NovelToon NovelToon
Anak Haram Kaisar

Anak Haram Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rahael

Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.

Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.

Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35: Pengkhianatan

"...."

Elena terus membolak-balikkan badannya di atas kasur dengan gelisah. Mata yang sedari terpejam namun otaknya tidak bisa tenang malam itu.

"Hahhh...." Elena mendesah frustasi. Ia menatap ke langit-langit kamar dengan penerangan bulan yang masuk melalui jendela.

Ia mengeratkan selimutnya di tengah cuaca malam yang dingin. Suasana di penginapan itu sangat sunyi hingga membuat Elena dapat mendengar suara napasnya sendiri.

Aku tidak bisa tenang ....

Elena memutuskan untuk bangkit dari kasurnya karena sedari tadi juga tidak bisa tertidur. Ia berjalan keluar dan berniat untuk turun ke lantai satu sekedar mencari segelas air untuk menenangkan diri. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat pintu kamar Ellios terbuka.

Ia berpikir tidak menutupnya dengan rapat dan berjalan mendekat, namun ia dibuat terkejut dengan seseorang yang sudah mengarahkan benda tajam ke arah Ellios, dan Ellios menahan senjata itu dengan tangannya.

"TUAN MUDA!!"

Elena langsung berlari dan mendorong pria besar itu dengan tubuhnya hingga mereka berdua terjatuh ke lantai. Detik itu juga Ellios dengan cepat langsung bangkit dari kasur dan mengambil pedangnya.

Hanya butuh satu kali ayunan kecil, pedang itu sudah tertancap di dada pria itu.

Bruk!

Elena langsung terduduk di lantai dengan napas terengah-engah. Pria besar itu. Tepat di depan matanya mati dengan begitu mudahnya. Ia melirik ke arah Ellios dengan tangan yang menutupi mulutnya.

"Tuan mu—" Ucapannya terhenti ketika melihat darah yang merembes dari tangan Ellios.

Dengan kaki gemetar, Elena mendatangi Ellios dan mengambil tangan kecil itu.

"Astaga ... Bagaiman ini ...? Tangan anda ...." Elena terlihat begitu panik. Jari-jarinya bergetar saat memegang tangan Ellios.

"O-obat! Se-sebentar ... Saya ambilkan sesuatu untuk memba—"

Tangan Ellios langsung menggenggam erat tangan Elena. "Tenanglah! Aku tidak apa." Ellios terlihat begitu tenang seakan luka itu bukan sesuatu yang perlu ia pikirkan.

Sedangkan Elena sendiri mulai mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya dan mengatur napasnya agar lebih teratur.

Saat napasnya mulai terkendali, ia mulai berpikir jernih dan berkata, "Saya akan ambilkan perban di kamar saya," ucapnya dengan tegas. Ellios tidak menahannya lagi. Ia hanya mengangguk.

Ellios POV

Ketika El berjalan ke arah pintu, sebuah bayangan besar tiba-tiba muncul dan membelakangi cahaya dari luar. Saat itu kupikir orang-orang itu muncul kembali, namun aku langsung bernapas lega ketika mengetahui siapa yang datang.

"Ternyata guru ...." Ellios berjalan dengan begitu santai, menghampiri El dan juga Galeon di depan pintu.

"Guru, disini sepertinya tidak aman. Kita perlu pergi dari sini dengan segera," ucapku sambil menaikkan pandanganku untuk menatap wajah Galeon.

Saat itu, mungkin karena Galeon membelakangi cahaya dan cahaya sedikit gelap dari bagianku, aku tidak bisa melihat jelas ekspresi dari Galeon.

"Kalau begitu kita harus pergi dari sini, Ellios." Suaranya masih terdengar seperti biasanya. Auranya juga masih berwarna hijau ... Kekuningan?

Warna auranya sedikit bercampur. Apa maksudnya itu?

"Kalau begitu, saya akan menunggu anda diluar sembari menyiapkan keretanya." Galeon berucap dan langsung pergi dari sana.

Aku kembali menoleh ke dalam kamarku, melihat mayat itu masih tergeletak dengan darahnya di lantai.

Apa tidak masalah langsung meninggalkannya begitu saja tanpa membersihkannya?

"Hey, bagaimana dengan—" Ucapanku terhenti ketika menyadari raut wajah rumit El. Keningnya di kerutkan dan tatapan yang seakan tidak fokus.

"Hey! Ada apa?" tanyaku sembari menggoyangkan tubuhnya dengan kuat.

"Ah! Ma-maafkan saya Tuan muda ...."

Ada apa dengannya? Reaksinya tadi juga aneh. Ia lebih mengkhawatirkanku daripada khawatir ada orang yang mati tepat di depan matanya.

"Sebaiknya kita pergi secepatnya dari sini sebelum orang-orang yang menyerang anda," ucapnya dengan cepat.

El langsung masuk kembali ke dalam kamarku dan menyiapkan semua barang bawaanku.

