Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkenalan Dengan Edwin
Pesta meriah di rumah Sarah berlangsung tenang bagi Santi, dan kenyataan bahwa Dani tidak hadir di pesta itu merupakan suatu berkah baginya. Dari sudut matanya, Santi melihat seorang pria yang meskipun baru dua kali dia lihat sebelumnya, namun pria itu tidak akan pernah dia lupakan. Dia adalah Robby Anggara, pengacara yang menangani perceraiannya.
Robby tersenyum padanya dan menghampirinya.
"Selamat malam, Bu Santi," kata Robby.
"Selamat malam, Pak Robby Anggara. Tolong jangan panggil aku dengan begitu formal. Panggil saja Santi," kata Santi.
"Baik, Santi. Bagaimana kabarmu?" Tanya Robby.
"Aku baik-baik saja, Robby. Aku menikmati pesta malam ini. Sudah lama sekali aku tidak berkumpul dengan semua orang sekaligus. Masalahnya aku memang tidak terlalu suka keramaian akhir-akhir ini karena kemanapun aku pergi, pasti akan ada mulut julid yang mencibirku," kata Santi.
"Kau seharusnya tidak perlu mendengarkan ucapan apapun dari mereka yang tidak ada hubungannya dengan kehidupanmu. Atau kau anggap saja mereka itu adalah anjing yang menggonggong," canda Robby.
"Bukan ide yang buruk. Anjing pertama yang akan terus menggonggong padaku adalah Nyonya Diana," kata Santi sambil memperhatikan bagaimana dia memandang mereka.
Robby mulai tertawa.
"Itulah masalahnya ketika orang punya terlalu banyak waktu luang. Mereka hanya mengamati kehidupan orang lain. Besok, bisa jadi kau dan aku akan menjadi bahan pembicaraan lebih dari satu orang, seolah-olah kita melakukan sesuatu yang salah," kata Robby.
"Tentu saja, kau tahu lebih dari siapa pun bahwa sekarang aku adalah wanita yang sepenuhnya bebas dari ikatan pernikahan. Dan bagaimana denganmu, Robby?" Tanya Santi.
"Aku sudah menjadi duda sejak beberapa tahun yang lalu, dan meskipun aku sudah beberapa kali berkenalan dengan wanita lain, tapi aku belum menemukan seseorang yang istimewa. Masalahnya ketika kau sudah tua dan harus kembali mencoba menemukan cinta, kau akan menjadi lebih pemilih. Kau tahu apa yang mengganggu dirimu dan tidak terlalu menoleransi kesalahan," kata Robby.
"Tidak mudah untuk mengatasi kehilangan orang yang dicintai," kata Santi.
"Tidak, Santi. Tidak mudah ketika hatimu terus berdetak untuk orang lain. Selama berbulan-bulan, aku berkeliaran di rumahku seperti hantu. Butuh waktu dua tahun bagiku untuk melepaskan pakaiannya dari lemari atau melihat fotonya tanpa menangis. Hari ini, aku bersyukur atas tahun-tahun yang telah kami lalui bersama, dan anak yang dia berikan kepadaku," ujar Robby Anggara.
Santi hendak bicara ketika mereka diganggu oleh seorang wanita yang jelas-jelas tertarik pada Robby. Marina datang menghampiri Santi.
"Santi, sayang, kemarilah sebentar," kata Marina.
"Baiklah," kata Santi sambil mengikuti temannya itu.
Marina membawa Santi ke tempat Tomi, Sarah, dan Satria sedang berbicara dengan Edwin Bagaskara. Mereka bergabung dengan kelompok dan percakapan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Santi mendapati dirinya ditinggal berdua dengan Edwin.
"Kau mantan istri Dani Prasetya, bukan?" Tanya Edwin.
"Ya," jawab Santi singkat.
"Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali aku mendengar nama Santi Amalia. Jadi, aku bertanya dan mereka memberi tahukan padaku siapa dirimu. Tidak bisakah kau tetap menggunakan nama belakang suamimu?" Tanya Edwin.
"Aku lebih suka namaku sendiri bahkan setelah menikah aku tidak pernah menambahkan embel-embel nama suami dibelakang namaku," kata Santi menjelaskan.
"Kau adalah wanita pertama yang kutemui yang merelakan sesuatu dari suaminya. Tentu saja, kau tidak merelakan uangnya. Para wanita kebanyakan seperti parasit yang menyedot rekening bank mantan suami mereka. Meskipun menurut para wanita, mantan suami mereka adalah pria bodoh. Namun, uang si bodoh tidak sebodoh itu," kata Edwin.
