NovelToon NovelToon
Obsession For Mrs.Seaggel

Obsession For Mrs.Seaggel

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Duniahiburan / Identitas Tersembunyi
Popularitas:667
Nilai: 5
Nama Author: venn075

menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Café Mewah – Private Room

Siang itu langit Seoul mendung, seolah mencerminkan suasana yang akan segera terjadi di sebuah café mewah di pusat kota. Cassi duduk tenang di kursi sudut ruangan, menatap ke arah pintu dengan ekspresi dingin.

Tak lama, Kim Tae Ri muncul. Langkahnya ringan, penuh percaya diri. Tanpa diundang, ia duduk di hadapan Cassi, melempar senyum tipis yang sulit diartikan.

"Aku dengar kau mencariku," ucap Tae Ri membuka percakapan dengan suara lembut namun menusuk.

Cassi menatapnya lama sebelum akhirnya menjawab pelan, "Aku hanya ingin memastikan… apa benar kau kembali untuk Ji Hoon, atau ada alasan lain yang kau sembunyikan?"

Tae Ri terkekeh kecil, memainkan gelas kopinya. "Sudah kuduga… cepat sekali kau bergerak. Tapi bukankah itu bukan urusanmu? Aku dan Ji Hoon punya cerita kami sendiri, Cassi Seaggel."

"Jangan anggap aku bodoh, Tae Ri." Nada suara Cassi mulai mengeras. "Kau muncul bukan tanpa alasan. Kau pikir aku tidak tahu ada yang menggerakkanmu?"

Tae Ri menatap Cassi lurus-lurus, lalu tersenyum sinis. "Dan kalau memang ada… kau mau apa? Mencegahku? Melindungi Ji Hoon? Kau pikir dia butuh perlindunganmu setelah semua luka yang kuberikan dulu?"

Cassi menghela napas panjang, menahan emosi yang hampir meledak. "Aku tidak peduli seberapa dalam luka yang kau tinggalkan di hidupnya. Tapi satu hal yang pasti, aku tidak akan diam dan membiarkanmu mengulang semuanya."

"Kau terlalu percaya diri, Nona Seaggel," bisik Tae Ri pelan, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit. "Jika aku ingin… aku bisa menghancurkan Ji Hoon lebih cepat dari yang kau bayangkan."

"Dan aku akan pastikan kau jatuh lebih dulu sebelum kau sempat melakukannya," balas Cassi dingin.

Keheningan menggantung di antara mereka. Tak ada kata yang terucap, hanya tatapan tajam penuh perhitungan dari dua wanita yang kini saling berdiri di sisi berlawanan.

Tae Ri akhirnya berdiri, merapikan mantelnya. "Kita lihat saja siapa yang lebih dulu kalah, Cassi. Aku tidak datang untuk kalah… dan permainan ini baru saja dimulai."

Tanpa menoleh lagi, Tae Ri melangkah pergi, meninggalkan Cassi yang masih duduk diam, kedua tangannya mengepal kuat di pangkuannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya lagi… Sejauh apa pun aku harus melangkah."

Langit di luar mulai gelap… dan perang diam-diam di antara mereka resmi dimulai.

-----

Restoran Mewah di Gangnam – Private Room

Malam itu, restoran mewah di pusat Gangnam terasa lebih tenang dari biasanya. Di lantai atas, sebuah ruangan privat telah dipesan atas nama seseorang yang tak ingin dikenali. Pelayan hanya mengantarkan hidangan pembuka sebelum meninggalkan ruangan, memastikan tak ada seorang pun yang mengganggu.

Cassi duduk di sudut ruangan dengan balutan gaun hitam sederhana. Rambutnya disanggul rapi, wajahnya tertutup setengah oleh topi hitam lebar dan kaca mata gelap. Dari luar, ia tampak seperti wanita asing yang datang untuk sebuah pertemuan bisnis rahasia.

Beberapa menit kemudian, pintu ruangan terbuka perlahan. Ji Hoon masuk dengan jaket kulit gelap dan topi yang menutupi sebagian wajahnya. Masker hitam masih terpasang rapat, menyembunyikan siapa dirinya. Sekilas, tak ada yang akan mengenali pria itu sebagai idol besar yang namanya memenuhi media.

Tanpa suara, Ji Hoon duduk di hadapan Cassi. Hanya ada meja makan panjang, sebotol anggur merah, dan piring-piring porselen yang masih kosong.

"Kau yakin tempat ini aman?" tanya Ji Hoon pelan, nyaris berbisik.

"Cukup aman untuk percakapan yang tidak boleh didengar siapapun," balas Cassi tenang. "Aku pastikan tidak ada kamera. Bahkan pelayan pun takkan masuk kecuali kupanggil."

