NovelToon NovelToon
Antara Benci & Cinta

Antara Benci & Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak
Popularitas:20.4k
Nilai: 5
Nama Author: Eflin Manopo

Liana Mikha Smith

Ibarat jatuh tertimpa tangga lagi, mengalami buta dan harus menerima pernikahan yang tak berdasar pada cinta.

Arsen Christoper Miller

Dengan dalil menjaga nama baik keluarga harus bersedia menikah tapi dengan mengajukan satu syarat. cerai setelah pulih kembali.


Ikuti kisahnya AB&C...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eflin Manopo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 35

Arsen masuk membawa Liana, dan meletakkan istrinya itu diranjang nya. Liana enggan langsung bergeser.

Arsen kembali menuju pintu dan menutupnya. Mendengar itu Liana ter lonjak kaget. Ini pertama kali dalam keadaan sadar dia dibawa Arsen kekamar pria itu. Bagaimana harus memprotes lagi jika begini. Apalagi tadi dia sendiri yang memeluk erat leher Arsen. Mengingat itu wajah Liana merona malu.

Arsen juga sedang salah tingkah. Mulai dari mana harus bicara. Tak pernah dia se gugup ini. Lebih mudah menghadapi dosen saat ujian meraih gelar magister nya. Lebih siap saat berhadapan para klien bisnis. Lebih berani berdebat dengan Leonardo papanya.

Tapi kenapa dengan Liana, bernapas saja dia sulit. Apa benar dia kalah jika berhadapan dengan istrinya?

Lama keduanya dalam diam. Akhirnya Arsen berinisiatif bicara saja, apapun yang terjadi.

Liana juga berpikir yang sama.

"Aku.." Arsen.

"Saya.." Liana.

Mereka bicara serentak, lalu diam lagi.

Tapi akhirnya Liana mengutarakan maksudnya lebih dulu.

"Sebenarnya saya tidak mau bicara berdua dengan anda..dalam kamar seperti ini tuan.." Ujar Liana jujur. Dia hanya bermaksud menghindari masalah.

Tapi Arsen sudah dibuat kesal dengan mendengar ucapan Liana yang bicara terlalu formal.

"Berapa kali aku bilang jangan lagi memanggilku Tuan atau menyebutku Anda..?" Ujar Arsen mendekati Liana, dan membungkuk mendekatkan wajahnya pada Liana sedang tangannya menekan bahu gadis itu.

Liana yang merasa ada hembusan napas menerpa kulit wajah serta tekanan tangan Arsen di bahunya, refleks menarik mundur tubuhnya. Tapi akibat tekanan tangan Arsen di bahunya semakin kuat, membuat Liana semakin terdorong kebelakang.

Gerakan tiba-tiba itu, membuat Arsen tidak siap karena posisi yang membungkuk tangannya semakin mencengkeram mengikuti bahu Liana, akhirnya pasutri itu tumbang bersamaan.

"Ahh.." Mereka teriak kompak lagi.

Liana syok karena tubuh Arsen kini berada diatasnya. Rasa takut menyergapnya. Dia mulai meronta ingin melepaskan diri dari tubuh suaminya.

Arsen tersentak ketika Liana meronta-ronta, bergerak liar dibawahnya. Dia berusaha untuk bangkit dari atas tubuh Liana, menopang kuat tangannya agar bisa berdiri.

Tapi sialnya Liana malah ingin berdiri juga dengan meminta tolong pada lengan Arsen.

Sudah pasti Arsen tertarik kembali dan jatuh lagi. Dadanya kembali menimpa dada istrinya.

"Cepat...bangun..saya tak bisa bernapas..anda berat sekali tuan.." Ujar Liana tak tahan tertindih tubuh Arsen.

"Aku sudah akan bangun..tapi kamu menarik kembali lenganku.." Ucap Arsen. Mengulang gerakannya tadi.

" Anda bisa berputar kesamping kan..?" Teriak Liana kesal. Masa CEO ini tak punya akal untuk berpindah dari atas tubuhnya. Dia punya otak tidak. Batin Liana.

"Tapi kalau aku berputar..aku pasti akan menindih bagian bawah tubuhmu..." Ucap Arsen. Dia memang sedang berusaha tidak membuat tubuh bagian bawahnya tertempel pada Liana. Secara jari kaki Arsen masih menyentuh lantai.

Sebenarnya Arsen bisa menopang satu tangannya dan satu tangan yang lain bisa meraih pegangan. Tapi sialnya mereka berada di bagian bawah ranjang.

Kalau mereka ini pasangan yang tidak saling menjaga jarak, Arsen pasti bisa bangun dengan bebas meski menyentuh bagian tubuh istrinya.

