Denara baru saja menyelesaikan sebuah novel di sela-sela kesibukannya ketika tiba-tiba dia terikat pada sebuah sistem.
Apa? Menyelamatkan Protagonis?
Bagaimana dengan kisah tragis di awal tapi menjadi kuat di akhir?
Tidak! Aku tidak peduli dengan skrip ini!
Sebagai petugas museum, Denara tahu satu atau dua hal tentang sejarah asli di balik legenda-legenda Nusantara.
Tapi… lalu kenapa?
Dia hanya ingin bersenang-senang!
Tapi... ada apa dengan pria tampan yang sama disetiap legenda ini? Menjauhlah!!
———
Happy Reading ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Reality (6)
Untungnya, Lukas tidak membutuhkan waktu lama di toserba dan segera kembali. Mereka berjalan pulang bersama dalam diam. Namun, Denara bisa merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikiran Lukas.
Denara juga tidak ingin bertanya lebih banyak. Mungkin apa yang dipikirkan Lukas terkait dengan apa yang dikatakan pemuda di mobil tadi.
Perjalanan mereka tidak jauh. Tidak lama kemudian, mereka tiba di rumah masing-masing.
"Aku pulang," ucap Denara tenang saat membuka pintu.
Dia berjalan melewati ruang tamu menuju ruang keluarga, di mana sebuah foto pasangan yang tersenyum gembira terpajang di meja kecil.
Denara berlutut di depan meja itu, menatap wajah kedua orang tuanya dalam foto. Perlahan, senyuman tipis terbentuk di bibirnya.
"Ayah, Ibu... Kalian pasti nggak akan percaya apa yang aku alami hari ini."
Dia tertawa kecil, lalu mulai bercerita, seolah-olah orang tuanya benar-benar mendengarkan. Tentang sistem aneh yang muncul di kepalanya, pengalaman mendadak tentang pergi ke dunia legenda dan menjadi karakter didalamnya, hingga rahasia tentang penyakit tersembunyi yang baru saja dia ketahui.
"Kak Andre sekarang jadi psikiater, lho. Keren banget, kan?" katanya dengan nada ringan, meski matanya meredup.
Perlahan, ekspresinya berubah. Senyum itu memudar, digantikan oleh tatapan yang lebih sendu.
"Tapi sungguh..." dia menarik napas panjang, menenangkan gejolak dalam hatinya. "Apa-apaan ini?"
Tangannya terulur, menyentuh bingkai foto dengan lembut.
"Kakek dan Nenek pergi terlalu cepat... Lalu kalian juga..." suaranya bergetar. "Siapa yang seharusnya memberitahuku tentang penyakit genetik ini? Siapa yang bisa menjelaskannya padaku?"
Denara menunduk, jari-jarinya mencengkeram ujung celananya erat.
"Kalau bukan karena kalian selalu bilang aku harus hidup dengan baik... Aku mungkin sudah merayakan ini dengan sebuah pesta," katanya dengan tawa hambar.
Nadanya terdengar getir di akhir. Sesuatu yang awalnya terasa seperti lelucon justru berakhir dengan kesedihan yang sulit diungkapkan.
Denara menghela napas pelan, lalu berdiri. Tanpa banyak berpikir, dia melangkah ke dapur, mulai memasak dengan gerakan otomatis seperti kebiasaan sehari-hari. Setelah makan, dia pergi mandi untuk menyegarkan diri.
Setelah menyelesaikan rutinitasnya, dia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang diterangi cahaya lampu redup.
Dengan suara pelan, dia memanggil sistem.
"Legend Weaving System?"
Sebuah suara tanpa emosi segera menjawab di kepalanya.
[Ya, Host.]
Denara menghela napas, mencoba mengabaikan ketidaknyataan yang dia alami sepanjang hari ini.
"Berapa poin yang kudapat dari tugas pertamaku? Dan... apakah aku bisa melihat mall sistem?" tanyanya.
Sistem tidak menjawab secara verbal. Sebagai gantinya, sebuah panel melayang tiba-tiba muncul di depan Denara.
[Mall System]
Deretan barang dengan harga tertera di bawahnya langsung memenuhi pandangannya. Di pojok bawah, angka yang menunjukkan poin yang dia dapatkan juga terlihat.
"Seribu poin? Lumayan juga." Denara sedikit terkejut.
Matanya kemudian menyusuri daftar barang. "Lalu, di mana obatnya?"
[Host bisa menggeser panel.]
Mengikuti instruksi, Denara menggeser layar dengan ujung jarinya. Sebuah gambar cairan biru muncul di depannya, dengan harga yang tidak ditampilkan, hanya tertulis [????????].
"Ini… Blue Serum?" Dia mengernyit. "Apa ini obatku? Kenapa tidak ada harganya?"
[Poin Host terlalu rendah untuk mengetahui harga produk. Disarankan Host segera meningkatkan poin.]
"Oh..." Denara menghela napas panjang. Sepertinya butuh waktu lama sebelum dia bisa mendapatkan cukup poin untuk membeli obat itu.
Tiba-tiba, sistem memberikan pemberitahuan lain.
[Host, ada informasi baru yang diperbarui setelah menyelesaikan misi.]
"Ya? Apa?"
[Untuk misi selanjutnya, waktu tidak akan berhenti lagi. Misi akan berlangsung saat Host tidur.]
"Eh? Seperti bunga mimpi?"
[Host dapat menganggapnya seperti itu.]
Denara mengerutkan kening. "Lalu bagaimana kalau misinya tidak selesai dalam satu malam?"
[....]
Tidak ada jawaban selama beberapa saat.
"Sistem?"
[Host… tidak akan terbangun sampai misi selesai.]
"Apa?!" Denara langsung terduduk. Jika dia tidak bangun, bagaimana dengan pekerjaannya? Bagaimana dengan orang-orang di sekitarnya? Mereka pasti akan panik!
[Host tenang, kebanyakan misi dapat diselesaikan dalam satu malam.]
Denara mengusap wajahnya, mencoba meredakan kecemasannya. "Baiklah kalau begitu… Aku mengandalkanmu, sistem."