"Sudah semua, Tuan muda," ucapnya dengan cepat.

"A-ah... Iya."

Namun, sebelum kami benar-benar keluar dari kamarku, El kembali berbalik dan mendatangi mayat pria itu.

Aku memperhatikannya dengan sedikit penasaran dan melihatnya merogoh tubuh pria itu seperti sedang mencari sesuatu.

"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku dengan alis terangkat sebelah. Kaki ku hendak melangkah mendekat, namun El lebih dulu kembali sebelum aku sempat menghampirinya.

"Bukan apa-apa, Tuan muda. Ayo kita keluar dari sini." El tersenyum tipis padaku dan menuntunku untuk keluar dari kamar.

Sebelum kami mendatangi Galeon, El kembali ke kamarnya dan membawa barang bawaannya juga.

Kereta kuda sudah disiapkan oleh Galeon tepat di dekat bar itu bersama satu orang yang ia bilang adalah 'Kenalan Galeon'.

Di sepanjang jalan yang gelap, aku terus merasakan suasana tegang dari pelayanku. Wajahnya terlihat begitu tegang dan terkadang sedikit melirik ke arah kusir dimana Galeon dan kenalannya berada.

Kenapa ini membuatku kepikiran terus!?

Aku mengacak rambut merahku dan menghela napas panjang.

Kereta kami sudah berjalan cukup jauh dari kota Duskara, dan kupikir akhirnya kami berhasil lolos dari para penjahat itu. Tapi, tiba-tiba kereta kuda kami berhenti tepat di tengah jalan yang gelap.

Aku menoleh ke arah kusir dan ingin mendatanginya "Ada apa—" Tapi gerakanku terhenti karena cekalan tangan El.

"... Kenapa?" tanyaku dengan begitu bingung. El terlihat begitu gelisah saat ini.

"Tuan muda, jangan pergi."

Ucapannya membuatku sangat kebingungan dan berniat melepaskan cekalannya dari tanganku, namun detik selanjutnya sebuah belati terbang tepat di samping wajahku.

Jika saja El tidak menarikku tepat waktu, belati itu mungkin sudah tertancap di kepalaku.

"Tuan muda, anda tidak apa-apa?!?" Ia memeriksa wajahku dengan wajah yang seperti ingin menangis.

"A-apa ...." Tapi belum sempat aku bereaksi lagi, El langsung menarik tubuhku untuk berdiri.

"Tuan muda, ayo kita lari dari sini!" ajaknya dengan tiba-tiba.

"Apa?"

Tapi suara rusuh dari arah kusir kembali menyadarkanku bahwa tempat ini tidaklah aman.

Tanganku digenggam dan ditarik oleh El. Kami berlari ke arah hutan, menjauh sejauh-jauhnya dari kereta kami.

Penyerangan? Apa guru baik-baik saja?

Aku menoleh ke arah kereta kami yang semakin lama semakin tertelan oleh gelapnya malam.

Saat kami sudah masuk terlalu dalam ke dalam hutan, aku menarik tanganku untuk menghentikan langkah El.

"Sudah cukup! Kita sudah pergi terlalu jauh."

El terlihat mengatur napasnya dan melihat ke arah sekitar.

Kami berada di dalam hutan dengan pohon-pohon besar yang membuat cahaya sulit untuk masuk.

"Kita harus kembali sekarang. Guru pasti sudah membereskan penyerang itu," ucapku. Namun, tanganku kembali di cekal untuk kesekian kalinya.

Aku hampir marah karena pelayan ini terus-menerus menyentuhku tanpa izin, namun suara gemetar dan wajahnya membuatku mengurungkan niatku.

"Tidak. Kita tidak boleh kembali!"

"Apa maksud—"

Untuk kesekian kalinya El langsung menarik tubuhku hingga kami tersungkur di tanah.

"APA-APAAN—" Arah pandangku jatuh ke arah belati yang terlihat familiar tepat menancap di tanah tempat aku berdiri tadi.

"Apa itu?"

Aku menoleh ke arah belakang dan melihat dua sosok yang ku kenal. Mereka mendekat dengan salah satu memegang pedang mereka.

"Guru...."

Mataku terbuka begitu lebar. Tidak percaya sosok yang tidak pernah kubayangkan akan berdiri di situasi ini sembari mengacungkan pedangnya ke arahku.

To Be Continued:

1
Cha Sumuk
ceritanya membingungkan kebanyakan tanda tanya sendri hahhhhhhh
Rahael: soalnya emng banyak misterinya gitu kak
total 1 replies
Cha Sumuk
mc ceweknya lemah sdh lemah bodoh pula
Rahael: ceritanya emng di buat slow burn kak, makanya GK op mcnya
total 1 replies
Tachibana Daisuke
Terus menulis, jangan kapok ya thor!
Rahael: makasih semangatnya🤗
total 1 replies
khun :3
Ceritanya bikin penasaran thor, lanjutkan!
Rahael: tunggu kelanjutannya ya🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!