NovelToon NovelToon
PUTRI ASLI KELUARGA CEO

PUTRI ASLI KELUARGA CEO

Status: tamat
Genre:Mafia / CEO / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Roh Supernatural / Putri asli/palsu / Tamat
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: Yhunie Arthi

Leona tiba-tiba diculik dan dibunuh oleh orang yang tidak ia kenal. Namun ketika berada di pintu kematian, seorang anak kecil datang dan mengatakan bahwa ia dapat membantu Leona kembali. Akan tetapi ada syarat yang harus Leona lakukan, yaitu menyelamatkan ibu dari sang anak tersebut.

Leona kembali hidup, namun ia harus bersembunyi dari orang-orang yang membunuhnya. Ia menyamarkan diri menjadi seorang pria dan harus berhubungan dengan pria bernama Louis Anderson, pria berbahaya yang terobsesi dengan kemampuan Leona.

Akan tetapi siapa sangka, takdir membawa Leona ke sebuah kenyataan tidak pernah ia sangka. Dimana Leona merupakan puteri asli dari keluarga kaya raya, namun posisinya diambil alih oleh yang palsu. Terlebih Leona menemukan fakta bahwa yang membunuhnya ada hubungan dengan si puteri palsu tersebut.

Bagaimana cara Leona dapat masuk ke dalam keluarganya dan mengambil kembali posisinya sebagai putri asli? Bagaimana jika Louis justru ada hubungannya dengan pembunuhan Leona?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35. HEROLD

10 tahun sebelumnya...

"Daddy?!"

Suara teriakan gadis kecil membuat pria yang sedang fokus memerbaiki mobil di garasi bengkelnya seketika berubah penuh kekhawatiran. Buru-buru ia, mencuci tangan dan berlari ke tempat dimana suara gadis kecil itu berasal.

"Baby? Ada apa? Kau dimana?" panggil Herold berkeliling rumah mencari keberadaan putri kecilnya.

"Daddy?!" seru sang gadis kecil kembali.

Herold yang mendengar darimana sumber suara tersebut berasal, langsung berlari ke arah dapur. Matanya nanar untuk menemukan sosok kecil kesayangannya, hingga ia menangkap kaki mungil dari bawah meja makan.

"Baby?" panggil Herold seraya merendahkan tubuhnya untuk berlutut dan melihat ke bawah meja. Mendapati putri kecilnya menangis memeluk kaki, ketakutan.

Melihat ayahnya ada di depan mata, cepat-cepat gadis kecil itu merangkak menuju ke sang ayah. Memeluk pria bertubuh tinggi itu dengan erat lalu menangis sesenggukkan.

Herold bangkit berdiri, lalu duduk di salah satu kursi meja makan. Ia sudah paham apa yang membuat putri kecilnya ini sampai menangis ketakutan seperti ini. Yang bisa pria itu lakukan untuk sekarang adalah memeluk dan menenangkan gadis kecil tersebut.

"Its okay, Daddy here. Kau aman, tidak akan ada yang bisa menyakitimu bahkan mereka yang tidak bisa Daddy lihat. Daddy ada di sini, kau aman," ucap Herold seraya mengelus lembut punggung gadis kecil kesayangannya itu.

"Dia seram. Wajahnya berdarah, Daddy," kata Leona kecil di sela-sela tangisnya.

"Dia seram karena kau takut. Kalau kau tidak takut dia tidak akan berani mendekatimu. Kau tahu, tidak semua yang kau lihat itu benar. Mungkin yang kau lihat menakutkan justru adalah mereka yang baik, dan yang kau lihat baik justru bisa jadi menakutkan," ucap Herold kembali, mengecup kepala sang gadis kecil dengan penuh sayang.

"Tapi Leona takut," gadis itu jujur.

"Kau harus berani. Ada banyak hal yang lebih menakutkan dibanding mereka yang datang dengan mata yang lepas. Di luar sana banyak orang-orang yang lebih menakutkan dibandingkan hantu. Karena hantu tidak dapat menyakitimu mereka hanya bisa menakutimu, tapi manusia yang hidup justru dapat mengambil nyawa orang lain sambil tertawa," Herold berkata untuk memberitahu kalau dunia luar sana lebih menakutkan dibandingkan entitas yang hanya sekedar muncul tanpa tujuan jelas.

