Hidup seorang Aellyn Kiran Cayle ( 20 ) selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Ia selalu mendapat kasih sayang yang lebih dari keluarganya. Sejak kecil, ia sudah terbiasa hidup bergelimang harta.
Namun, kehidupan Aellyn yang sangat nikmat itu harus berakhir karena kebodohannya yang selalu mempercayai semua kata-kata dusta dari sahabat dan juga kekasihnya.
Hidup Aellyn hancur sehancur-hancurnya, apalagi saat dua manusia biadab itu mengakui perselingkuhan mereka.
Dan pada hari itu juga, dua manusia biadab yang sangat ia percayai itu benar-benar mengakhiri hidupnya dengan memisahkan jiwa dari raganya.
Semua nya terasa seperti mimpi, sampai Aellyn tiba-tiba terbangun di dalam sebuah kamar yang terasa tidak asing baginya.
Dan Aellyn lebih terkejut lagi saat ia melihat kalender yang menunjukkan bahwa ia berada di tahun 2023, 8 tahun yang lalu, saat kehancuran hidupnya di mulai.
"Ternyata tuhan cukup berbaik hati memberikanku kesempatan untuk membalaskan dendam kepada kalian."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizkook lovers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Re membuat Aellyn sangat kelelahan hingga perempuan cantik itu lemas dan hampir saja jatuh pingsan jika Re tak segera menyelesaikan permainannya.
Padahal malam nanti Aellyn berniat untuk pergi ke jalanan dan membeli jajanan khas Jepang yang terkenal dengan cita rasanya yang nikmat.
Namun sayangnya Aellyn tidak bisa melakukan itu karena tubuhnya yang masih sangat kelelahan, padahal besok mereka akan langsung pergi ke Niseko.
"Kenapa sedih seperti itu?" tanya Re, mengusap surai indah sang istri yang sejak tadi terlihat cemberut sambil memandang kesal ke arah jendela.
"Aku ingin pergi keluar dan membeli banyak makanan, tapi aku tidak bisa melakukannya! Padahal besok kan kita sudah pergi dari sini!" ucap Aellyn dengan nada kesal dan juga kedua pipi yang digembungkan pertanda bahwa ia sangat kesal.
Kekehan halus mengalun dari bibir Re. Oh, demi tuhan, tidak bisakah Aellyn berhenti bersikap menggemaskan seperti ini? Re kan jadi tergoda untuk menerkamnya sekarang juga.
Re memajukan tubuhnya untuk memeluk kepala Aellyn lalu mengusapnya dengan lembut. "Tak apa, kita bisa menunda perjalanan ke Niseko. Besok kita pergi keluar untuk membeli semua makanan yang kamu mau, bagaimana?"
Mata bulat Aellyn berbinar dengan cerah, merespon tawaran Re.
Kepala perempuan cantik itu bergerak naik turun, mengangguk dengan semangat lalu segera memeluk Re dengan sangat erat. "Makin cinta deh."
Kekehan kecil mengalun dari bibir Re, ia pun segera membalas pelukan sang istri dengan tak kalah erat.
Tubuh Aellyn tiba-tiba bergetar saat Re menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati setiap jengkal leher sang istri.
"Hen_hentikan ugh,,,"
Aellyn berusaha mendorong Re menjauh, ia harus menghentikan suaminya sebelum Re lepas kendali dan berakhir menggauli sang istri hingga pagi menjelang.
Demi apapun, sekarang saja Aellyn masih lemas dan pinggangnya pun masih terasa pegal. Jika Re melakukannya lagi, sudah pasti Aellyn akan jatuh pingsan sebelum suaminya itu sempat mencapai pelepasannya.
Paham dengan kekhawatiran sang istri, Re pun akhirnya menjauhkan bibirnya dari leher Aellyn setelah puas membuat beberapa tanda baru disana.
Tangan kekar itu terangkat untuk mengusap surai halus sang istri tercinta. "Tenang saja, aku tidak akan meminta lagi," ucapnya dengan lembut.
"Benarkah?" Aellyn menatap mata Re dengan tatapan polosan.
Aellyn dibuat kebingungan saat Re tiba-tiba menutup matanya dengan telapak tangan lebar milik laki-laki itu.
"Jangan menatapku seperti itu jika kamu tidak mau berakhir mende-sah dibawahku," bisik Re dengan suara berat, membuat sekujur tubuh Aellyn merinding karenanya.
"Tidurlah, besok kita pergi jalan-jalan."
Re menarik kembali telapak tangannya yang sempat menutupi pandangan mata Aellyn, lalu ia pun beranjak pergi ke kamar mandi.
Aellyn yang tak mengerti apapun akhirnya memilih menjadi anak penurut dengan segera berbaring lalu bergegas pergi ke alam mimpi.
