Yura Vradisty gadis berusia 19 tahun..
Bekerja sebagai wanita malam, karena di jual oleh pamannya.
Bertemu dengan pria tampan secara tidak sengaja yang memiliki usia terpaut jauh.
Di beli dari tempat hiburan malam, kemudian di paksa untuk menikah.
Keributan di antara mereka akan terjadi setiap hari.
Seseorang di masa lalu menghambat cinta mereka berdua.
Ini lah cerita Yura Vradisty...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hak asuh Anak
Pagi ini kondisi yura cukup membaik, meski harus di infus sampai besok. Elard dengan sabar mengurus yura.
Dari mulai menyuapinya, membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian.
Meski masih ada rasa malu dan canggung namun tetap ia lakukan.
"Pagi..." sapa wanita paruh baya yang baru saja masuk ke dalam ruangan yura, siapa lagi kalau bukan ibu el.
Ibu el sengaja berkunjung untuk menjaga yura pagi ini, karena elard harus bekerja.
"Pagi bu" jawab elard.
Ibu el menghampiri putranya dan mencium pipi elard.
"Bagaimana kondisimu?" tanya ibu el kepada yura.
"Sudah membaik bu" jawab yura.
"Kalau begitu kamu pergi saja el, biar ibu yang menjaga istrimu disini" kata ibu el.
Elard segera mengambil tas kerjanya dan menghampiri yura.
"Aku berangkat ya, jika kamu membutuhkan sesuatu hubungi aku" ucap elard kemudian mencium kening yura dengan lembut.
"Iya.. hati hati di jalan el" kata yura.
Kemudian elard segera keluar dari ruangan yura dan berangkat menuju kantornya.
Tinggal lah Yura dan ibu el disana, yura nampak sangat canggung, ia tidak tau apa yang harus di katakan.
"Ibu sudah sarapan?" tanya yura mencoba memulai obrolan.
"Sudah, apa dokter sudah menemuimu?" tanya ibu el.
"Belum bu, katanya jam 10" jawab yura.
Ibu el duduk di kursi yang berada di sebelah ranjang yura, kemudian mengambil jeruk dan mengupasnya.
"Lekaslah sembuh" kata ibu el.
"Terima kasih bu" jawab yura sambil tersenyum.
"Aku tidak ingin kamu membuat putraku kerepotan seperti ini, aku harap ini yang terakhir kalinya kamu menyusahkan putraku" ucap ibu el namun pandangannya tetap fokus mengupas jeruk.
Sedangkan yura hanya bisa terdiam, ia tau maksud kata kata dari ibu mertuanya.
Nada yang lembut namun langsung menusuk ke hati yura, rupanya ibu el belum menerima yura sebagai menantunya.
"Ada yang ingin aku katakan kepadamu" kata ibu el dan memberikan beberapa jeruk yang sudah dikupas kepada yura.
"Apa bu?" tanya yura, kemudian ia mengambil jeruknya.
"Jaga kandunganmu baik baik, karena bagaimanapun dia adalah cucuku. setelah kamu melahirkan aku akan mengurus perceraianmu dengan el, dan tentu bayi itu akan menjadi hak elard sepenuhnya" jelas ibu el.
Yura menghentikan aktifitasnya, jeruk yang hendak di makan ia letakkan kembali di atas meja.
"Apa maksud ibu? kenapa ibu mengatakan ini?" tanya yura sambil menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Seharusnya kamu sudah tau, aku tidak merestui pernikahan kalian. dan pernikahan sifa kemarin batal karena dirimu, jadi setelah kamu melahirkan aku ingin kalian bercerai. dan aku akan menikahkan sifa dengan el.. lagi pula el tidak mencintaimu dan kemarin adalah kesalahannya, dia melakukannya dengan tidak sadar" jawab ibu el panjang lebar.
Yura sudah tidak mampu menahannya, akhirnya air matanya lolos membasahi pipinya. ia tidak menyangka ibu mertuanya benar benar menginginkan perceraiannya.
Tak sampai disitu, ibu el membuka tasnya dan mengambil map berwarna merah dari sana.
"Ambil ini, bacalah dan tanda tangani" kata ibu el, ia menyerahkan map itu kepada yura.
Dengan tangan bergetar yura membukanya.
"Surat perjanjian" ucap yura pertama kali membaca lembaran itu.
Lagi lagi ia harus berhubungan dengan surat perjanjian.
