Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
"Maaf tante, saya tidak pernah menggoda suami tante. Saya permisi..." Ucapnya lalu ia meninggalkan Sinta di koridor rumah sakit.
"Cih...maling mana mau ngaku. Kalau ngaku penjara bisa penuh." Gerutu Sinta sambil menatap kepergian Elea.
Diperjalanan hanya ada keheningan antara dia dengan Pras.
Kikuk? Pasti karena Elea baru beberapa jam yang lalu bertemu dengan Pras.
"El.."
"Om..." ucap mereka bersamaan.
"Yaudah kamu duluan." Ucap pras dengan senyum hangatnya.
"Om duluan nggak apa-apa." Ucap Elea nampak sungkan.
"Baiklah, Om ingin bertanya. Kos kamu dimana?"
"Astaga... Maaf om. Aku hampir lupa mau kasih tau om."
"Di jalan Anggrek om, belakang kampus A."
"Oww disan, berarti kamu satu kampus kan sama Anak om?"
"Iya om, cuma beda semester dan jurusan saja."
"Memangnya kamu ambil prodi apa?"
"Dokter Umum om."
"Wahh... hebat banget ya kamu."
"Enggak kok om, aku hanya berusah sebisaku."
Hingga pada akhirnya dia sampai di tempat kost nya.
"Terima kasih om, sudah mengantar saya." Ucap Elea sambil tersenyum. Dan dibalas anggukan oleh Pras.
"Huftt... Ada- ada aja kejadian yang membuat mood berantakan." Ucap Elea sambil merebahkan tubuhnya dan menatap langit- langit kamarnya.
Hingga akhirnya matanya terpejam entah sudah jam berapa malam itu.
Pikirannya sangat kalut, antara bingung dan juga sedih.
Ternyata memang benar, Candra selama ini memang menaruh hati untuknya.
"Pagi pak." Sapa Elea kepada pak Robert tak lain dekannya.
"Pagi El, giman sudah siap melewati hari ini?"
"Tentu saja Pak."
"Mari saya antar, dan memperkenalkan kamu kepada mahasiswa yang lainnya."
Elea memang mendapatkan perlakuan spesial dari Robert. Bukan apa, karena dia salah satu mahasiswa terbaik di sana.
Dengan sedikit gugup, Elea menyampaikan beberapa materi yang dia berikan kepada mahasiswa yang lain.
Dia menggantikan dosen yang sedang cuti, jadi dia tetap dala pengawasan dosen tetap disana.
"Huft... Akhirnya selesai juga." Ia pun buru- buru masuk ke kelasnya dan mengikuti pelajaran dengan tenang.
"Gimana El, lancar ngajarmu hari ini?"
"Dag dig dug banget tau rasanya." Jawab Elea sambil berjalan disamping Vita.
"Nggak apa- apa, nanti juga akan terbiasa. Kamu harus semanggat ya. Barang kali setelah ini bisa S-2 di luar negeri."
"Aamiin... Doa terbaik kembali pada yang mendoakan." Jawab Elea.
"Ehh kok kayak ada yang janggal ya."
"Hah? Apa?" Tanya Elea kaget.
"Sepertinya kamu dari tadi kok aneh banget ya? Kok agak murung. Ada apa? Ada sesuatu yang terjadi?"
"Hmm... nggak ada kok." Jawab Elea dengan nafas berat.
"Yakin?" Elea mengangguk mengiyakan.
"Ohh ya Vit, aku duluan ya. Aku ada urusan sedikit penting sih." Ucap Elea bingung akan mencari alasan apa.
"Tumben?"
"Iya, duluan ya." Vita pun mengangguk dan melambaikan tangannya.
Elea mengendarai sepedanya menuju ke kost nya lalu ia memesan ojek online untuk membawanya ke rumah sakit.
Ya, siapa lagi kalau bukan untuk Candra ia kesana.
"Permisi." Sapa Elea dengan suara pelannya.
"Eh non, kamu kesini lagi? Masuk non." Sapa mbok Ijah.
"Iya bi, bagaimana keadaan kak Candra?"
"Ya seperti itu, dia nggak mau makan."
"Yaudah biar El aja yang bantu dia mbok."
"Terima kasih ya non." Ucapnya lalu dia pergi meninggalkan ruangan VIP tersebut bermaksud untuk memberikan privasi kepada keduanya.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Tanya Elea yang ditatap tajam oleh Candra.
Namun, Candra tak ada jawaban sama sekali mendengar pertanyaan Elea.
