"Kau hanya perlu duduk dan menghabiskan uangku, tapi satu hal yang harus kau penuhi, yakni kepuasan!" Sagara Algyn Maheswara.
"Asal kau bisa membuatku keluar dari rumah sialan itu, aku bisa memberikan apapun termasuk yang satu itu, Tuan." Laura Alynt Prameswari.
Laura menderita karena hidup dengan keluarga tirinya, ayahnya menikah lagi dan selama itu dia selalu ditindas dan diperlakukan seenaknya oleh keluarga barunya itu, membuat Laura ingin bebas.
Akhirnya, dia bertemu dengan Sagara. berawal dari sebuah ketidaksengajaan, namun siapa sangka berakhir di atas ranj*ng bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Laura tersenyum malu-malu, ekspektasi nya terlalu jauh memikirkan banyak hal. Padahal, belum tentu semua itu akan terjadi, kan? Dia berpikir bahwa mungkin orang tua Sagara takkan menerimanya, tapi kenyataannya tidak seperti itu.
Hanya ibu tiri Sagara saja yang seolah menolak kehadirannya, tapi Danu tidak sama sekali. Dia menyambut baik kedatangannya. Tadi, Sagara sudah mengajaknya pulang, tapi Danu malah mengajaknya untuk makan siang bersama di rumah, karena merasa tak enak akhirnya Laura mengiyakan.
"Gak usah canggung, Nak. Anggap saja rumah sendiri. Masalah Saga dan ibunya yang gak akur, itu bukanlah masalah yang besar. Masih bisa ditangani.."
"Iya, Pa."
"Kata Saga, kamu sedang hamil?"
"Iya, sudah delapan minggu." Jawab Laura pelan. Delapan minggu ya? Artinya, dua bulan?
"Sudah periksa ke dokter?"
"Sudah, Pa. Daddy yang anter."
"Daddy?"
"Iya, Daddy Saga." Jawab Laura sambil tersenyum. Danu mengangguk-anggukan kepalanya. Mendadak, Sagara jadi pendiam. Dia tidak bicara dan fokus makan, meskipun telinganya sedang sibuk menyimak pembicaraan ayah dan sang kekasih.
"Gaya banget dipanggil Daddy."
"Suka-suka Saga, kenapa Papa yang repot." Sinisnya lengkap dengan delikan kesalnya.
"Gaya banget kamu." Celetuk Danu yang membuat Saga lagi-lagi hanya mendelik sambil menatap sang ayah. Jengah? Tidak, hanya sedikit kesal dan muak saja. Sebenarnya, dia tidak membenci sang ayah, hanya saja ya begitulah. Dia sangat tidak menyukai ibu tirinya yang bossy dan angkuh, usianya juga masih terlalu muda untuk ayahnya.
Dugaannya pun benar selama ini, wanita itu hanya memanfaatkan uangnya. Maka dari itu, semua aset dipegang oleh Saga sekarang. Dia bisa tertawa nanti saat wanita itu berkoar-koar pada orang karena akan mendapatkan banyak warisan dari Danu, tapi kenyataannya tidak sepeserpun yang akan didapatkannya. Pria itu telah berjaga-jaga untuk banyak sekali hal yang dikhawatirkan akan terjadi kedepannya.
"Jadi, kapan kalian akan menikah?"
"Minggu depan." Balas Sagara dengan wajah datarnya. Pria itu menjawab dengan santai dan enteng. Tanpa banyak alasan, dia menjawab dengan pasti.
"Kamu, siap?"
"Siap gak siap, Pa. Soalnya ini menyangkut masa depan baby." Jawabnya dengan senyuman kecil.
"Kalian tidak boleh menikah!" Tegas Griselda yang tiba-tiba saja datang dengan wajah marahnya. Laura mendekat pada Sagara, jujur dia sangat takut dengan wanita itu. Kelihatan dari auranya saja sudah kelam dan gelap, wajar saja kalau Laura takut, kan?
"Kenapa tidak?"
"Pokoknya gak boleh. Nanti kalau Saga menikah, dia gak bakalan fokus dengan perusahaan. Dia akan lebih mementingkan istrinya."
"Saga bukan anak kecil. Dia sudah sangat dewasa untuk mengerti mana yang harus didahulukan, jangan terlalu khawatir." Jawab Danu berusaha memberi pengertian pada istrinya yang keras kepala.
"Tapi tidak dengan perempuan gak jelas kayak dia dong, harusnya."
"Jadi, aku harus menikah dengan siapa? Dia pilihanku, tak ada sedikitpun aku meminta pendapatmu. Jangan terlalu sok berkuasa disini, kau hanya orang asing."
"Saga, ini semua demi kebaikanmu." Nada suara Griselda memelan.
"Tidak. Ini bukan untuk kebaikanku, jangan mempersulit apapun jika kau tidak ingin hancur, Griselda. Aku bisa saja membuatmu ditendang dari rumah ini hari ini juga!"
"Saga!"
"Aku selesai. Kita pulang, sayang. Jangan disini, rumah ini tidak nyaman. Ada iblis di dalamnya." Ajak Sagara, dia menarik pelan tangan Laura dan membawanya pergi dari rumah itu tanpa menoleh lagi. Danu yang melihat hal itu hanya bisa menghela nafasnya.
"Kau ini kenapa selalu cari gara-gara sama anakku, sih? Apa salahnya dia mencoba mendapatkan apa yang dia inginkan?"
"Kau jangan membelanya. Perempuan itu aja gak jelas asal-usulnya."
"Iya, sama sepertimu."
"Mas.."
"Benar kata Saga, kau sudah sangat keterlaluan dan aku muak dengan semua ini, Griselda. Tanpa menunggu Saga bertindak yang akan menyebabkan rasa sakit di hatiku, aku akan menceraikan mu."
"Mas, tidak. Jangan melakukannya.."
"Aku tidak suka dengan sikapmu ini, Griselda. Sudah cukup. Aku tidak ingin hubunganku dengan anakku hancur hanya karena kau. Harusnya, sejak awal aku memang mendengarkannya untuk tidak menikah denganmu."
"Mas, aku mohon jangan.."
"Kemasi barang-barangmu dari rumahku, besok pagi aku ingin kau sudah pergi dari rumahku, tanpa meninggalkan satu barang pun disini. Kembalilah ke tempatmu, disini bukan tempat yang tepat untukmu. Kau menunjukkan kualitasmu sejak awal menikah denganku, harusnya aku mengambil keputusan ini sejak lama."
"Jangan menangis dan membuatku semakin muak, Griselda. Pergilah dan mulailah berkemas. Kembalikan semua kartu-kartu yang kuberikan untukmu termasuk semua fasilitas yang ku pinjamkan."
"Harusnya itu menjadi hakku kan, Mas?"
"Lalu, apa kau memberi hakku layaknya istri dan suami? Tidak, bukan? Jadi, kembalikan semuanya tanpa terkecuali."
selamat menjadi gembel lagi ..