jadi laki laki harus bisa membuktikan kepada dirinya sendiri kalo ia bisa sukses, sekarang kamu harus buktikan kalo kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Dan kamu?" tanya Dita.
"Hah? Apanya Mbak?" tanya Alvin balik membuat Dita menaikkan alisnya sebelah.
"Mau lanjut S2?" pertanyaan Dita membuat Alvin menelan salivanya dengan susah payah.
"Em... Saya tidak tau Mbak sepertinya sih gak ya, saya mah yang penting selesai S1 udah syukur alhamdulilah banget setidaknya saya punya pendidikan kuliah." jawab Alvin membuat Dita mangut-mangut.
"Gak apa-apa tau bercita-cita tinggi gak masalah, oh atau jangan-jangan kamu mau nikah ya?" tebak Dita membuat Alvin menggaruk tengkuknya sekilas.
"Siapa sih Mbak yang mau sama orang kayak saya." ujar Alvin.
"Heh... Perasaan kamu sok ganteng mulu sekarang malah ngomong gini, gak boleh Minder semua ada jalannya." lanjut Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Mbak itu udah rebahin aja, kasian Mbak mau pulang nanti kemalaman." ucap Alvin, Dita merebahkan Guntur di ranjang lalu menyelimuti anak kecil itu.
"Bunda pulang dulu ya sayang." bisik Dita.
Setelah itu ia mengambil tasnya dan Alvin mengantarkan Dita ke depan.
"Mbak makasih banyak loh makanannya sama makasih juga udah mau di panggil Bunda sama Guntur." ucap Alvin yang dibalas anggukan oleh Dita.
"Saya mau dipanggil Bunda sama Guntur bukan berarti saya mau sama kamu ya, itu semua demi Guntur." tegas Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Siap Mbak saya paham kok, saya juga gak berharap lebih." lanjut Alvin.
"Ok, kalo gitu saya pulang ya kalo ada apa- apa kabari aja." lanjut Dita.
Setelah mobil Dita menjauh Alvin kembali menutup pintu lalu ia masuk ke dalam, ia Melihat putranya sudah terlelap.
"Maafin Ayah ya Nak, gara-gara Ayah kamu benar-benar tidak mendapat kasih sayang seorang Ibu." gumam Alvin sambil mengusap-usap kepala Guntur.
Keesokan harinya Alvin melihat jadwal perkuliahannya dimulai jam 10 pagi. Saat siap- siap tiba-tiba ia merasa tidak enak jika ke kantor hanya untuk mengantarkan Guntur.
"Bimbingan akademik katanya cuma satu
jam, gimana ya?" gumam Alvin sambil berpikir, ia melihat Guntur sedang tengkurap di atas ranjang.
"Mbak Dita." gumamnya tiba-tiba lalu ia
mengambil ponselnya.
[Halo]
[Mbak]
[Iya AL kenapa?]
[Mbak jam 10 sibuk gak?] tanya Alvin
membuat Dita mengerutkan keningnya.
[Gak kok kenapa?]
[Em... Saya ada bimbingan akademik jam 10 Mbak sekitar satu jam an, sebenarnya saya mau aja nganter Guntur ke tempat Bu Maya tapi satu sisi saya tiba-tiba merasa tidak enak.
Jadi niatnya saya nanti datang kesana bersama Guntur setelah selesai bimbingan aja, niatnya sih ...] terang Alvin membuat Dita paham.
[Kamu mau nitipin Guntur ke saya?] tanya Dita membuat Alvin menggaruk tengkuknya sekilas.
[Em ... Kalo Mbak gak keberatan sih tapi kalo misalnya Mbak sibuk gak apa-apa kok mungkin saya anterin aja ke tempat Bu Maya] ujar Alvin.
[Eh jangan bawa sini aja, saya di ruang BEM kok sambil ngetik skripsi.
Bawa sini aja biar saya yang jagain] ucap
Dita membuat Alvin tersenyum.
[Mbak yakin? Saya takut ngerepotin] ucap
Alvin.
[Gak kok saya juga udah sumpek banget ini sama skripsi, mau rileks dulu bawa sini aja Guntur] lanjut Dita.
[Baik Mbak kami berangkat sekarang] lanjut Alvin.
Setelah itu ia langsung mendekati putranya lalu mengganti pakaian Guntur.
"Guntur nanti sama Bunda Dita dulu ya Nak sepanjang Ayah kuliah, gak lama kok." gumam Alvin.
