NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

“Lesu banget kenapa? Nara menatap Naomi aneh. Perasaan waktu itu Naomi terlihat ceria. Berbanding terbalik dengan Nara yang begitu ceria karenaakan diajak Sadewa jalan-jalan nanti setelah pulang. Akhir-akhir ini ia

sering pergi dengan Sadewa.

“Diputusin sama Kak Yudis ya?”

Naomi mendesah, ia mendongak menatap Nara tajam. Ia tidak putus dengan Yudistira. Ia lesu karena memikirkan cara untuk tidak terus-menerus menjadi beban Yudistira.

“Naomi dipanggil Pak Maruf,” teriakan seseorang menghentikan percakapan kedua orang itu.

“Ada apa?”

“Nggak tau,” balas anak laki-laki berkepala botak itu.

Naomi bangkit dari kursinya. Ia pamit terhadap Nara lalu pergi menuju ruangan. Disaat ia mencapai pintu kelas, ia bersimpangan dengan Cintya. Gadis itu menatapnya penuh permusuhan. Apalagi ini? Kadang Naomi jengah

dengan Cintya yang selalu mengganggunya. Padahal ia tidak pernah mencarimasalah sama sekali dengannya. Bahkan ia selalu memaafkan dan tidak mempermasalahkan kejahatan yang dilakukan Cintya padanya.

Naomi menghembuskan napas panjang. Ia menggelengkan kepalanya mencoba mengabaikan Cintya. Memikirkan gadis itu hanya akan menambah beban hidupnya. Cukup keluarganya saja. Jangan di tambah yang lain. Naomi

kembali melangkah menuju ruangan. Disaat ia menyusuri lorong sekolah. Iatak sengaja melihat Leo yang sedang bermain basket di lapangan. Cowok itu akhir-akhir ini terlihat berbeda. Dia tak lagi membuat masalah di kelas. Justru sebaliknya menjadi anak yang rajin. Apa yang membuat Leo berubah? Naomi tersenyum kecil mengingat kenakalan Leo dulu.

Ketika sampai di dalam ruangan. Terlihat Pak Maruf duduk. Beliau menyambut kedatangannya ramah. Ia juga menyuruhnya duduk di kursi. Naomi bertanya-tanya ada apa gerangan. Kenapa wali kelasnya memanggilnya? Apa

ia membuat kesalahan?

“Bapak panggil saya ada apa ya Pak?”

“Saya ingin menyampaikan kabar baik.”

“Kabar baik? Maksud bapak?”

“Dulu kamu pernah bertanya mengenai beasiswa sekolah di Amerika kan?” Naomi ingat itu. Ia pernah bertanya, dulu ia memiliki ambisi keras untuk belajar di negeri Paman Sam. Ia ingin tinggal jauh dari keluarganya. Dan

itu satu-satunya cara agar ia tidak bertemu lagi dengan mereka.

“Iya Pak.”

“Ada perusahaan yang ingin membiayai sekolah kamu hingga kamu lulus kuliah di Amerika. Semua biaya ditanggung mereka.” Naomi menutup mulutnya tak percaya. Manik matanya membulat tak percaya. Ia menelan ludahnya. Apakah ia sedang bermimpi? Rasanya mustahil sekali. Kenapa kebetulan sekali? Akhir-akhir ini semua yang ia impikan menjadi kenyataan.

“Bapak nggak bercanda?”

“Saya serius Naomi. Perusahaan ini mau menjadi mitra dengan Sekolah kita. Kamu orang pertama yang diberikan beasiswa. Jika kamu menerima ini, maka adik-adik kelas mu nanti juga bisa merasakannya. Kalau kamu menolak

kemungkinan mereka akan mem-blacklist sekolah kita.” Naomi penasaran perusahaan macam apa yang bisa melakukan ini.

“Ada timbal balik yang mereka inginkan dari saya Pak?” Naomi tidak bodoh. Ia yakin setiap penyelenggara beasiswa selalu ingin mendapatkan keuntungan. Tidak ada hal yang benar-benar gratis di dunia ini.

“Mereka meminta kamu menjadi pegawai perusahaan setelah lulus. Bisa dibilang kamu mengabdi untuk mereka. Kurang enak apalagi, sekolah dibiayai kerja nggak perlu repot-repot mencari. Kesempatan nggak Dateng dua kali

Naomi.”

Naomi dilema, jika ia belum bertemu Yudistira pasti ia akan langsung mengiyakan. Tapi sekarang, apakah ia bisa meninggalkan cowok itu dan terbang jauh ke Amerika. Naomi mendesah pilihan yang berat.

“Bagaimana kamu mau menerimanya? Kesempatan ini tidak datang dua kali Naomi. Sekali kamu menolak, maka kesempatan ini akan pergi. Bukan cuma buat kamu tapi sekolah kita.”

***

Waktu

berlalu dengan cepat, bel pulang berbunyi. Kelas usai dan murid-murid

berlomba untuk keluar dari sekolah. Mereka ingin cepat sampai rumah.

Begitu juga dengan Naomi yang tak sabar menemui Yudistira. Kira-kira

cowok itu akan menjemputnya atau tidak ya?

Naomi

merapikan bukunya memasukan ke dalam tas. Pulpennya jatuh ke lantai.

Ketika ia ingin mengambilnya tangan Leo lebih dulu menggapainya. Naomi

mengerjapkan mata. Kadang ia tidak pernah menganggap kehadiran Leo yang

duduk disampingnya. Ia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.