"Leona tidak berani, Daddy. Leona takut. Mereka seram," kata Leona kembali, yang kini sudah lebih tenang dan berhenti menangis.

Herold melepaskan pelukannya dan melihat gadis kecilnya ini. Ia mengusap sisa air mata di wajah Leona, menyampirkan rambut di wajah sang gadis ke belakang telinga. "Baby, bagaimana kalau kau bicara dengan mereka. Mereka mau apa mendekatimu. Kau berani? Daddy ada di sini menjagamu," katanya.

Leona mengangguk walau tidak yakin. Ia selalu percaya kalau yang ayahnya katakan itu selalu benar dan berakhir baik selama ini.

"Dia ada di sini?" tanya Herold akan sosok yang mengganggu Leona

"Di sana," jawab Leona menunjuk pintu dapur yang mengarah ke pekarangan belakang.

Herold melihat ke arah yang ditunjuk oleh Leona, tapi seperti biasa dirinya tidak dapat melihat apa pun. Dulu mungkin ia takut ketika Leona bertanya tentang seseorang di dekatnya namun nyatanya tidak ada. Tapi sekarang, ia mengerti saat pelanggan bengkelnya tahu tentang kondisi Leona dan mengatakan kalau Leona memiliki kemampuan yang jarang dimiliki oleh manusia lainnya, dimana gadis kecil itu mampu melihat mereka yang telah tiada.

Leona kecil memeluk erat leher sang ayah, namun kali ini memberanikan diri untuk melihat ke arah sosok dengan wajah berlumuran darah.

"Dia seperti apa?" tanya Herold.

"Perempuan, rambut cokelat seperti Bibi Carol tapi wajahnya banyak darah,," jawab Leona.

Dahi Herold mengerut ketika ia mendengar hal itu. Carol yang merupakan tetangga belakang rumahnya, perempuan kantoran yang suka memberikan makanan untuk Leona. Perempuan yang tinggal dengan orang tuanya yang bekerja di restoran cina tak jauh dari sini.

"Coba kau tanya dia mau apa," suruh Herold.

Leona melakukan apa yang ayahnya katakan, perlahan dan waspada akan rasa takutnya, gadis kecil itu bertanya kepada sosok tersebut.

"Dia menjawab?" tanya Herold.

"Dia hanya menunjuk ke belakang," jawab Leona.

"Belakang?" Herold penasaran sekarang.

"Dia berjalan ke luar, Daddy," beritahu Leona.

Mendengar hal itu Herold bangkit dari posisi duduknya dan berjalan menuju ke arah pintu. Ia semakin penasaran dengan sosok yang diceritakan oleh gadis kecilnya ini.

"Dia di sana, berdiri depan pintu," tunjuk Leona ke sosok perempuan yang kini berdiri di pintu belakang rumah seberang.

Herold kembali berjalan menuju ke rumah yang ditunjuk oleh Leona, memutar jalan menuju ke bagian depan rumah. Ia sempat ragu, lalu mengetuk pintu utama rumah. Entah kenapa Herold memiliki firasat tidak enak saat Leona bilang kalau perempuan mirip seperti Carol mendatanginya dalam bentuk arwah, terlebih wajah yang penuh darah.

Tidak ada jawaban dari dalam rumah. Padahal biasanya Carol berada di rumah jam seperti ini jika akhir pekan. Tapi mungkin bisa jadi Carol sedang memiliki urusan di luar sana.

"Herold? Ada apa?"

Mendengar suara yang familiar membuat Herold memutar tubuh untuk melihat sang empunya suara.

"Oh, Mr. Zayn. Kebetulan sekali, aku ingin bertanya apakah Carol ada?" tanya Herold.

"Carol? Seharusnya dia ada di dalam, hari ini katanya sedang tidak enak badan dan ingin istirahat di rumah saja. Memang ada apa?" tanya Mr. Zayn.

