NovelToon NovelToon
Beetwen Love And Religion

Beetwen Love And Religion

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: hellokyul

Mencintai memang tak selamanya akan berjalan dengan mulus, begitu pula dengan kisah Kannita Gabriella, yang secara tak sengaja menyukai sesosok pemuda yang terlihat menyukai teman dekatnya, namun ternyata justru diam-diam menyukai dirinya. Dan ada juga sahabatnya yang ternyata juga menyukainya sejak lama. Dibalik kisah tersebut, ia diambang dilema memilih untuk yang seiman atau tidak seiman. Bagaimanakah Kannita dalam menghadapi perasaan semunya itu? Kepada siapakah hatinya akan berlabuh?

Penasaran dengan kisahnya? Yuk kepoin ya 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hellokyul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 30

Di atas motor, suasana menjadi lebih tenang, meskipun kekhawatiran masih menghantui pikiran Kannita. Wulan mencoba mengalihkan pembicaraan dengan bertanya tentang hal-hal yang lebih ringan, seperti rencana mereka untuk akhir pekan ini.

"Apa mau langsung pulang Nit? Gak mampir dulu kemana gitu?" usul Wulan dengan senyum dari kaca spionnya.

Kannita menanggapi dengan senyuman kecil. "Um... enggak dulu deh, Lan. Gue lagi capek hari ini, lagian gue ada tugas jadi kayaknya gue mau cepat-cepat pulang buat ngerjain tugas deh."

Mereka berdua terus berbicara, mencoba mengalihkan pikiran dari drama yang baru saja mereka tinggalkan. Meskipun demikian, Kannita masih merasa cemas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya dengan Asher dan Fais.

Ketika mereka tiba di rumah Kannita, Wulan memberikan pelukan singkat kepada Kannita. "Gue pamit ya, Nit! Sampai jumpa buat besok," ucap Wulan sebelum meninggalkan halaman rumah Kannita.

Kannita berdiri diam di halaman rumah. Netranya mengikuti gerak-gerik Wulan. Ntah mengapa, saat bersama dengan Wulan. Ia merasa tidak nyaman. Setelah melihat Wulan benar-benar sudah tidak ada. Kannita menutup pintu gerbang rumahnya.

Setelah itu, Ia masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan, ia sungguh merasa khawatir dengan Asher. Ia takut Asher bertengkar dengan Fais atau bahkan paling parah sampai terluka. Ia dengan cepat menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran negatifnya. Ia akhirnya sampai di kamarnya. Ia dengan segera merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Tanpa sadar ia jatuh tertidur.

Sementara disisi lain, setelah Wulan dan Kannita meninggalkan kafe, Asher dan Fais masih duduk di tempat yang sama. Suasana tegang dan ketegangan yang terasa begitu nyata di antara mereka. Mereka masih melayangkan tatapan tajam dan sinis.

Dengan suara dingin yang menusuk, Asher memutuskan untuk mengucapkan apa yang ada di dalam pikirannya, "jauhi Kannita!" ucapnya dengan sorot mata mengancam.

Namun tak membuat sosok Fais gentar. Ia malah menyunggingkan senyum sinisnya. Fais tidak berniat untuk mundur, Ia tertawa beberapa saat. Lalu, menatap Asher dengan tajam, menunjukkan bahwa dia tidak akan mengalah begitu saja. "Apa yang membuat seorang Asher berhak mengatur hidup orang lain?" balas Fais dengan nada yang tak kalah tajam.

Percakapan mereka yang diisi dengan ketegangan segera berubah menjadi pertengkaran yang memanas. Kata-kata keras dilontarkan satu sama lain, dan kebencian yang telah lama terpendam mulai muncul ke permukaan.

"Lo enggak pantes sama Kannita, dia itu punya gue!" ucap Asher dengan suara yang tegas yang ditekan. Ia mengepalkan tangannya, sampai kuku-kuku tangannya memutih, dan mengetatkan rahangnya.

"Faktanya, dia bukan punya lo," balas Fais dengan suara yang tidak kalah tegas. "Dia bahkan bilang sama gue, dia kecewa sama lo! Bahkan kalian aja belum pacaran kan?" tanya Fais dengan senyum menyerigai.

Ucapan Fais itu, bagaikan pematik api bagi Asher. Dengan gerakan cepat Ia berdiri dan memukul Fais. Pertengkaran mereka mencapai titik puncaknya, dan tanpa sadar, mereka mulai saling dorong dan berkelahi di dalam kafe. Pengunjung lain yang sedang menikmati minuman mereka terkejut melihat pertengkaran ini, beberapa bahkan berusaha memisahkan mereka. Pukulan dan tendangan terus dilancarkan, tanpa ada tanda-tanda bahwa mereka akan berhenti.

Sampai akhirnya sang manager cafe menghampiri mereka dan meminta mereka untuk berhenti. Manager cafe juga meminta Fais dan Asher mengganti rugi atas kerusakan property yang terjadi akibat perkelahian mereka.