“Makasih.”

“Kamu

udah jadian sama Yudistira?” tanya cowok itu. Ia bisa mendengar nada

kesal. Kenapa Leo harus kesal? Memang ia salah jadian dengan Yudistira.

Cowok yang ia sukai. Naomi baru ingat jika Leo mengantarnya menemui Vano

waktu itu. Pasti Leo mendengar pengakuannya pada Vano.

“Ia.”

“Semoga cepat putus.” Setelah mengatakan itu Leo pergi tanpa menoleh sedikitpun. Naomi terdiam mencerna kata-kata Leo. Sepertinya cowok itu benar-benar gila. Mana ada doa seperti itu. Putus katanya? Kenapa Leo

mengharapkannya Putus dengan Yudistira? Dasar aneh!

Naomi mengabaikan perihal Leo. Ia memakai tas gendongnya. Nara menghampirinya untuk keluar bersama. Mereka berjalan sambil sesekali bercerita. Khususnya Nara yang tidak pernah berhenti memuji Sadewa. Sahabatnya ini benar-benar bucin. Ia tidak bisa membayangkan jika nanti Sadewa memutuskan Nara. Apa Nara akan gila?

“Itu bukannya Kak Yudis kok sama Kak Vano?”

“Hah?”

Naomi memalingkan wajah ke arah yang ditunjuk Nara. Ia bosan dengan drama yang sering ditunjukkan kedua orang itu. Kenapa mereka suka sekali membuat keributan di sekolahnya?

Naomi bergegas menghampiri mereka. Terlihat Yudistira dan Vano saling berdiri berhadapan memandang tajam satu sama lain. Apa yang ingin mereka lakukan? Naomi lelah sekali jika melihat perkelahian diantara mereka

berdua. Sehari saja ia ingin mereka bisa akur.

“Kak Yudis?”

“Kak Vano?"

Keduanya menoleh mendengar panggilan Naomi.

“Kamu udah sehat?” tanya Vano.

“Nggak usah sok care. Lo bukan siapa-siapanya Naomi.” Balas Yudistira kesal. Vano berdecak mengepalkan tangan bersiap melayangkan tinju.

Naomi berdiri di tengah antara mereka. Mendorong mereka agar tidak terlalu dekat. Ia takut jika kejadian waktu itu terulang lagi.

“Aku udah sehat. Kakak bisa lihat sendiri.”

Vano mengeluarkan sebatang coklat memberikannya pada Naomi. “Ini sebagai permintaan maaf dari aku.” Yudistira geram melihat barang pemberian Vano. Tidak ada yang boleh memberikan Naomi hadiah selain dia. Baru saja

Yudistira ingin mengambilnya. Naomi lebih dulu merebutnya. Gadis itu menerimanya dengan sukacita.

“Makasih Kak. Kalau begitu aku pulang dulu ya Kak.” Naomi menarik Yudistira menjauh. Ia tidak ingin memberikan harapan lebih pada Vano. Jadi ia hanya bersikap sewajarnya.

“Kamu kok Nerima coklat si brengsek itu!” ujar Yudistira dengan penuh amarah.

“Kita harus menghargai pemberian orang lain, Kak. Bayangin aja kalau kakak kasih aku coklat akuhl buang. Apa kakak mau?”

Shit! Yudistira mengacak rambutnya kesal membayangkan perkataan Naomi.

“Sekali ini aja kamu terima pemberian dia. Besok atau seterusnya aku yang akan membuangnya.” Naomi tertawa melihat tingkah Yudistira yang cemburu dengan Vano. Kadang ia bingung kenapa kedua orang itu bisa menyukainya. Padahal ia tidak merasa memiliki kelebihan apapun.

“Ini kita langsung ke kafe kak?”

“Ke taman dulu gimana? Udah lama nggak main sama kamu.”

“Main apa?”

“Prosotan, ayunan, jungkat-jungkit.”

“Astaga kak! Kita udah dewasa loh.”

Yudistira tidak menjawab cowok itu malah mengacak-acak rambut Naomi sembari memakaikan helm. Ada banyak hal yang ingin ia lakukan dengan Naomi. Entahlah akhir-akhir ini ia merasa bucin sekali. Bahkan ia sampai lupa

jika ia memiliki keempat adik yang menyebalkan. Ia sampai lupa menaruh uang di kamar dan tentu saja berakhir di colong adik-adiknya itu.

“Kak Yudis nanti kuliah dimana?” tanya Naomi tiba-tiba.

Kening Yudistira berkerut. Ia berpikir sebentar. Dari dulu ia tidak ingin kuliah yang jauh. Cukup di Indonesia tapi di universitas yang bagus. Ia takut meninggalkan bundanya. Bisa dikatakan ia tidak bisa hidup jauh dari sang ibu.

“Paling UGM di Jogja biar bisa pulang balik.”

“Oh.”

“Kalau kamu mau SMA di mana? Di Jogja juga ya? Biar aku ada temennya.” Naomi tertawa hambar. Ia bingung hendak menjawab apa. Berat sekali memutuskan ingin melanjutkan dimana.

“Yang ada bukannya sekolah malah pacaran terus sama aku.” Balas Naomi dengan nada candaan.

“Nggak apa-apa lah. Biar aku semangat." Yudistira tersenyum senang membayangkan itu. Menyenangkan sekali jika mereka bisa tinggal bersama. Ia pasti akan semangat untuk cepat lulus kuliah.

***

Lapak Wajib Bar-bar

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!