Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat
Alarm ponsel Hara berbunyi, terlihat mode pengulangan yang sama setiap hari di layarnya.
Hara bangun, setelah sebelumnya mematikan alarm di ponselnya, dan kemudian menjalankan serangkaian morning routines-nya sebelum berangkat berkerja.
Kehidupannya teratur sempurna, stretching di pagi hari, masak untuk sarapan dan bekal, mencuci piring, merapikan tempat tidur, skincare dan make up, hanyalah sebagian dari dari kegiatan yang harus selalu dilakukannya, sama dan berulang.
Hara tak pernah melewatkan satupun kegiatan rutinnya di pagi hari, bahkan hal remeh seperti mengisi air untuk di letakkan di kulkas mini miliknya. Semua itu dia rencanakan dan di susun demi keteraturan hidupnya, demi menjadi dirinya yang lebih produktif dan versi yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Malas? Nanti ada waktunya. Waktu untuk bermalas-malasan.
Setelah memastikan semua kegiatannya di pagi hari berjalan lancar dengan hasil sempurna, Hara pun bersiap berangkat kerja. Perjalanan ke tempat kerjanya tidak membutuhkan waktu lama, hanya saja demi menghindari macet, Hara selalu berangkat 30 menit lebih awal.
"Neng Hara nih selalu akas bener deh" Sapa Pak Mul selaku bapak kost yang tinggal di bawah kamar kost-nya, saat Hara menuju tempat parkir.
Beliau sepertinya juga punya morning routines, minum kopi dan makan gorengan sembari menunggu Hara berangkat kerja untuk menyapanya.
"Iya Pak Mul, biar tidak macet di jalan" Balas Hara sopan. Dia melirik jam tangannya, meluangkan waktu 5 menit setiap pagi untuk bertegur sapa dengan Pak Mul juga termasuk salah satu kegiatan rutinnya di pagi hari.
"Dari sekian banyak anak kost di daerah sini, bapak rasa cuma neng Hara yang paling akas. Anak-anak yang lain mah boro-boro berangkat pagi, pulang aja hampir subuh" Oceh Pak Mul, Hara sepertinya sudah sangat hapal dengan ocehan Pak Mul yang selalu template setiap paginya. Mungkin kata-katanya juga termasuk dalam morning routines-nya.
"Iya pak namanya juga kota besar, gak ada tidurnya" Jawaban Hara juga hampir sama setiap harinya. Maka dari itu dia bisa memprediksi berapa menit waktu yang di butuhkan untuk sekedar basa-basi di pagi hari dengan bapak kost.
"Iya juga sih neng Hara" Balas Pak Mul mannggut-manggut. Nah, sampailah Hara pada penghujung basa-basi pagi, biasanya setelah ini Hara akan pamit berangkat kerja dan Pak Mul tetap dengan kegiatan ngopinya.
"Eh iya neng Hara" Panggil Pak Mul saat Hara sudah bersiap mengenakan helmnya. Hara berhenti dan menoleh ke arah Pak Mul kembali.
"Iya pak ada apa?" Tanya Hara sopan.
"Begini neng..." Pak Mul berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Hara.
"Saya lihat-lihat nih ya, dari semua anak-anak cewek di lingkungan ini, neng Hara tuh paling apa ya..." Pak Mul memulai basa-basi lanjutannya yang tidak ada dalam kegiatan rutinnya.
Hara melirik jam tangannya, lebih dari 5 menit. Dia berpikir cepat, otaknya langsung mengkalkulasi berapa kecepatan yang harus di pacu motornya nanti agar bisa sampai di tempat kerja dengan pas kalau harus meluangkan waktu 5 menit lebih banyak untuk meladeni obrolan pak Mul kali ini.
"Kenapa pak?" Tanya Hara demi mempersingkat basa-basi di luar kebiasaan ini.
Apa ini? Mau naikin sewa kost ya? Atau pinjem uang?
Batin Hara menerka-nerka arah pembicaraan pagi ini.
