatan," jelas Fierce menawarkan sebuah harapan yang sangat tinggi untuk Thomas. Siapa yang tidak tergiur? Apalagi dengan begitu dia bisa menang dari sang ayah untuk mempertahankan warisannya.
Glek! Thomas menelan salivanya dengan cepat.
"Bagaimana caranya, Om?" tanya Thomas nampak tertarik. Padahal tanpa diduga dia baru saja melangkahkan kaki ke tepi jurang.
"Aku akan menyuntikkan dana ke perusahaanmu, berapapun yang kamu butuhkan!"
Mendengar itu Thomas langsung terperangah, karena Fierce mempercayakan hal tersebut kepadanya. Namun, meski begitu masih ada secuil keraguan di hatinya, apakah Fierce benar-benar tulus membantu tanpa embel-embel apapun?
"Tapi—"
"Tentu saja aku ingin sebuah imbalan. Setidaknya biarkan aku menjadi pemilik saham. Setelah itu kita buat gagasan baru untuk mengembangkan perusahaan masing-masing! Bukankah dengan begitu kamu akan semakin dikenal di kalangan pebisnis dan mudah untuk menduduki kursi tertinggi?" potong Fierce yang melihat keraguan di wajah Thomas. Dia berusaha meyakinkan, karena dengan begitu dia bisa menghancurkan Thomas dengan mudah.
Sementara itu Thomas langsung berandai-andai, bagaimana jika dia berhasil meraih puncak kejayaan di usianya yang terbilang muda. Bukankah itu sebuah pencapaian mutlak? Dan lagi—bisa saja saat itu Ayanna mau kembali padanya.
"Aku tidak ingin berpikir lama, Om. Aku setuju, supaya kerja sama kita bisa segera dilakukan!" pungkas Thomas dengan wajah yang sangat sumringah. Bahkan bibirnya terus melengkung sempurna.
***
Hari minggu.
Ayanna menutup toko hari ini, karena dia sudah berencana untuk pergi dengan Nael dan Dallie. Sebelumnya Ayanna sudah mencari informasi tentang rumah sakit yang menangani imunisasi pada bayi, karena hal tersebut memang tak bisa dilakukan setiap hari.
Dallie dan Nael sudah siap, sementara Ayanna masih berkutat di depan cermin. Dia ingin keluar dengan penampilannya yang cantik, supaya tak seperti hari-hari biasanya.
"Berapa lama lagi kami harus menunggu? Sudah setengah jam lho aku dan Nael—" Dallie sudah mengomel, di depan pintu kamar, tapi saat melihat wajah Ayanna yang tersenyum ke arahnya, membuat dia langsung bungkam.
"Aku sudah siap!" seru Ayanna sambil meraih tas di atas ranjang, kemudian memeluk lengan Dallie untuk mengajaknya keluar. "Sudah jangan marah-marah. Namanya perempuan kan memang suka dandan. Ya Nael ya? Sini Nael sama Mommy, Kakak Dallie mau nyetir."
Dallie tergagap dan tak mampu menjawab, karena dia malah terkesima dengan kecantikan Ayanna yang jarang diperlihatkan. Bahkan jantungnya tiba-tiba terasa deg-degan, padahal dahulu biasa saja.
"Ayo, nanti kita telat lho!" cetus Ayanna yang melihat Dallie malah terbengong-bengong.
"Kan kamu yang bikin telat!" balas Dallie tersadar. Ayanna hanya terkekeh, lalu menerima tubuh Nael dan naik ke atas motor butut Dallie. Ya, meski begitu motor inilah yang menjadi andalan mereka kemana-mana.
Setibanya di rumah sakit, kedua orang itu langsung mengisi formulir pendaftaran. Namun, di sana harus tercantum nama ayah dan ibu, jadi Ayanna langsung melirik Dallie.
"Di sini ada nama ayah, aku tulis namamu saja ya?" ucap Ayanna sambil berbisik. Dallie yang sedari tadi memperhatikan orang yang berlalu lalang lantas menoleh.
"Tapi aku bukan ayahnya!" cetus Dallie yang membuat Ayanna mendelik.