Jika dia mengangkat kaki satunya untuk berputar, otomatis tubuh bagian bawahnya akan tersentuh kaki Liana.

Arsen tak ingin ambil resiko. Jika dia mundur dan menarik kebawah tubuhnya. Otomatis wajahnya akan melewati tempat suci milik Liana. Sungguh sulit sekali posisi Arsen dia seperti sedang push up. Takut menyentuh dan tersentuh. Dasar aneh. Mereka bisa sampai besok seperti ini.

Liana sejak tadi merona saat mendengar kata-kata spontan Arsen. Dia juga kehilangan akal. Dia kan bisa menyelusup dibawah tangan Arsen.

"Sudah..jangan cari alasan..cepat berdiri...wajah anda dekat sekali..kalau seperti ini terus..saya jadi....." Ujar Liana terhenti tiba-tiba. Tak mau mengucapkan kata malu. Dia kaget, ini sebenarnya kata hatinya saja.

Arsen memandang wajah Liana. Jantungnya kembali berdegup. Wajah manis istrinya sangat dekat. Imajinasi liar mulai bermain-main lagi dipikirannya.

Tiba-tiba saja dia bisa bangun tanpa menyentuh apapun dari milik Liana. Karena harus menghindari godaan setan.

Liana merasa lega saat tau Arsen sudah tidak berada dekatnya. Dia juga berusaha untuk kembali ke posisinya duduk.

"Saya sudah bilang kan tuan...kalau kita bicara di ruangan lain..bukan dikamar..." Ujar Liana memberengut. Dia berdiri dan melangkah hendak keluar dengan tangan meraba-raba.

Arsen meraih tangan Liana dan membawanya ke sofa. Arsen setuju pendapat Liana. Tapi bukan diruangan lain. Di sofa saja boleh.

" Disini saja.." Dia mendudukkan Liana disofa. Dan mengambil kursi lain lalu duduk menghadap istrinya.

"Kita harus bicara.." Ujarnya tanpa mau berlama-lama. jangan sampai terjadi sesuatu lagi.

Liana diam menunggu apa yang hendak Arsen katakan.

Tapi Arsen belum juga bicara. Dia masih tertegun menatap sang istri. Hatinya seperti takut untuk meminta maaf. Mungkinkah kemarahan dan kebencian Liana bisa hilang dengan dia meminta maaf. Liana pernah bilang sangat membencinya.

Arsen mengusap wajahnya kasar. Dia menarik napas sebagai cara yang baik untuk pemanasan.

"Ahh..sulit sekali.." Tak sadar dia menggumam.

"Hmm...? Maksud tuan..?" Tanya Liana polos.

"Yah...tuan lagi.." Arsen sungguh gemas. Dia langsung bangkit dan mengecup bibir Liana.

Liana terbelalak. Arsen mundur dan menarik kursinya semakin mendekat.

"Dengar...jangan bicara atau menyela...biarkan aku yang bicara...kamu cukup mendengar saja...karna kalau tidak..bibir kamu bisa ku buat bengkak...mengerti..!" Arsen sudah sedikit nekat. Biar saja Liana mengatakan dia gila.

Liana adalah istrinya. Meski bumi berubah rotasinya, tak akan mengubah status mereka. Jadi kini Arsen mau memperpendek jarak mereka, hingga mulai berteman, bersahabat lalu menjadi akrab. Pikir Arsen.

Liana pucat pasi, duduk diam dan patuh tak ingin lagi bergerak. Bahkan tampak seperti enggan bernapas.

"Ahh...kenapa juga kamu jadi seperti mayat sih.." Ujar Arsen tersiksa melihat tingkah Liana. Dia menggenggam tangan Liana yang terasa dingin. bermaksud memberi ketenangan saja. "Dengar..aku tidak akan marah lagi..jadi tak usah takut lagi padaku.." Ucap Arsen sungguh-sungguh.

Liana sempat tersentak karena bingung juga kaget dengan perilaku Arsen yang berbeda.

Arsen menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan.

"Kali ini aku ingin minta maaf..." Ujar Arsen. "Aku menyesal..sungguh..aku mungkin banyak salah padamu..tapi aku benar-benar menyesal..maafkan aku..Liana..ini ungkapanku yang tulus padamu..aku..sudah memikirkannya..kalau aku perlu minta maaf...aku sadar telah banyak menyakitimu..tolong maafkan aku Liana.." Ujar Arsen lagi sambil menunduk. Tangannya masih menggenggam dua tangan Liana.

Agak lama juga Arsen menunduk untuk menetralkan degup jantungnya yang kini berlarian kesana kemari. Gugup.