Ji Hoon mengangguk kecil. Tatapannya tajam mengamati wajah Cassi sejenak sebelum akhirnya bersandar di kursi. "Ada apa kau mengajakku kemari?"

Cassi menunduk, kedua tangannya mengepal di pangkuan. "Aku tidak mau bicara ini lewat telepon, Ji Hoon. Terlalu banyak mata dan telinga yang mengintai kita sekarang."

"Aku tahu… Aku merasakannya," gumam Ji Hoon, suaranya berat. "Kau juga merasakan ada yang bergerak di balik semua ini, kan?"

Cassi menatap Ji Hoon lurus. "Ini bukan cuma tentang masa lalu. Bukan cuma tentang Tae Ri. Ada yang sengaja mengarahkan sorotan padamu… pada kita. Dan aku takut… ini baru permulaan."

Ji Hoon terkekeh hambar. "Kau pikir aku tidak sadar? Kenapa menurutmu aku mau datang ke sini diam-diam? Aku tahu seseorang sedang memainkan kita."

Hening sejenak, hanya terdengar suara angin dari ventilasi di atas kepala mereka.

"Lalu apa yang kau inginkan dariku, Cassi?" tanya Ji Hoon akhirnya.

"Satu hal… percayalah padaku. Jangan lakukan apapun sendirian. Kita hadapi ini sama-sama, Ji Hoon."

Ji Hoon memejamkan mata, menarik napas panjang. Lalu, perlahan ia buka maskernya, memperlihatkan wajah letihnya. Matanya menatap Cassi dalam—lelah, tapi penuh keyakinan.

"Jika kita melangkah bersama, maka jangan pernah tinggalkan aku di tengah jalan."

Cassi tersenyum tipis, meski matanya memerah menahan semua yang tak terucap. "Aku di sini, Ji Hoon. Dan aku akan tetap di sini… sampai semuanya berakhir."

Malam itu, dua insan yang terbiasa dikejar kamera dan sorotan dunia akhirnya duduk berdua dalam diam di ruang tertutup. Tidak sebagai idol, tidak sebagai pewaris perusahaan besar… tapi hanya dua orang yang saling menjaga rahasia dan luka mereka sendiri.

Selesai makan, Cassi melepas topi lebar dan kacamata gelapnya. Wajahnya yang cantik kini terlihat jelas, hanya tersisa sanggul rapi di balik leher jenjangnya. Ji Hoon menatapnya lama, seolah mengukir setiap detail Cassi di ingatannya.

"Kau terlihat… cantik dengan sanggulan itu," bisik Ji Hoon pelan, suaranya nyaris seperti desir angin.

Cassi tersenyum tipis, "Saat masih jadi ballerina, penampilan ku sering seperti ini, bagaimana? Cantik bukan."

Ji Hoon menatapnya dalam diam. Ada sesuatu di matanya—kerinduan, penyesalan, dan perasaan yang sulit dijelaskan. Perlahan, ia bangkit dari kursinya, berjalan mendekati Cassi tanpa suara. Tangannya terulur, menyentuh pelan tengkuk Cassi yang dihiasi sanggul rapi itu.

"Boleh… aku lepaskan?" tanyanya lembut.

Cassi menahan napas, lalu mengangguk pelan tanpa kata. Ji Hoon tersenyum tipis, lalu dengan sangat hati-hati, jemarinya mulai melepas lilitan rambut Cassi. Gerakan Ji Hoon begitu lembut, seolah takut merusak helai rambut itu. Satu per satu, tusuk konde kecil terlepas dari sanggulnya.

Dan dalam sekejap… rambut panjang Cassi terurai jatuh, membingkai wajah dan pundaknya dengan sempurna. Ji Hoon terdiam menatap pemandangan itu, matanya seakan berbicara lebih banyak daripada mulutnya.

"Indah…" bisiknya pelan.

Cassi terdiam. Hatinya berdebar keras mendengar suara Ji Hoon yang begitu dekat di telinganya. Tapi justru di momen seindah itu, mereka lupa satu hal—mereka tidak benar-benar sendiri.

Dari balik ventilasi kecil yang tersambung ke lantai atas restoran, seseorang diam-diam memotret mereka. Jepretan itu menangkap momen paling intim—saat Ji Hoon berdiri begitu dekat, kedua tangannya masih menyentuh rambut Cassi yang terurai, sementara sorot mata pria itu seolah berkata dia tak peduli lagi pada dunia luar.

Klik… Klik…

Dan dalam hitungan detik… foto-foto itu terkirim ke media.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!