"Tapi Kek, aku tak mengenalnya. Dan dia pria kota, mana cocok denganku yang hanya seorang gadis desa."
"Kamu hanya belum mengenalnya, dia anak yang baik. Jika Kakek tiada, kamu tak sendiri di dunia ini. Jadi Kakek mohon, kamu harus mau di jodohkan dengannya."
Aruna hanya diam, dia tak bisa membantah permintaan sang Kakek. Sedari kecil dia dirawat oleh Kakek Neneknya, karena orang tuanya mengalami kecelakaan dan tewas ketika dia berusia 5 tahun. Sejak saat itu hidup didesa, dan membantu Kakek Neneknya bertani diladang adalah kehidupan bagi Aruna.
Tapi ksetelah kepergian Nenek satu bulan lalu, jujur membuatnya kesepian walaupun ada Kakek juga asisten rumah tangga yang sedari dulu sudah bekerja di tempat sang Kakek.
Waktu pernikahan tiba, dua orang asing menikah tanpa ada rasanya cinta dihati mereka. Pria itu anehnya juga tak menolak perintah dari Kakeknya, setuju dan menjalani perjodohan yang sangat mendadak.
"Kita sudah menikah, tapi ada batasan antara aku dan kamu. Dan akan aku je
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SecretThv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Jahilnya
Aruna tak memasukkan baju dinas itu ke kotaknya kembali, dia mengambil kain lainnya dan membuat Sagara yang tengah meneguk air jadi tersedak.
"Apa lagi ini?" Memperlihatkan pada Sagara.
Sagara tersedak, wajahnya memerah bukan marah, tapi dia pria normal melihat pakaian mini didepannya tentu saja akan membangunkan hasratnya sebagai seorang pria
'Astaga bocah ini'
Sagara lalu merebut semuanya dan memasukkannya kedalam kotak, dan meminta Aruna tidak membuka tapi boleh menyimpannya untuk menghargai pemberian dari Ibunya.
"Dengar ini gadis cilik! Ini pakaian bukan dipakai sembarangan, kamu boleh memakainya saat kamu bersama dengan suamimu di kamar. Bukan di pakai diluar, dan di lihat oleh para pria. Jadi simpan dan jangan pernah kamu pakai, kecuali kamu sudah menikah." Tegasnya, tapi tak sadar apa yang dia ucapkan barusan.
Aruna terdiam, lalu tiba-tiba dia menatap ke arah Sagara. Bukan dia bodoh, tapi sepertinya ada yang salah dengan ucapan Sagara barusan.
"Bukankah kamu suamiku?" kata Aruna dengan nada datar.
Sagara terdiam, berfikir kata-katanya yang tadi dia ucapkan. Dia pun menutup laptopnya, dan mulai mendekati Aruna namun gadis itu tetap diam tak bergeming seolah tak waspada.
"I-iya, tentu saja aku suamimu. Tapi aku tak menyukai atau mencintaimu, aku punya kekasih jadi jangan harap aku aku menyentuhmu atau mencintaimu. Tidak akan pernah." Sagara mempertegas hubungan antara mereka, dan jelas hatinya belum ada ruang untuk Aruna.
"Kamu pikir aku juga akan mencintaimu Paman, tidak akan pernah. Jika aku mencintaimu berarti aku kena karma, karena ucapanku sendiri." Jawab Aruna dengan nada datar.
"Buang panggilan Paman, aku masih muda."
"Dan aku sadar akan batasan yang kita buat, aku hanya akan berperan sebagai istri didepan orang tuamu, Kakekmu, dan Kakekku. Lainnya, aku tidak mempermasalahkan. Dan aku juga berhak atas hidupku, atas pilihanku. Jadi jika suatu saat aku mencintai seseorang dan itu bukan kamu, maka kita akan berpisah dan menjalani kehidupan masing-masing." Imbuhnya, Aruna mempertegas lagi untuk membuat Sagara bungkam.
Bukan kurang ajar, tapi karena Sagara sangat jelas tak menginginkan hubungan pernikahan ini. Begitupun dengannya, tak mau dilihat wanita murahan tentu saja Aruna melawan dengan kata-kata yang lebih mempertegas hubungan mereka.
Aruna lalu bangkit dan membawa kotak hadiah dari Ibu mertuanya, walaupun tak akan pernah dia pakai tapi setidaknya dia menyimpannya untuk bentuk menghargai.
Sedangkan Sagara mematung sembari menatap gadis kecil itu pergi masuk ke dalam kamar dan menghilang, tak pernah menyangka Aruna bisa setegas itu padanya, ditambah tentang hubungan juga batasan antara mereka.
"Baiklah, aku pastikan tidak akan pernah jatuh cinta padamu. Dadar gadis kecil menyebalkan!" Kesalnya, lalu membawa laptopnya untuk menuju ruang kerjanya.
Aruna kembali keluar dari kamarnya, dia ingin membeli kebutuhan bulanan karena sudah waktunya. Dia lupa tak memiliki barang tersebut karena, tepat dengan Sagara keluar dari ruang kerjanya.
Dia memandang Aruna dengan teliti, karena gadis itu seperti hendak pergi, ditangannya ada dompet miliknya.
"Mau kemana kamu malam-malam begini?" tanya Sagara dengan tubuhnya bersandar ke tembok, dan tangannya menyilang di dada.
"Mau beli kebutuhan bulanan, sudah dekat tanggalnya jika tidak akan gawat." Jelas Aruna, lalu berjalan untuk keluar dari rumah.
