Bianca seorang gadis yang bekerja sebagai kasir di sebuah supermarket di jodohkan oleh seorang wanita paruh baya yang baik hati yang dia tolong saat ia selesai bekerja.
entah hanya bercanda atau beneran serius yang di katakan Ibu itu tapi entah lah membuat Bianca membayangkan akan menjadi bagian dari keluarga di rumah besar itu. "Ah Halu lo Bi, mikir apa sih haha emang lu siapa berharap yang gak mungkin, menghayal aja kerjaan otak lu ini" Gumam Bianca dalam hati sambil menggelengkan kepala nya
namun omongan itu selalu terngiang2 di kepala nya membuat nya berandai andai jika suatu saat ia bisa menikah dengan pria kaya
ah entah lah pacar saja tidak punya apalagi mikir di nikahin pria kaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amih Er, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LDR?
"Sus, berapa pasien lagi?" Tanya Agam pada asisten nya
"Satu lagi terakhir Dok" Suster yang hendak ingin keluar memanggil nama pasien malah melongo saat membaca nama pasien selanjut nya.
Walau ragu ia memberanikan diri mengatakan apa yang ada di kepala nya saat ini
"Dok... Pasien selanjut nya Maura Dirgantara" Ucap suster membuat Agam yang tadi nya sedang menyelesaikan laporan medis pasien sebelum nya mengangkat kepala nya untuk mendengar ulang nama yang barusan ia dengar
"Siapa?" Agam menyampingkan telinga nya agar bisa mendengar dengan baik nama yang akan di sebut ulang oleh asisten nya
"Maura Dirgantara... Bukan nya ini Dokter Maura, ya dok? " Tanya suster dengan kekepoan nya karna bingung kenapa Dokter maura datang untuk konsultasi pada dokter Bedah yaitu dokter Agam apalagi ia tahu bahwa Dokter Maura dan Dokter Agam adalah kekasih.
Ya para Staf rumah sakit hanya tau Dokter Agam dan Maura memiliki hubungan, dan Dokter Maura pindah ke paris untuk sementara, jadi seluruh Staf berasumsi bahwa kedua nya LDR
Agam menggaruk kepala nya walau tak gatal, lalu menarik nafas dan menghembuskan dengan pelan, sejujur nya ia merasa gugup mendengar nama itu kembali terlintas di telinga nya bertanya tanya, kenapa Maura ada di jakarta? Bukan kah seharusnya ia berada di paris ? Dan kenapa ia mendaftar sebagai pasien ?
"Sudah boleh di panggil dok? " Tanya suster membuyarkan lamunan Agam
"Hm" Agam hanya menganggukkan kepala nya
Suster pun membuka pintu ruangan berdiri di depan pintu dan memanggil nama pasien selanjut nya
Dan benar saja dugaan suster Anna, sosok yang berdiri dari kursi tunggu datang menghampiri nya adalah Dokter Maura, kekasih Agam yang belum ia ketahui bahwa hubungan kedua nya sudah lama kandas
"Silahkan masuk" Suster Anna bersikap profesional mempersilahkan Maura masuk lalu menutup pintu meletakan berkas Maura yang ia pegang dan menaruh nya di meja Agam untuk Agam isi hasil periksa nanti nya
"Silahkan duduk" Agam mengarahkan tangan nya ke arah kursi di depan meja praktek nya
Maura duduk sembari mata nya tak lepas memandang wajah Agam, wajah yang sangat ia rindukan
Walau komunikasi mereka juga terputus, namun selama ini Maura masih merindukan Agam. Ia masih berharap bisa kembali membangun hubungan nya dengan Agam, bahkan jika saat ini Agam meminta nya untuk menikah maka ia akan segera menerima nya.
Maura memang sudah 2 minggu kembali ke Jakarta. Proyek pembangunan rumah sakit milik keluarga nya yang ia kerjakan nyata nya mangkrak, karena keluarga Dirgantara telah di tipu habis habisan oleh kontraktor. Maka dari itu ia memutuskan untuk kembali meniti karir nya di jakarta, bukan hanya karir nya ia juga berharap bisa meniti kembali hubungan nya bersama Agam, hidup bahagia bersama pujaan hati nya.
"Ada keluhan apa?" Tanya Agam dengan senyuman terpaksa sembari menatap Maura
"Hai Agam... Apa kabar?" Sapa Maura dengan tatapan sendu penuh kerinduan
Melihat tatapan sendu di mata Maura Agam mengalihkan pandangan nya, ia membuka berkas Maura yang masih kosong kembali bertanya sebagai dokter
"Hm" Dehem Agam tak mau menjawab sapaan Maura tentang diri nya
"Ada apa Dokter Maura ? Ada keluhan?" Tanya nya kembali membuyarkan lamunan Maura
"Eh, sorry dok" Bianca menegakkan posisi duduk nya "Ada benjolan di payudara kiri saya"