...•••...
Pagi ini kembali terjadi hujan salju. Walaupun tak selebat kemarin, namun tetap udara diluar sana terasa dingin hingga membuat Aellyn harus memakai jaket yang super tebal dan juga sarung tangan hangat.
Re menggenggam erat tangan sang istri saat perempuan cantik itu fokus melihat pemandangan sekitar dan hampir saja menabrak orang-orang yang lewat.
"Wah, aku jadi ingin bermain salju!" ucap Aellyn, melompat kegirangan saat melihat beberapa anak kecil yang tengah membuat manusia salju bersama.
Aellyn menarik-narik genggaman tangan Re, memberi isyarat jika ia juga ingin ikut bermain dengan anak-anak itu.
Re tersenyum, lalu mengusap kepala sang istri dengan gemas. "Ayo kita kesana."
Perempuan cantik berponi itu memekik kegirangan lalu segera berlari menghampiri anak-anak itu sambil menarik Re yang masih menggenggam tangannya.
"Hi, anak-anak. Kakak boleh main bersama tidak?" tanya Aellyn dengan pengucapan bahasa Jepang yang cukup fasih.
Anak-anak yang tadinya tengah bermain itu segera menyingkir dan mengelompok menjadi satu, memandang takut dua orang dewasa dihadapan mereka. Ah, lebih tepatnya kepata Re yang selalu memasang wajah datar.
Melihat reaksi anak-anak itu yang ketakutan, Re pun segera sadar dan akhirnya sebuah senyuman yang cukup lebar kepada anak-anak itu.
"Boleh kamu ikut bermain? Kami bukan orang jahat kok, kalian tenang saja," ucap Re dengan nada lembut.
Ketiga bocah itu saling pandang, seperti sedang berdiskusi lewat tatapan mata mereka.
"Baiklah, tapi paman harus memberi kami uang. Tempat ini milik kami, kalau kalian ingin ikut bermain disini, kalian harus bayar." Seorang anak perempuan maju, lalu dengan berani menodongkan tangan ke arah Re.
Aellyn nampak sedikit terkejut. Ia tidak menyangka bahwa anak-anak itu akan meminta uang kepada mereka.
Berbeda dengan Aellyn yang nampak terkejut, Re justru tersenyum dan langsung memberikan beberapa lembar uang kepada anak-anak itu.
Ah, kejadian ini mengingatkan Re pada masa kecilnya dulu saat ia masih tinggal di Osaka.
Dulu Re dan para sepupunya sering sekali memalaki Om, Tante atau pun saudara yang lebih tua dari mereka sebagai biaya ikut bermain di taman yang disediakan oleh sang kakek khusus untuk mereka.
Setelah mendapatkan uang, anak-anak itu langsung memekik kegirangan dan segera menggandeng tangan Aellyn juga Re untuk ikut bermain bersama mereka.
Mereka membuat begitu banyak manusia salju dan juga bermain lempar-lemparan bola salju dengan membagi tim menjadi dua, yaitu tim laki-laki dan tim perempuan.
Tim laki-laki diisi oleh Re dan dua anak laki-laki, sedangkan tim perempuan hanya ada Aellyn dan anak perempuan yang tadi meminta uang pada mereka.
Bahagia, hanya itu yang mereka rasakan saat bermain bersama. Bahkan orang-orang yang berlalu-lalang pun sempat dibuat salah paham, berpikir bahwa mereka adalah keluarga harmonis dengan tiga orang anak kembar.
"Hahaha, tidak-tidak, kakak cantik hentikan."
"Tidak bisa, aku harus membalas dendam!" Aellyn melempari anak laki-laki itu dengan bola-bola salju berukuran sebesar kelereng.
Re tersenyum hangat, ia sungguh senang saat melihat Aellyn tertawa sebebas itu.
Semua pemandangan ini membuat Re berfikir, jika nanti mereka sudah memiliki seorang anak pasti ia bisa melihat pemandangan seperti ini setiap harinya. Istrinya yang tertawa bahagia bersama anak-anak mereka, pasti terlihat sangat indah.
Re tidak akan memaksa, jika tuhan belum mempercayakan seorang anak untuk mereka jaga, maka ia akan tetap menunggu dan berusaha.
Pernikahan mereka juga baru berjalan satu tahun. Ia tidak akan terburu-buru.
Nikmati saja prosesnya, toh prosesnya enak. Enak banget malahan, sampai membuat Re ketagihan dan ingin melakukannya lagi dan lagi.
...•Bersambung•...
Bingung mau daftar sekolah, takut gak diterima 😭
seakan akan dia sedang sakit keras,dan mau pergi ninggalin lea.
Kok kayak gak nayambung ya