Dengan cepat langkah Sagara mengikuti gadis kecil itu, membuat Aruna heran kenapa Sagara mengikutinya.
"Kenapa Kakak mengikuti ku? Aku bisa pergi sendiri," kata Aruna saat berbalik dan membuat langkahnya dan langkah Sagara terhenti.
"Bukan kemauanku, tapi karena tanggung jawabku padamu. Jika terjadi sesuatu padamu, aku yang kena marah Kakek." Jelas Sagara, tapi bukan itu alasan dia sebenarnya.
"Terserah!" Aruna berbalik dan menuju lift.
Di ikuti Sagara dari belakang, awalnya hanya mereka berdua saja didalam lift. Tapi tiba-tiba di lantai 4 banyak sekali orang nak hingga agak berdesakan membuat Aruna dan Sagara begitu dekat, bisa di bilang Sagara memeluk Aruna untuk melindunginya.
"Wah kalian pengantin baru ya?" tanya salah satu penghuni apartemen tersebut.
"Bu-bukan, kami .."
"Ah sudahlah jangan mengelak, kalian sangat serasi. Sudah cantik dan tampan, anaknya nanti pasti sangat sempurna." Timpal Ibu-ibu lainnya.
Aruna hanya tersenyum begitupun Sagara, bukan ikhlas tersenyum melainkan terpaksa. Walaupun tatapan mereka saling dingin dan tajam, akhirnya mereka sampai di lantai satu dan segera keluar dari lift.
Aruna berjalan lebih dulu, Sagara dengan cepat menyusul langkah sang istri. Tujuan Aruna adalah toserba, jaraknya yang dekat dan tak terlalu jauh dari gedung apartemen.
Ditambah cuaca malam bagus, jadi ingin mencari angin malam sekedar duduk disebuah kursi di taman. Aruna segera mencari sesuatu yang dia butuhkan saat ini, Sagara hanya memperhatikan Aruna sembari melihat-lihat lainnya. Karena dia jarang sekali ke toserba, jadi sedikit bingung saat masuk.
"Apa Kakak mencari sesuatu?" tanya Aruna dengan nada datar tapi ingin tau.
"Ti-tidak, aku tak pernah belanja di sini."
"Oh ya sudah, aku sudah menemukan apa yang aku butuhkan. Aku akan membayarnya." Aruna segera menuju ke kasir, Sagara pun mengikuti langkah gadis itu.
Saat hendak membayar tiba-tiba Sagara melihat lolipop, lalu mengambil beberapa dan meminta Aruna membayarnya.
"Aku mau ini, tolong bayarkan dulu. Aku tak membawa dompet atau ponselku." Pintanya pada Aruna.
"Tidak mau." Hendak meninggalkan Sagara.
"Hei gadis kecil, tolong lah. Atau menggunakan kartu yang aku berikan padamu, jadi tolong bayarkan ini. Jangan membuatku malu didepan umum." Bisiknya di telinga.
"Tidak mau ya tidak mau, lagian kartu yang Kakak berikan tidak aku bawa. Aku pergi dulu, bayar sendiri," kata Aruna.
Terlihat beberapa orang menatap mereka, Sagara lalu terpaksa tidak jadi mengambilnya dan mengembalikan lolipop itu ke tempatnya. Segera dia berjalan mendahului Aruna dengan perasaan kesal, melihat itu Aruna tertawa dan berbalik arah memberikan lolipop yang Sagara inginkan.
"Dasar pria tua tapi seperti anak kecil." Ujar Aruna pada Sagara, pria itu masih berdiri menunggu Aruna yang tiba-tiba menghilang entah kemana.
"Kemana lagi gadis kecil si**** itu! Buat aku jengkel saja, mana sudah membuatku malu karena lolipop." Kesalnya, tapi masih tetap setia menunggu karena khawatir terjadi sesuatu.
Aruna mulai terlihat dan mendekati pintu keluar, melihat wajah Sagara yang kesal membuatnya menahan tawa. Dia sadar membuat pria itu malu, tapi sesekali tak apa bukan membuatnya tak seenaknya pada Aruna.
"Kita pulang." Ajak Sagara, wajahnya mulai dingin.
"Ini." Memberikan lolipop yang dia beli tanpa sepengatahuan Sagara.
Sagara mematung saat diberi lolipop oleh Aruna, terkejut dengan hal yang Aruna lakukan padanya. Padahal tadi saja tak mau membayarkan, tapi sekarang dia memberi beberapa lolipop lumayan banyak padanya.
"I-ini ..." Mengejar Aruna.
"Aku belum mau pulang, aku mau ke taman dekat sini sebentar. Jika Kakak mau pulang silahkan," kata Aruna sambil berjalan terus tanpa berhenti, atau pun menghiraukan Sagara yang jalan dan langkahnya mulai menyamainya.
"Aku ikut." Mulai menyamakan langkah dengan gadis kecil yang menjadi istri sahnya itu.
Diam-diam seseorang melihat Sagara sedang bersama dengan Aruna, dan terlihat begitu marah karena prianya sepertinya mulai membuka hati untuk wanita lain.
"Dasar wanita j*****! Kamu mau merebut kekasihku, tak mungkin kalian ini hanya sepupu!" Kesal Elen didalam mobilnya.
"Sudah jelas kan, mereka sepertinya bukan saudara sepupu. Sudahlah, lebih baik kita ke tempat yang lebih indah. Urus besok saja," ujar pria di sisi Elen, lalu mobil mulai melaju meninggalkan area tersebut.