Seorang pengasuh di tempat penitipan anak menarik perhatian si kembar akan kebaikan hatinya.
"Ayah, kami ingin ibu pengasuh itu menjadi ibu kami."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 'Salah Paham'
Luna pergi ke klinik hewan. Ia berencana untuk menjemput kembali kitten itu. Sebelumnya dia telah menghubungi Aldo untung mampir ke sana.
Ini jam 10 pagi. Hari ini adalah hari minggu. Makanya dia tidak berangkat kerja. Ia ke sana dengan naik motor miliknya.
Beberapa menit, akhirnya ia sampai ke klinik hewan. Ia masuk dan menjumpai resepsionis. Dan ia langsung menyuruh Luna untuk masuk kedalam ruangan Aldo. Karena kitten itu berada di ruangannya. Luna menghela napas lelah. Dia sebenarnya tak ingin terlalu lama berada disini. Padahal dia berharap bahwa Aldo tak ada disini. Salahnya juga karena menghubungi lelaki itu sebelumnya.
Luna mengetuk pintu itu, dan dipersilahkan masuk oleh orang yang ada didalam.
"Luna!" sapanya girang.
Luna hanya nyengir tipis membalas sapaan yang kelewat girang itu.
"Dimana kitten nya?" Luna langsung bertanya pada Aldo.
"Cih, tak ada basa-basi nya, ya."
Dia mengulurkan kitten yang ada di pangkuannya pada Luna. Luna meraihnya dan tersenyum bahagia. Melihat kitten itu sembuh, membuat moodnya kembali gembira.
"Kamu tidak berubah, ya."
Luna langsung menoleh padanya. "Ya? Maaf?" tanya Luna.
"Maksudku, dari dulu sampai saat ini, kamu masih menyukai kucing. Aku masih mengingat dengan jelas, bahwa setiap kamu melihat seekor kucing, kamu pasti segera menghampiri nya."
"Iya, padahal itu sudah sepuluh tahun yang lalu. Tapi, anda masih mengingat hal-hal yang kecil," balas Luna.
"Apa kamu tidak bisa menghilangkan percakapan formal ini diantara kita?" tanyanya dengan wajah yang cemberut.
"Entahlah." Luna menjawab dengan singkat, dan masih mengelus kitten yang di pangkuannya.
"Karena sudah lama sekali rasanya. Untuk menjadi seperti dulu lagi, ada kesulitan yang saya rasa," sambungnya.
"Iya, kamu benar. Sudah lama."
Luna menatap sekilas pada Aldo, lalu kembali mengelus kitten itu ketika kedapatan melihat padanya.
"Aku merindukan mu."
Hanya tiga kata membuat Luna membeku seketika. Ia refleks berhenti mengelus kitten itu. Ia termenung, dan tak tahu harus menjawabnya bagaimana.
"Haha, anda lucu sekali." Hanya itu yang bisa Luna berikan respon.
"Aku tidak sedang melucu. Aku benar-benar merindukan mu."
Luna langsung berdiri, membuat Aldo ikut berdiri juga.
"Mau kemana?" tanyanya.
"Pulang."
Luna langsung keluar, tanpa mendengarkan panggilan Aldo. Lelaki itu mengejar Luna. Tapi, Luna tak ingin menghentikan langkah kakinya.
Tapi, tiba-tiba, lengannya langsung di tarik oleh Aldo. Luna seketika menoleh padanya.
"Kenapa kamu tidak berhenti?" tanyanya.
"Ya, karena saya ingin pulang. Tak ada lagi yang ingin saya bahas."
"Apa kamu tidak merindukanku?" tanyanya lagi.
Luna terdiam, tak mampu menjawab pertanyaan itu. Ia berusaha untuk melepaskan diri. Namun, Aldo masih bersikeras tak mau melepaskan Luna.
Akhirnya Luna pasrah. Ia mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
"Baiklah. Sekarang, dengarkan aku." Luna kini mulai menghilangkan ke-formal-an antara mereka berdua.
"Aldo. Ini sudah lebih sepuluh tahun. Aku juga tak tahu bagaimana harusnya aku meresponmu. Ingat ini, Do. Kamu memiliki Tia. Pikirkan dia." Luna melihat ke jari Aldo. Ternyata tersemat sebuah cincin di jari manisnya.
"Sepertinya kamu juga sudah menikah," sambungnya.
Aldo melihat kearah mata Luna melihat. Ia melepaskan tangannya dari Luna. "Apa yang kamu maksud adalah ini?" ucapnya dengan menunjukkan cincin yang ada di jarinya.
Luna mengangguk memberikan jawaban. Luna melihat Aldo yang tertawa geli.
"Kamu salah paham."
"Maksudnya?"
"Ini hanyalah sebuah tipuan. Karena setiap orang yang kemari, selalu menggodaku. Makanya aku memakai cincin ini, agar mereka tak lagi menggangguku."
Luna merasa malu dengan kesalahpahaman yang ia buat. Ia menutupi wajahnya dan berpaling dari Aldo. Sedangkan Aldo hanya tertawa kecil.
"Jangan tertawa," ujar Luna.
"Iya, iya. Aku tidak akan tertawa lagi."
Luna melepaskan tangannya dan kembali menatap Aldo.
"Terima kasih karena sudah mau melihatku lagi," ujar Aldo.
Luna hanya tersenyum tipis membalasnya. Ia mengingat kembali kenangan-kenangan di masa lalu. Dimana Aldo yang sering menggodanya, dan dia yang menatap Aldo dengan kesal. Rasanya seperti kembali ke masa lalu saja.
...To be continue ...