"Maaf, jika salah bicara atau menyinggung sebelumnya. Tapi tadi Leona bilang dia melihat perempuan seperti Carol di pintu belakang, dan wajahnya penuh darah. Sungguh aku tidak bermaksud apa pun, aku hanya ingin memastikan kalau Carol baik-baik saja dan membuat Leona melihat kalau Carol di rumah saja sejak tadi," jelas Herold hati-hati, tidak ingin ayah dari perempuan bernama Carol ini marah dan tersinggung.

"Tidak apa-apa, anak-anak memang suka bicara sembarangan," kata Mr. Zayn yang tidak tampak tersinggung, justru tersenyum ke arah Leona. "Akan kupanggilkan Carol kalau begitu," sambungnya seraya membuka pintu.

Namun ketika Mr. Zayn masuk ke dalam, ia terkejut setengah mati saat mendapati putrinya tergeletak di lantai dengan darah menggenang di area kepalanya.

"CAROL?!" seru Mr. Zayn yang langsung berlari dan melihat keadaan putrinya.

Melihat hal itu, Herold berjalan ke luar agar Leona tidak melihat pemandangan tersebut. Cepat-cepat ia menelepon ambulan ke rumah Mr. Zayn dan memberitahu keadaan.

Seketika susana menjadi tegang. Banyak orang sekitar yang melihat ketika mendapati ambulan terparkir di depan rumah Mr. Zayn. Paramedis langsung mengevakuasi Carol, yang dinyatakan telah tidak bernyawa lagi.

Tangis Mr. Zayn terdengar memilukan ketika mendengar bahwa putrinya telah tidak bernyawa lagi dengan alasan yang tidak ia ketahui kenapa.

"Mr. Zayn?" panggil Herold kepada Mr. Zayn.

"Herold, maaf tapi aku harus menghubungi istriku dulu," kata Herold dengan mata bengkak akibat menangis.

"Leona ingin bicara sebentar denganmu, soal Carol," pint Herold.

Mr. Zayn melihat ke arah Leona kecil. "Ada apa, Leona?"

"Mr. Zayn. Bibi Carol bilang kalau pacarnya datang dan memukul Bibi Carol dengan patung gajah di atas meja lalu kabur," kata Leona.

Mendengar hal itu Mr. Zayn langsung membelalak. "Bagaimana kau tahu?"

"Bibi Carol memberitahuku. Katanya dia bertengkar dengan Jade, pacarnya," kata Leona menunjuk ke arah teras.

Mr. Zayn mengepalkan tangannya keras. Ia ingin bertanya lebih, tapi ketika mendengar nama Jade disebut, pria paruh baya itu mengerti sekarang.

"Mr. Zayn. Kenapa menangis?" tanya Leona kecil.

"Leona, dimana Bibi Carol?" tanya Mr. Zayn yang rasanya seperti orang bodoh, semua orang tahu kalau Carol kini telah tiada. Jenazahnya sedang dibereskan oleh paramedis. Mungkin ia hanya ingin mendengar kata penenang yang memberitahu kalau Carol baik-baik saja. Merasa tidak mungkin kalau putrinya telah tiada.

"Di sana," tunjuk Leona ke arah teras.

Lagi-lagi Mr. Zayn membelalak mendengar hal itu.

"Mr. Zayn. Soal itu, kurasa ...." Herold mencoba untuk bicara tapi Mr. Zayn justru mengangkat tangannya untuk menghentikan Herold dan justru bicara dengan Leona.

"Leona, beritahu Bibi Carol kalau aku akan menangkap Jade karena sudah memukul dia," pinta Mr. Zayn.

Leona menoleh ke arah sosok Carol berada, lalu kemudian kembali melihat Mr. Zayn, "Bibi Carol bilang terima kasih. Katanya maaf karena tidak mendengarkan ucapan Mr. Zayn kalau Jade jahat."

Mendengar hal itu tangis Mr. Zayn kembali pecah. Ia mengingat argumen-argumennya dengan sang putri tercinta agar menjauhi pria brengsek bernama Jade, tapi putrinya itu tidak mau mendengarkan dan lebih memercayai Jade. Namun lebih dari itu, ia justru mengingat masa-masa bersama putrinya dalam tawa dan canda, membuat sisi dirinya sebagai seorang ayah benar-benar hancur saat mendapati putri yang dicintainya merenggang nyawa karena ulah pria brengsek.