"Saya lihat-lihat neng Hara sepertinya belum punya pacar kan, mau nggak neng bapak kenalin sama keponakan bapak? Anaknya cakep, baek, gak malu-maluin lah neng kalau di bawa ke kondangan. Bukannya apa-apa sih neng, tapi dari yang bapak amati nih ya, sulit cari cewek akas modelan neng Hara jaman sekarang, jadi biar sama-sama enak gitu, keponakan saya dapet cewek baek-baek kayak neng Hara, nah neng Hara juga dapet cowok baek-baek kayak keponakan saya. Saya jamin deh neng anaknya cakep, dari keluarga baek-baek juga, lah wong saya pamannya, kan saya baek ya? Gimana neng? Mau nggak? Kalau mau nanti malam dia mau dateng kesini" Cerocos Pak Mul tanpa henti.
Hara melongo mendengar rincian rencana pak Mul. Tidak menyangka ternyata arah pembicaraannya adalah masalah cinta.
Pak, saya mau nangisin kisah cinta saya yang baru putus aja belum punya waktu, ini lagi malah mau nyari pacar baru.
"Waduh gimana ya pak... Saya belum kepikiran sampe sana sih pak" Jawab Hara menolak secara halus.
"Terus neng kepikirannya sampe mana? Nggak apa-apa biar bapak temenin?" Tanya Pak Mul masih berusaha.
Hara semakin melongo mendengar jawaban Pak Mul, punya counter juga si bapak.
"Iya deh pak, nanti saya pikir-pikir lagi, saya berangkat kerja dulu ya pak, takut kejebak macet" Pungkas Hara, tak bisa memikirkan jawaban basa-basi penolakan apa lagi yang harus dia keluarkan, mengingat sudah lebih dari 10 menit dia meladeni pak Mul.
"Iya neng, bagus deh kalau begitu, ya udah sok gih berangkat. Hati-hati di jalan neng" Jawab Pak Mul sumringah. Hara yang heran kenapa Pak Mul malah terlihat senang itupun mau tidak mau mengabaikannya. Bukan waktunya memikirkan alasan Pak Mul bahagia mendengar penolakannya.
"Mari pak duluan" Pamit Hara sembari memacu motornya keluar dari kost-nya.
"Udah cantik, pinter, baek, sopan lagi, bener-bener mantu idaman banget dah neng Hara ini" Puji Pak Mul sembari mengawasi punggung Hara yang semakin menjauh.
Sesuai perhitungan Hara, meskipun waktunya terbuang 10 menit lebih banyak dari biasanya dikarenakan obrolan di luar prediksi BMKG dari Pak Mul, tetapi Hara berhasil sampai di tempat kerjanya tepat waktu seperti hari-hari sebelumnya.
Saat Hara memasuki ruang kerjanya, dia melihat Sinta sudah lebih dulu duduk di mejanya sedang meminum morning coffe-nya seperti biasa.
"Gila!" Seru Sinta saat Hara telah sampai di mejanya, dia melirik ke arah Sinta. Penasaran dengan apa yang membuatnya sudah mengumpat di pagi hari.
"Lu mau lihat nggak?" Tanya Sinta menyodorkan ponselnya ke arah Hara. Hara hanya bisa mengerutkan alis bingung sembari melihat ada apa di ponsel Sinta.
"Sinetron pagi?" Komentar Hara begitu melihat cuplikan adegan di video yang di tunjukkan Sinta.
"Ngaco lu, yang lagi viral tau" Decak Sinta malas, setidak nyambungnya mereka, masa iya Hara tidak bisa membedakan itu adalah sinetron atau video amatiran.
"Viral?" Hara mengerutkan keningnya. "Adegan sinetron begitu bisa viral?" Tanyanya bingung dimana letak viralnya.
"Ah elu mah kebanyakan bergaul sama angka" Sinta menarik kembali ponselnya dan mengutak atiknya. "Noh lihat lagi yang bener" Kembali dia menyodorkan ponselnya dengan resolusi yang telah di perbesar. "Masa iya video burem begini lu bilang syutingan sinetron. Katanya ini kejadian kemarin di food court, pasangan yang lagi berantem" Jelas Sinta yang di tanggapi dengan anggukan dari Hara.
"Ooh... Terus viral kenapa?" Tanya Hara bingung, lumrah dia saksikan pasangan yang berantem di tempat umum di kota besar sekarang-sekarang ini.