Yura membaca semua isi dari surat itu secara teliti.
"Ibu.. kenapa anda tega melakukan ini" ucap yura saat sudah membaca surat perjanjian itu.
"Ini juga demi masa depan anakmu, bukankah kalian sebelumnya hanya menikah kontrak selama 1 tahun? apa kamu tega setelah bercerai membawa anak itu bersamamu?? masa depan apa yang akan kamu berikam kepada cucuku. namun jika kamu menyererahkan sepenuhnya anak itu kepada el, aku berjanji akan membuat hidupnya sangat bahagia" jawab ibu el.
Yura mengingat kembali surat perjanjian pranikahnya, dimana hubungannya akan sampai 1 tahun saja.
Namun beberapa minggu ini yura dan elard seakan melupakan perjanjian itu, mereka menjalani kehidupan rumah tangganya seperti hubungan pada umumnya.
Tidak terbesit di pikirannya untuk bercerai, namun sekejap yura memikirkan beberapa hal, memang selama ini elard belum pernah mengatakan bahwa ia mencintainya, atau mengatakan jika akan menghapus perjanjian awal dengan dirinya.
Itu berarti kemungkinan mereka akan berpisah bisa saja terjadi.
"Sifa tidak bisa memiliki keturunan, setelah kalian berpisah nanti sifa akan menikah dengan el dan akan menjaga anak kalian seperti anaknya sendiri. sedangkan dirimu banyak memiliki kesempatan untuk memiliki anak lagi" jelas ibu el.
Yura menatap ibu el dengan linangan air mata, ia tidak bisa berpikir saat ini.
Yura ingin sekali hidup dengan suami dan anaknya ia tidak ingin kehilangan salah satu dari mereka apa lagi ke duanya.
"Ibu aku tidak bisa melakukan itu" jawab yura, wanita itu benar benar tidak ingin kehilangan keduanya.
"Jangan egois!! kamu sudah cukup hidup selama setahun dengan putraku, dan selama itu el tidak bahagia. ia harus terpisah dengan cintanya.. apa kamu tau aku sudah tua dan memiliki penyakit jantung, aku hanya ingin melihat anakku bahagia di sisa hidupku" kata ibu el wanita paruh baya itu menitihkan air matanya.
Begitu pun dengan yura, ia tak kalah sedih dari ibu mertuanya itu.
dengan ragu ragu yura menandatangani surat perjanjian itu, untuk saat ini yura tidak bisa berpikir panjang. melihat seorang ibu menangis di depannya tentu membuat yura terenyuh.
Setelah menandatanganinya yura menyerahkan map itu kepada ibu el.
"Terima kasih, dan aku harap kamu bisa menjaga jarak dengan putraku" ucap ibu el lagi.
Yura tak menjawab perkataan ibu el, ia hanya memegang dadanya yang terasa sesak.
Tanpa mereka ketahui di balik pintu ruangan yura, berdiri seorang pria yang tentu mendengar obrolan mereka berdua.
Pria itu mengepalkan tangannya, mengetahui ketidak adilan terjadi kepada wanita yang ia sayangi.
"Apa dia tidak punya hati" gumam pria itu yang tak lain adalah axel.
"Tuan lebih baik kita kembali ke kantor" ucap martin, ia melihat wajah bosnya yang sudah emosi.
Rupanya sebelum berangkat bekerja, axel menyempatkan datang ke rumah sakit untuk menemui yura. belum sempat ia masuk sudah mendengarkan obrolan yang tidak mengenakkan.
"Iya. ayo kita kembali" ucap axel.
Axel dan martin segera meninggalkan rumah sakit itu dan berangkat menuju kantornya.
"Istirahatlah, setelah putraku kembali jangan katakan apapun padanya" ucap ibu el.
Yura kembali merebahkan tubuhnya, dan menutup sebagian tubuhnya dengan selimut.
Sedangkan ibu el beralih duduk di sofa dan memainkan ponselnya.
Yura masih terisak dalam tidurnya, ia tidak tau apa yang harus di lakukan.
Beberapa hari ini yura sudah bahagia menjalani hari harinya, ia tidak akan menyangka kebahagian itu akan berakhir seiring berjalannya usia kandungannya.
*****
happy reading, jangan lupa like setiap episodenya yaa
beri bintang 5 dan votenya🥰🥰
maaf jika masih ada typo🙏
kenapa dr rumah sakit ke rumah si rangga pakai motor sport?