Herold membawa Leona pergi dari sana setelah urusannya dengan Mr. Zayn selesai.

"Daddy?" panggil Leona yang menggelayut di leher ayahnya itu.

"Bibi Carol sudah meninggal, ya? Yang kau lihat hantu Bibi Carol?" tanya Leona, terdengar tidak senang.

"Benar, Sayang. Bibi Carol mendatangimu karena tahu kalau kau bisa melihatnya dan memberitahu bahwa dia sudah tidak ada lagi di dunia ini. Kau juga membantu Mr. Zayn menyampaikan pesan dari Bibi Carol. Kau telah berbuat baik. Karena itu jangan takut lagi dengan hantu, karena mungkin mereka seperti Bibi Carol yang minta bantuanmu. Tapi kau juga tidak boleh membantu jika itu diluar kemampuanmu," jawab Herold.

"Baik, Daddy," Leona menjawab dengan nada lemas.

"Bagaimana kalau kita pergi ke toko ice cream kesukaanmu? Kau boleh pesan yang kau suka," ajak Herold.

Mendengar hal itu, wajah Leona langsung berubah antusias. Ia mengangguk dengan mata berbinar.

"Leona mau rasa strawberi, cokelat, dan vanila," kata Leona penuh semangat.

"Memang kau bisa menghabiskannya?" tantang Herold.

"Bisa!" seru Leona penuh percaya diri.

Herold hanya tersenyum melihat tingkah gadis kecilnya ini. Ia memeluk Leona sebelum senyum di wajah pria itu pudar ketika memikirkan sesuatu, masa depan Leona kelak. Rasanya setelah melihat Carol, Herold merasa takut kalau putri kecilnya ini dapat diambil kapan saja darinya. Tidak, ia belum siap. Ia begitu menyayangi Leona melebihi dirinya sendiri. Baginya Leona adalah matahari dan napas dalam hidupnya yang gelap saat ini. Akan ia lakukan apa pun untuk membuat Leona aman dan bahagia.

Ya, Herold akan melakukan apa pun demi Leona.

1
Anonymous
bagus sekali
Santhi Agung
beneran tamat nih.. bapaknya Louis gimana kabarnya, ceritanya sangat bagus tidak bertele-tele
Yhunie Arthi: Iya sudah tamat, kak. Kalau ramai saya buatin seasson 2 /Slight/
total 1 replies
Santhi Agung
iya bener tapi masih sepi yg like
ros
ceritanya menarik 👍
Dia Fitri
/Good/
Yuyun suseni
semakin tegang....
banyakin donk kak..bikin. tema cerita seperti ini .mengacu adrenalin...
Yhunie Arthi: Siap, stand by terus ya dan bisa cek profil untuk cerita-cerita terbarunya /CoolGuy/
total 1 replies
Yuyun suseni
haloo kak...aku suka sekali cerita ceritanya ....semoga karyanya semakin banyak. Yach... 😍
Yhunie Arthi: Aamiin. terima kasih udah baca ceritanya, semoga menghibur waktu senggangnya ya /Smile/
total 1 replies
Linda Wati
next 🌹🌹🌹♥️♥️♥️
Ana Rusliana
Luar biasa
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
dan rion lah yang menghancurkannya
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
apa ini walikota yang mo bunuh si liliana y?? yang akhirnya diringkus si rion dan klan mafia nya?
Yhunie Arthi: kurang lebih lima sampai enam tahun sebelum Rion ketemu Lili
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@: berarti msh jauh dnk ini ceritanya y. kan di liliana, bpknya udh jd walkot. disini msh calon
total 3 replies
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
kirain flashback nya ada hubungannya ama kejadian skr thor
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
berarti ini kejadiannya sebelum pembasmian red dog oleh rion y?
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
lah musuhnya si rion juga
endah retno adi
keren
Anhy Xmj
ck pake flashback segala...
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
ga ngeh sama leona. lupa
Aldiza azahra
jangn2 ayh angkt leona ayah luna yg sebenary...
Yhunie Arthi: /Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/
total 1 replies
Anhy Xmj
aih... si lupis... 😁😁😁
Anhy Xmj
bagus bgt..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!