"Menurut yang ngerekam sih katanya si cewek marah karena selama ini ternyata mereka gak pacaran, padahal mereka udah sering ngedate, saling panggil sayang, tapi ternyata cuma friendzone aja" Jelas Sinta kembali sembari menatap layar ponselnya, menscroll komentar-komentar di video yang dia lihat.
"Wah ada ya yang begitu" Jawab Hara asal, tidak mengerti bagaimana konsep friendzone bisa berjalan.
"Nih nih lihat komentarnya" Kembali Sinta menunjukkan layar ponselnya yang berisi sederet tulisan-tulisan para netizen pengguna sosial media. "Para cewek jelas ngedukung si cewek, tapi para cowok jelas-jelas ngebela si cowok. Kalau lo gimana Ra? Menurut lo gimana dengan friendzone?" Tanya Sinta serius.
"Hmm..." Hara memutar matanya ke atas, mencoba mencari dalam logikanya bagaimana situasi friendzone itu. "Gue belum pernah sih dalam posisi friendzone, lagian memang bisa ya cewek sama cowok temenan model begitu?" Hara mengungkapkan pendapatnya.
"Au dah, jaman sekarang aneh-aneh memang, friend with benefit lah, friendzone lah, apalah, banyak banget hubungan model sekarang. Tapi kalau gue sih ogah, ya kali udah begini begitu ujung-ujungnya cuma temen. Mending jomblo kayak gue, ya nggak?" Timpal Sinta.
"Iya juga sih" Jawab Hara manggut-manggut menyetujui logika Sinta dan memilih untuk tidak memperpanjang pembahasan tentang friendzone ini.
...----------------...
"Hahaha...." Suara tawa terpingkal-pingkal menggema di ruang sempit berukuran 3x2 meter. Di ruangan sempit yang hanya berisikan satu bangku panjang dan satu meja panjang itulah Rio, yang saat ini sedang memegangi perutnya yang terasa kaku, sedang melihat video viral teman sejawatnya itu.
Sedangkan pemeran utama dalam video itu cuma bisa mengusak kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Sesekali dia menjambak rambut cepaknya itu.
"Ekspresi wajah lo kurang menjiwai nih Kam" Ledek Rio dan kembali terpingkal-pingkal.
"Sialan lo" Umpatnya kesal, tak menyangka masalah sepelenya akan melebar begini.
"Kalau sampai ini masalah jadi besar ke kesatuan, mampus deh gue" Rutuknya sumpek. Bagaimanapun dia adalah abdi negara, dan dia membawa nama baik instansi yang di anggap penting. Masalah ini bisa saja mencoreng nama baik instansinya.
"Lagian sih lo, udah tau si Kaira tuh modelannya begitu, masih juga lo putusin di tempat umum, cari tempat yang lebih privasi kek, kayak apartemen lo gitu" Jawab Rio sekenanya, tampak tidak peduli dengan penderitaan temannya itu.
"Ya mana gue tau kalau bakal jadi begini, gue kira dia cuma ngajak nonton, terus ngajak makan kayak biasanya, gue juga gak ada niatan buat bahas masalah itu di tempat ramai begitu, ujuk-ujuk aja pembahasannya kesana" Jawab Kama masih dengan gusarnya. "Rencananya kemarin gue mau bilang ke dia pas gue nganter dia pulang, ah elah tau begini gue tinggalin dulu-dulu aja tuh cewek, bangsat bener dah" Umpatnya kembali.
"Memang dia bahas apaan kemarin?" Tanya Rio ingin tahu cerita selengkapnya.
"Ya gitu deh, minta gue dateng ke acara keluarga besarnya, katanya sepupu apa siapanya gitu kawin, gue mau di kenalin ke orang tuanya" Jawab Kama masih dengan kesalnya.
"Terus lo jawab apa?" Kejar Rio. Dia sudah sering melihat Kama yang meninggalkan para cewek friendzone-nya, tapi selalu dengan alasan yang berbeda-beda.
"Ya gue cuma jawab, kan kita gak pacaran. Eh dia ngamuk" Jelas Kama dengan raut wajah tanpa perasaan bersalah.