"Kenapa diam saja? Sudah bosan hidup?" Ucapnya sambil memukul Candra.
"Awww...awww... Hentikan El. Ampun sakit El."
"Nggak ada ampun buat anak yang bandel seperti kamu ini. Kalau sudah bosan hidup bilang jangan menyakiti diri sendiri seperti ini. Untung saja masih ada yang nolong coba saja kalau nggak? Udah pindah alamat kamu." Ucap Elea yang terus nyerocos tidak ada habisnya.
"Iya, maafin aku." Ucapnya dengan nada sendu.
"Kalau ada apa- apa cerita, jangan memendamnya sendiri lalu kamu seperti ini. Mana keren?"
"Iya El, aku memang nggak se keren lelaki yang sudah menolongmu." Ucapnya sambil menolehkan pandangannya.
"Ohhh... Jadi cemburu?" jawab Elea sambil tertawa.
"Emang ada yang lucu? Mengapa kamu tertawa?"
"Nggak apa- apa, lucu aja. Kamu kayak anak kecil kak masak gitu aja bund*r nggak sekalian kamu terjun bebas dari tebing?" Sindir Elea.
"Ya maunya begitu"
"Yaudah sono, mending aku pulang aja. Males ngobrol sama orang yang gampang menyerah. Toh kita juga nggak ada hubungan apapun mengapa aku harus kasian sama kamu? Terus mengapa juga aku harus pergi kesini jauh- jauh hanya untuk orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri." Ucap Elea lalu ia melangkahkan kakinya. Dengan sigap Candra menarik tangan Elea hingga ia akhirnya ambruk dalam pelukan Candra.
"El, maafkan aku. Jangan pernah pergi dari aku lagi ya. Aku janji aku nggak akan melakukan hal itu lagi, aku mau kamu tetap ada disisi ku. Aku nggak suka kamu dekat dengan lelaki lain." Ucap Candra sambil mendekap Elea.
Elea diam dan membiarkan Candra larut dalam sedihnya. Ia membiarkannya hingga Candra bisa lebih tenang.
"Sudah nangisnya?" Ucap Elea
"sudah, maaf ya." ia pun segera melepaskan pelukannya. Dan, ia juga menghapus air matanya dengan tangannya bak anak kecil.
"Nih tisu, jorok banget udah gede juga masih aja nangis."
"Ya habisnya kamu juga ngeselin." Ucapnya cemberut.
"Ayo bangun dulu, sekarang makan." Elea mengambil bubur yang ada di nakas dekat ranjang tempat tidurnya. Ia menyuapi Candra dengan telaten bahkan hingga ia menghabiskan satu mangkok bubur.
"Lapar apa doyan bang?" Sindir Elea.
"Lapar, habisnya dari kemarin belum makan."
"Lalu kenapa tadi di suapin bibi nggak mau?"
"Beda, lebih enak dari tangan kamu."
PLAKKKK
"Dasar manja." Gumam Elea.
"Awww...sakit El."
"Rasain, salah sendiri ceroboh."
"Iya, maaf ya." Jawabnya dengan lembut dan menatap lekat ke arah Elea.
"Janji tidak mengulanginya lagi?"
"Iya janji. Kamu kalau marah serem ih." ucapnya sambil bergidik.
"Mbok ngapain disini?" Sapa Pras yang melihat mbok tinah tampak mengintip ke dalam.
Mendengar sapaan Pras membuat mbok tinah berjingkat.
"Ehh tuan, sejak kapan datang kesini?"
"Baru saja, lihat apa sih?"
"Hussstttt... Jangan berisik tuan. Tuh lihat den Candra sudah bisa tertawa."
"Siapa itu mbok?"
"Non Elea."
"Jadi dia kembali lagi?"
"Iya tuan, dan den Candra mau makan kalau sama dia. Dari tadi simbok mengawasinya." Pras mengangguk saja.
Ceklek (suara pintu terbuka)
"Selamat sore om." Sapa Elea dengan ramah.
"Kamu disini dek? Nggak kuliah?" Tanya Pras
"Ohh iya om, tadi sepulang sekolah langsung kesini." Pras mengangguk.
"Kok papa bisa akrab dengan El?" Ucapnya sambil melirik ke arah papanya.
.
.
Kalian bisa tebak kan, gimana perasaan Candra?
Tinggalkan jejak kalian gaiss, thank you yang sudah stay di novelku. Lopeee sekebooonnnn. ❤️❤️❤️❤️
makasih Thor, do'a terbaik juga buat dirimu Thor 🙏😍😍