Akibat mengintai sang ayah yang dicurigai selingkuh, Freya justru berakhir di kamar hotel bersama seorang Pria. Namun, siapa sangka jika semua ini hanya jebakan agar Freya menerima perjodohan bisnis dari keluarganya. Lantas, bagaimanakah Freya menjalani pernikahannya, sedangkan Freya sedang memperjuangkan teman satu kampusnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Handuk Putih
"Kamu tidak masalah 'kan jika aku tinggal ke kantor sebentar? Aku harus hadir dalam rapat tahunan menggantikan mama," ucap Alexander sambil mengetuk pintu kamar mandi, di mana Freya sedang membersihkan diri di sana.
Sudah empat hari ini, sepasang suami istri itu tinggal di rumah ini. Freya mulai bisa melakukan beberapa pekerjaan rumah dengan benar. Hanya saja hingga saat ini gadis cantik itu belum bisa memasak. Alhasil, Alexander memutuskan untuk membeli makanan setiap harinya daripada mengidap hipertensi di usia muda.
"Al, kamu di mana?" teriak Freya saat membuka pintu kamar mandi. Dia hanya mengeluarkan kepala. "Sepertinya Alex tidak ada di dalam. Aku harus buru-buru ke kamar," gumam Freya saat tidak mendengar suara suaminya. Freya lupa membawa pakaian ganti sebelum mandi tadi.
Freya buru-buru masuk ke dalam kamar sebelum tertangkap basah suaminya. Tubuhnya hanya terlilit handuk putih dan tentunya bisa menggoda hasrat Alexander. Helaan napas lega berhembus dari bibir gadis cantik itu setelah berhasil masuk ke dalam kamar.
"Ya ampun, pakai baju yang mana ini? Mana cuciannya belum kering lagi," gumam Freya sambil mengamati pakaian yang tersisa di dalam almari. Pasalnya sebagian isi almari tersebut baru dicuci tadi pagi.
"Fre—" Alexander tidak melanjutkannya ucapannya tatkala membuka pintu kamar. Dia terpaku pada sosok yang ada di depan almari.
"Hei! Jangan masuk dulu! Ketuk pintu dulu kan bisa sih!" teriak Freya setelah bersembunyi di balik pintu almari.
"Maaf, aku tidak tahu," ucap Alexander sebelum keluar dari kamar. Dia menutup kembali pintu kamarnya dengan helaan napas yang berat.
Mata Alexander merekam dengan jelas pemandangan indah yang baru saja dia lihat. Sebagian tubuh Freya yang basah berhasil mengusik pikiran. Rasa penasaran akan harta karun yang ada di balik handuk putih itu semakin menguasai. Alexander mulai tidak nyaman karena nalurinya kembali hadir.
"Ck. Ada-ada saja," gumam Alexander.
Tak lama setelah itu, Freya keluar dengan pakaian yang rapi. Siang ini Freya memakai hotpants jeans yang dipadukan dengan kaos oversize tanpa lengan berwarna putih. Rambutnya pun dikunci rapi hingga memperlihatkan tengkuknya yang mulus.
"Kenapa masih berdiri di situ?" tanya Freya setelah kembali dari dapur. Dia membawa dua piring ke ruang keluarga dan masih melihat Alexander berdiri di depan kamar.
"Aku menunggu makanan yang akan kamu siapkan," kilah Alexander seraya melangkahkan kaki ke ruang keluarga.
Alexander mengamati Freya yang sedang sibuk menyiapkan makanan yang baru diantar oleh ojek online. Alexander baru menyadari jika Freya memiliki kulit yang mulus dan mempesona. Sekali lagi bayangan Freya yang hanya memakai handuk hadir dalam kepala.
"Malah bengong. Gak mau makan nih?" tanya Freya seraya menatap Alexander.
"Kamu terlalu lama menyiapkannya!" kilah Alexander. "Oh iya, Fee. Setelah ini aku harus ke perusahaannya mama. Aku harus ikut rapat untuk mewakili mama. Kamu tidak masalah 'kan aku tinggal sebentar?" tanya Alexander lagi.
"Jangan kemana-mana! Aku takut di sini sendirian," cegah Freya.
"Hanya sebentar, Fee." Alexander meyakinkan Freya.
"Kalau begitu aku ikut saja," pinta Freya sambil menatap Alexander.
"Masa iya jadi istrinya orang sederhana ikut kerja? Setahuku, para istri ya hanya di rumah, menunggu suaminya pulang kerja. Bukan ikut bekerja," gumam Alexander setelah mengunyah makanannya.
"Ya Sudah pergi sana!" ujar Freya sinis.
Alexander hanya mengulum senyum mendengar tanggapan sinis dari istrinya. Paras cantik itu seketika berubah menjadi murung. "Lucu sekali dia," batinnya saat mengamati bibir manyun Freya.
Tepat pukul satu siang, Alexander dijemput sopir pribadinya. Setelah mengantar keberangkatan Alexander di teras rumah, Freya segera masuk dan menutup pintunya kembali. Gadis cantik itu merebahkan diri di atas tempat tidur.
"Ya ampun, sepi sekali di sini," gumam Freya sambil menatap plafon kamar. "Aku rindu suasana di kampus. Sampai kapan si Alex jelek itu tinggal di sini?" Freya menghembuskan napas berat.
"Jadi rasanya seperti ini menjadi wanita sederhana? Seandainya aku menikah dengan Rama apa seperti ini juga rasanya? Harus masak, bersih-bersih, nyuci baju dan mengurus anak tanpa bantuan ART dan baby sitter begitu? Ya Tuhan ... semua ini sangat melelahkan."
"Aku rindu rumahku. Aku rindu salon, spa dan semua duniaku. Kamar yang nyaman dan segalanya yang nyaman."
Sepertinya putri bungsu Yamato itu sudah tidak tahan lagi tinggal di sini. Akan tetapi dia gengsi mengakui di depan Alexander. Tentu akan sangat malu jika menyerah begitu saja. Freya pasti akan diejek Alexander habis-habisan.
"Ah, tidak! Aku tidak boleh menyerah. Aku harus menang dari Alex. Aku pasti kuat! Pasti," ucap Freya dengan penuh keyakinan. "Sebaiknya sekarang aku tidur saja dari pada bosan dalam kesendirian." Freya mulai menata bantal dan guling pada posisi yang nyaman.
...🌹TBC🌹...
Takut Freya terus barengan sama Rama dan g bisa mengawasi jarak dekat
Pasti berkesan dan g bisa di lupakan
Freya tetap jaga hati ya,,si Alex masih punya kekasih lain
tumben