"Wah gila sih loh, tapi ya gimana namanya juga cewek. Terus sekarang gimana ini masalahnya?" Tanya Rio.
"Tau deh, semoga aja gak ada masalah ke depannya" Pungkas Kama pasrah.
"Udeh terima nasib aja, lagian kalau lo di pecat udah paling bener itu, ngurangi satu lagi beban pemerintah buat bayar gaji lo" Jawab Rio asal dan kembali tertawa terbahak-bahak.
"Tuh mulut bisa diem gak? Pengen gue kuncir aja. Lemes banget dari tadi" Gerutu Kama semakin kesal.
"Iye iye maaf, gue doain deh baik-baik buat lu, gue juga yang rugi kalau sampai lu di pecat, ntar yang traktirin gue makan siapa coba?" Jawab Rio, mencoba mengalihkan topik pembicaraan ini agar Kama sedikit santai.
"Makan mulu lu pikirin" Balas Kama jutek.
Bukan tanpa alasan ketakutan Kama akan menghadapi komite pendisiplinan dari instansinya, pasalnya usahanya untuk mendapatkan seragam kebanggaannya itu juga tak main-main. Dan dia punya alasan besar kenapa harus bergabung di kepolisian. Alasan yang tidak pernah dia sampaikan kepada siapapun bahkan kepada orang tuanya.
Kama memandang layar ponselnya, nama Hara terpampang disana, hatinya bingung, nekat menghubungi Hara dan mengabaikan seluruh masalahnya saat ini atau menunggu semuanya sedikit mereda?
Perang batin antara anak baik dan anak jahat pun terjadi, hawa nafsunya menggebu-gebu untuk segera menghubungi Hara, memuaskan rasa ingin tahu yang menyiksanya saat ini. Kama bukan tipe orang yang sabar dalam urusan bersenang-senang, baginya semakin cepat memuaskan hasratnya semakin cepat selesai juga rasa penasarannya.
Tapi dia tidak bisa begitu saja mengabaikan masalah yang ada, jika nanti rencana senang-senangnya malah menimbulkan masalah yang lebih besar, apa yang akan dia lakukan? Bisa kah dia menerima konsekuensinya? Apakah harga dari bersenang-senangnya ini sepadan dengan pengorbanannya demi seragam kebanggaannya?
Kama lagi-lagi mengusak kepalanya gusar, mengumpati dalam hati kekalutannya saat ini.
"Apes bener dah gue" Rutuknya kemudian.
"Kena batunya kali lo" Saut Rio menimpali.
"Apa mundur aja ya, baru niat kenalan doang segini banget nasib apes gue" Balasnya mengabaikan sumpahan dari sang rekan.
"Dih sejak kapan lo punya pikiran mundur teratur, lo tuh kan tipe yang apa aja hajar, ibarat mesin nih, lo tuh buldoser, maju terus gak bisa belok" Celetuk Rio asal.
"Tapi ya terserah lo juga sih, kalau kata gue mah kayaknya ini saatnya lo tobat deh, feeling gue gak enak soalnya" Lanjutnya menasehati.
"Ini bocah labil banget sih" Ujar Kama sembari mendorong pundak Rio kesal.
"Tadi nyemangatin, bentaran dikit ngendorin, bener-bener gak guna banget sih jadi temen" Lanjutnya kesal.
"Ya kan gue cuma memang tim hora hore aja di cerita lo, lo seneng gue ketiban seneng juga, lo susah gue tinggal ngetawain" Ledek Rio kembali dan tertawa terbahak-bahak kemudian.
" Bangsat bener dah" Rutuk Kama menyudahi pembicaraan mereka.
"Ah peduli setan dah!" Putusnya kemudian.
Kama pun segera mengetik pesan di ponselnya, memutuskan untuk menghubungi Hara. Dia memutuskan rasa penasaran akan selalu menang. Bodo amat dengan hal-hal yang akan terjadi belakangan. Karena prinsip hidupnya You Only Live Once.
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
aku bakalan nungguin kamu yang bucin duluan sama Hara😁😁😁
tiba-tiba banget Pak Polici kirim buket bunga pagi' 😁😁😁😁😁
tapi kenapa tiba-tiba Hara telp ya????