"Kurasa kau baru saja bercerai. Memang berat awalnya," ucap Santi mencoba melunakkan ucapan Edwin.
"Di awal dan di akhir. Setidaknya orang-orang tidak mengejekku lagi karena perselingkuhan yang dilakukannya. Dasar wanita jalang, dia meninggalkanku demi seorang pria yang lebih muda. Baginya, pria itu adalah contoh sempurna dari seorang pria usia muda dengan penampilannya yang tampan, menawan, dan penyayang. Padahal dia tidak menyadari bahwa pria itu hanya seorang pemalas. Hari ini sudah setahun sejak perceraianku dan aku masih sangat membenci wanita penghianat itu," ujar Edwin.
Edwin terus mengoceh tentang mantan istrinya selama beberapa menit berikutnya, dan setiap kali Santi mencoba mengalihkan pembicaraan, dia selalu kembali ke pokok bahasan yang sama.
Ketika Santi tidak dapat menahannya lagi dan melihat tidak seorang pun dari temannya yang datang menolongnya untuk menghindari ocehan Edwin, dia berhenti tersenyum seperti orang bodoh.
"Wah, malam sudah larut sekali. Edwin, senang bertemu denganmu, tapi aku harus naik pesawat pagi ke Jakarta. Aku akan mengunjungi putriku," komentar Santi.
"Senang bertemu denganmu lagi. Kau adalah pendengar yang baik. Aku ingin bertemu denganmu lagi!" jawab Edwin.
"Tentu saja. Apa kau punya kartu nama, aku akan menelepon mu saat aku kembali dari Jakarta nanti," jawab Santi.
Edwin menyerahkan kartu nama itu dan Santi bergegas pergi darinya. Dia lalu mendekati Marina dan Sarah dan memberi tahu mereka bahwa dia akan pergi. Satria mendengar percakapan itu sambil menahan tawanya.
"Bagaimana perkenalan mu dengan Edwin?" Tanya Sarah.
"Aku merasa simpati pada mantan istrinya dan siapapun wanita yang menjadi kekasihnya yang sekarang." Jawab Santi.
"Apakah seburuk itu?" Tanya Marina.
"Aku tidak akan memberi tahumu apa yang aku pikirkan tentang orang itu karena aku tidak ingin bersikap kasar." Ucap Santi.
Dia lalu menyerahkan kartu nama Edwin dan memperingatkan keduanya, "Jangan berani-berani memberikan nomor teleponku dan jika dia bertanya tentang diriku, katakan padanya bahwa aku pernah tinggal di kolong jembatan." Ucap Santi seraya pergi dengan ketakutan.
'Sialan kau Dani, karena dirimu, aku harus berurusan dengan Edwin Bagaskara di dunia ini.' ucap Santi dalam hati.
Satria mulai tertawa.
"Jangan mengolok-oloknya," Marina menegurnya.
"Aku tidak bercanda, apakah kalian ingin memperkenalkan Santi pada Edwin? Ha ha ha, apakah kalian membenci Santi atau semacamnya?" Tanya Satria.
"Tentu saja tidak, tapi kami pikir itu ide yang bagus," jawab Sarah.
"Pria itu sangat membenci mantan istrinya. Dia membenci wanita. Kalau aku jadi Santi, aku tidak akan memaafkan kalian karen sudah mengenalkan aku dengan pria seperti itu." Kata Satria sambil tertawa.
Marina dan Sarah saling berpandangan.
...****************...
"Ha ha ha..."
Julia tidak bisa berhenti tertawa, tawanya bergema di seluruh rumah Santi.
"Jangan menertawakan ku," kata Santi padanya pada hari Selasa saat makan siang.
"Aku tidak menertawakan mu." Kata Julia.
"Aku belum pernah bertemu seseorang seperti itu..." Ucap Santi.
"Pria itu benar-benar menyedihkan. Tapi aku sudah memperingatkan mu bahwa berkenalan dengan pria yang di rekomendasikan oleh temanmu itu bukan ide yang bagus." Ujar Julia.
"Aku tahu, dan percayalah, aku tidak akan pernah menerima pria yang dikenalkan oleh temanku lagi. Aku harus bersembunyi setiap kali aku melihat pria itu." Ucap Santi.
Julia mulai tertawa lagi.
Akhirnya, setelah terus menerus didesak oleh Julia, Santi setuju untuk membuat akun di sebuah aplikasi kencan.
Bersambung...
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)