"Hei kalian, berhenti sekarang juga!" perintah sang manajer dengan suara yang tegas, mencoba untuk menenangkan keadaan.

Asher dan Fais akhirnya terpaksa menghentikan pertarungan mereka, meskipun keduanya masih memancarkan aura ketegangan yang kuat. Mereka mendengarkan dengan tidak sabar ketika sang manajer cafe menyampaikan permintaannya.

"Kalian berdua harus mengganti rugi atas kerusakan property yang terjadi akibat perkelahian kalian," tegas sang manajer, tanpa memberi ruang untuk perdebatan.

Asher menatap Fais dengan pandangan yang penuh kebencian, tetapi juga dipenuhi dengan rasa penyesalan. "Awas aja lo, Fais. Di lain waktu gue bakal kasih lebih dari ini asal lo tau!" ujar Asher yang masih emosi.

Fais mengelap sudut bibirnya, Ia tertawa dan melengkungkan senyumnya, menunjukkan bahwa dia tidak terpengaruh oleh ancaman Asher. "Gue tunggu. Berapa lama kira-kira lo butuh waktu buat kayak gini sama gue?" balas Fais sembari menaikkan salah satu alisnya.

Asher menggeram marah. Ia bahkan sebisa mungkin menahan gejolak emosinya. Asher merasa semakin marah oleh sikap Fais, tetapi dia tahu bahwa pertengkaran ini tidak akan menghasilkan apa pun yang baik. Dengan langkah tergesa-gesa, dia keluar dari kafe, tanpa menoleh ke belakang. Ia menuju apartemen Leo, karena tidak mungkin baginya untuk pulang ke rumah.

Sementara itu, Fais tetap duduk di tempatnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri setelah pertengkarannya dengan Asher. Setelah beberapa saat berlalu, Fais akhirnya bangkit dari tempat duduknya. Dengan langkah mantap, dia meninggalkan kafe, meninggalkan belakangnya kejadian yang baru saja terjadi.

Sesampainya di depan pintu apartemen Leo, Asher memecet bel beberapa kali dengan kesal, menandakan kegelisahannya yang mendesak untuk bertemu dengan temannya. Pikirannya masih dipenuhi dengan kebencian dan kemarahan setelah pertengkaran dengan Fais di kafe. Ketika tidak ada respon, dia menendang pintu apartemen Leo dengan kasar, mencoba untuk menarik perhatian temannya.

Di dalam apartemen, Leo terkejut mendengar derap kaki keras dan suara keras yang datang dari pintu depan. Dengan cepat, dia berlari menuju pintu dan membukanya dengan cepat. Wajahnya terpancar kebingungan dan kekhawatiran saat melihat Asher yang terlihat sangat emosional. Bahkan ada beberapa lebam di tubuhnya.

"Lo kenapa, Woy?" tanya Leo dengan suara cemas, mencoba menenangkan temannya yang terlihat sangat marah. Ia membukakan pintu dan tanpa disuruh Asher langsung masuk ke dalam membuat Leo menggeleng tak pikir dengan tindakan temannya. Sambil

Asher menatap Leo dengan mata yang memancarkan kemarahan, napasnya terengah-engah karena kegembiraan dan ketegangan yang ia rasakan. "Dia ... Fais ... dia ...," ucapnya dengan susah payah, kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

Leo mencoba membantu Asher meredakan emosinya. "Coba lo tenang aja dulu. Baru lo cerita."

Asher mencoba menenangkan dirinya sendiri, mengumpulkan pikirannya dalam usaha untuk menjelaskan situasi kepada Leo. "Kami bertengkar ... di kafe. Dia ... dia udah buat gue emosi!" ujarnya dengan suara menahan emosi. Ia berjalan ke ruang tamu yang langsung diikuti oleh Leo dengan sigap.

Mereka berdua duduk di sofa ruang tamu, dan Leo memberikan Asher waktu untuk meredakan emosinya. Setelah beberapa saat, Asher mulai merasa lebih tenang. Asher menyenderkan tubuhnya. Mengguyarkan rambutnya ke belakang dengan rasa frustasi.

"Sorry, Yo. Gue lagi emosi banget," ucap Asher dengan suara yang lebih tenang.

Leo mendengkus, "Gue tau. Kalo udah sama tu orang gak jauh-jauh dari si 'Dia' benerkan?"

"Gue cuma emosi sama dia yang terus mancing emosi gue. Dia berusaha buat deketin 'Dia' lagi padahal gue udah berusaha ngejauhin mereka," keluh Asher, masih terlihat terganggu oleh kejadian di kafe.

1
Lah_
Ini bukan cerita lagi, tapi candu, tolong jangan terlambat update thor.
Julaikah: Serius kak? Yaampun aku terharu 🥺🙏
total 1 replies
Kiyo Takamine and Zatch Bell
Gagal fokus kerja karena kepikiran endingnya yang bikin penasaran.
Julaikah: serius kak? padahal ini baru awal loh astaga jd terharu aksksksk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!