"Kamu pikir aku apa? Sudahlah, ini kan hanya untuk pendaftaran saja. Nggak usah protes!" ketus Ayanna langsung menulis nama Dallie di sana.
"Tahu begitu kenapa tadi nanya!" gerutu Dallie sambil mendengus. Sedangkan Nael masih tertidur nyenyak.
Tak sampai menunggu lama, mereka dipanggil ke ruang pemeriksaan. Ayanna terlihat bersemangat, berbeda dengan Dallie yang teramat canggung. Karena semua pasang mata menatap ke arah mereka.
"Siapa yang mau pegang bayinya? Papa atau Mama?" tanya dokter saat akan melakukan penyuntikan. Mereka langsung saling tunjuk, dan Ayanna malah melotot.
"Papa saja, Dok, anak kami lebih anteng sama Papanya," ujar Ayanna sambil tersenyum ke arah dokter. Dallie menghela nafas, berurusan dengan Ayanna memang tidak akan pernah menang.
Detik selanjutnya, suara tangis Nael menggema di seluruh ruangan. Dallie tak sampai hati melihat jarum suntik menembus kulit lembut itu, begitu juga dengan Ayanna yang malah menghadap ke arah dinding.
"Oa ... Oa ...."
"Cup ... Cup ... Adek bayi kan jagoan," ucap sang Dokter menenangkan. "Dipeluk, Pa."
Dallie langsung melakukan sesuai instruksi, dan geleng-geleng kepala saat melihat kelakuan Ayanna. Setelah keluar dari ruang imunisasi, drama Ayanna malah makin menjadi, dia mengibas-ngibaskan tangan untuk menahan air matanya.
"Aduh ternyata begini rasanya jadi ibu? Sedih banget denger tangisan kamu, Nael, Mommy nggak tega," ucap Ayanna, meski ditahan tapi ternyata air matanya luruh juga.
"Hadeuh ... Lebay deh, aku lho yang pegang Nael tadi, kamu mana lihat dia disuntik. Pake acara nangis segala," cerocos Dallie sambil berdecak.
"Ish, kamu nggak tahu sih gimana perasaan aku. Aku terharu tahu," balas Ayanna sambil memukul lengan Dallie, sambil berjalan di lorong rumah sakit. Mereka malah berdebat.
Dan secara tak sengaja pemandangan itu dilihat oleh salah seorang yang mengenal Ayanna. Regina—salah satu sepupu Ayanna yang berprofesi sebagai dokter. Dia berjalan cepat dan menghampiri Ayanna.
"Aya ya?" tebak Regina, dilihat dari penampilannya gadis yang di depannya ini memang Ayanna.
Ayanna langsung tersentak, matanya terbelalak lebar karena terkejut dengan kehadiran salah satu anggota keluarganya.
"Oh atau aku salah? Kamu Thea ya?" tebak Regina lagi, karena tak mendapat respon. Sedangkan Ayanna makin kesulitan untuk menelan ludahnya, apalagi saat melihat sorot mata Dallie yang menuntut sebuah jawaban.
***
Aya : Mati gue (tepok jidat)
beuh gak kebayang penampakan tangan C penghianat itu ,, pasti remuk redam karna di cipox sama p4lu 🤣
Rasain kamu Refal itu adalah balasan yg kamu terima karena perbuatan kamu Ata jadi susah 😡
syokor kamu Ref,di mana kapok mu ..itu baru permulaan 😂
semakin penasaran dnegan asal usul dallie...sebenarnya dallie ini siapa? apa mungkin dallie dan Deana punya hubungan yaa? 🤔 soalnya nael anaknya Deana dan semenjak ketemu dallie, Nael selalu anteng dan nyaman? atau mungkin dallie ada hubungan dengan Daniel 🤔 makanya Nael merasa nyaman kalau sama dallie? 🤔 kalau Daniel ayahnya Dallie...berarti Nael adiknya Dallie 🤔🤭 wahhh banyak amatt wanitanya Daniel.
kapokkk sukurinn kau Refall...potong saja tangannya..biar nyahokkk. di kasih hati minta organn tubuhhh 😏