Setelah selesai mereka langsung berangkat ke kampus.
Tidak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai di parkiran kampus, Alvin sedang merapikan kain gendongnya sebelum turun dari motor.
"Guntur..."
Alvin menoleh melihat Dita datang menghampiri mereka.
"Mbak kenapa repot-repot kesini tadi saya niatnya mau nganterin Guntur ke ruangan BEM." ucap Alvin.
"Gak usah sini biar saya gendong." ujar Dita, sebenernya Alvin merasa tidak enak
karena banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka.
Tapi melihat Dita yang begitu bodo amatan membuat Alvin merasa sedikit lega.
"Ya udah kamu kuliah sana." suruh Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Ini tas Guntur Mbak kalo butuh apa-apa semuanya ada di dalam." ucap Alvin yang di dibalas anggukan oleh Dita.
Setelah Alvin pergi Dita membawa Guntur ke ruangan BEM.
"Aduh panas banget sayang harinya, maaf ya." gumam Dita lalu mendekap Guntur dengan erat supaya tida kepanasan.
Ia juga sedikit menundukkan kepalanya menutupi wajahnya Guntur supaya tidak terkena panas lalu ia berlari pelan menuju kantor BEM.
"Huh ... Akhirnya kita sampai." ucap Dita.
"Darimana aja Dit? Buset ..... Itu anak siapa?" tanya Erik begitu melihat Dita
menggendong bayi.
"Ini anakku."
Deg!
"Demi apa? Kamu bohong kan?" tebak Erik pasalnya dari semester 3 ia sangat menyukai Dita tapi karena Dita tipe cewek yang galak dan tegas sehingga ia selalu mundur.
Apalagi Dita sudah tau jika dirinya laki- laki banyak pacar susah jelas Difa akan menolaknya mentah-mentah.
"Ini anak temanku, ganteng kan?" gumam Dita.
"Tapi kamu ngapain bawa anak kesini Dit, ini kan kampus." ujar Erik membuat Dita menatapnya tajam.
"Masalahnya dimana? Ya terserah dong lebih mending ngasuh anak sih di kampus daripada ngasuh pacar." sindir Dita membuat Erik gelagapan.
"Iya apaan sih? Gak jelas benget." elak Erik membuat Dita tersenyum miring.
"Kamu pikir aku gak tau apa kamu itu buaya darat, semua cewek di embat. Insaf woy gak selamanya yang begitu indah." omel Dita membuat Erik menutup telinganya.
"Udah sih berisik banget, urus tuh anakmu." ujar Erik membuat Dita mengangguk.
"Ia iya jelas ini akan kuurus." jawab Dita.
Satu jam kemudian, Alvin sudah selesai bimbingan akademik. Sebenarnya ia ingin menjemput Guntur langsung ke ruangan BEM.
Namun satu sisi ia merasa tidak enak karena mahasiswa baru sudah lancang ke Kakak senior.
Alvin memilih menunggu di parkiran supaya ia juga lebih cepat.
Dari kejauhan ia melihat Dita menggendong Guntur dengan erat, Alvin langsung berdiri.
"Ya Allah Mbak maafin saya sudah merepotkan Mbak begini." ucap Alvin yang dibalas gelengan oleh Dita.
"Gak kok santai, so sekarang kalian mau kemana?" tanya Dita.
"Em itu Mbak ke tempat bos saya dulu siapa tau saya masih bisa bekerja setengah hari." jawab Alvin membuat Dita mangut-mangut.
Disisi lain Erik yang buru-buru ingin ketemuan dengan ceweknya, tiba-tiba diparkiran ia langsung berhenti karena melihat Dita sedang ngobrol dengan laki-laki yang tidak ia kenal.
'Siapa yang ngobrol sama Dita, kenapa malah yang gendong anak si cowok itu.' gumam Erik pelan lalu ia menunggu Alvin benar-benar pergi.
Setelah melihat Alvin pergi, Erik diam- diam datang dari belakang Dita.
"Itu siapa?"
"Astagfirullah!" Dita kaget mendengar suara itu ia langsung berbaliknya lalu ...
Plak!
Ia memukul tangan Erik karena kesal dengan ulah ketuanya tersebut.
"Bisa gak jangan ngagetin!!" sewot Dita membuat Erik menutup telinganya sebentar karena suara Dita begitu cempreng.
"Itu temanmu?" tanya Erik membuat Dita terdiam sejenak lalu melipat kedua tangannya