Liana pun tak bergeming. Dia menatap lurus kedepan. Karena ucapan Arsen membuatnya sesak. Tak sadar Liana meneteskan air mata.

Tiba-tiba saja ada sesuatu yang menetes terasa dipunggung tangan Arsen. Pria itu menengadah kembali sejajar wajah istrinya.

Dia dengan lembut mengusap airmata Liana di pipi gadis itu.

"Maaf...aku memang jahat..aku bukan orang baik seperti kataku waktu itu..hehe..aku berbohong yah..?" Ucap Arsen lagi. Hanya suaranya yang terdengar diruangan itu. Arsen tak punya kata-kata lain lagi untuk dia ucapkan.

Sangat pantas untuk Liana menangis. Sejak mengenal Arsen Christoper Miller, dia semakin menderita. Sebulan berlalu, dia tak pernah tenang dengan adanya pria ini.

Luka yang perih dihatinya belum sembuh. Tapi Liana tidak pernah mau mengadu. Sebenarnya dia sudah tak ingin menangis. Tak ingin sedih lagi. Dia ingin menenangkan diri dengan caranya yaitu diam dan jangan memikirkan tentang rasa sakit.

Bersedih tak akan membawa ketenangan mendekat. Meratap tak akan menyembuhkan luka. Menangis tak kan membawa kebahagiaan.

Hati kita yang harus ikhlas menerima. Pasti kekuatan akan tumbuh disana seiring waktu. Dan jika hati kita kuat, tak ada lagi yang mampu menyakitinya. Itu prinsip Liana.

Arsen masih terus memandang wajah Liana tanpa bosan. Apakah benar ini karena cinta? Batin Arsen.

"Liana...jika kau ingin bicara..bicaralah..kamu juga bisa marah atau memukuliku, menjambak rambutku..menamparku..aku tidak akan marah lagi..coba saja..aku hanya akan diam saja..sungguh..marah lah sesuka hatimu...ayo..!?" Ujar Arsen seperti sedang membujuk anak kecil.

Liana yang punya hati tak tega dan lugu merasa geli mendengar perkataan Arsen seperti itu. Dia membayangi Arsen yang seorang CEO tampan, garang dingin, dan kejam, seperti yang dia pernah nonton di film-film.

Bagaimana kalau pria ini, berpakaian badut dan sedang memainkan perannya membujuk anak-anak kecil, sambil lari-lari ke sana kemari, diikuti ibu-ibu, dikelilingi banyak orang dan berbicara lucu.

Liana tersenyum kala pikirannya berandai-andai seperti itu. Dia tak sadar Arsen sedang memandangnya dari dekat, bahkan sangat dekat.

CUP

Tak tahan Arsen mengecup bibirnya. Sontak Liana membelalak.

"Maaf..tak sengaja...makanya jangan berpikir aneh-aneh...cepat bicara..aku menunggu apa yang mau kamu katakan.." Ujar Arsen.

Liana tidak protes. Toh dia tak bisa apa-apa. Arsen memang menyuruh dia untuk marah. Tapi Liana juga tak mau marah lagi. Tidak ada gunanya. Dia hanya menarik tangannya dan mengatur kembali posisinya. Arsen membiarkan apapun yang Liana lakukan.

Liana menilai kata-kata Arsen yang sungguh-sungguh itu, pasti ada sesuatu. Mungkin karena Arsen sekarang sudah berbaikan dengan kekasihnya. Secara Arsen tak pernah seperti ini sebelumnya.

Arsen pasti sedang bahagia karena kekasihnya Rebecca. Berarti Liana harus membujuk Arsen agar bisa secepatnya membawa dia untuk diobati.

Dengan serius Liana mulai berbicara sesuai keinginan hatinya, karena Arsen mengizinkan seperti itu.

"Saya tidak akan bisa marah tuan...saya sudah pernah bilang kan...kalau ini sudah jadi takdir...marah atau benci ternyata semua percuma..tak akan mengembalikan apapun yang hilang dari diri saya..." Ucap Liana tanpa aura kesedihan lagi. Terlihat ikhlas dan pasrah. " Saya hanya minta satu hal..kesembuhan saya...karena dengan begitu..saya bisa melanjutkan hidup...agar bisa bermanfaat nanti..saya ingin bebas..dan pergi dari sini..saya janji tidak akan mengganggu ketenangan tuan dan keluarga Miller..justru saya akan sangat berterimakasih karena keluarga Miller bisa menerima kekurangan saya...saya pun sudah memaafkan anda tuan.." Ujar Liana panjang lebar dan menutupnya dengan senyum teramat manis. Dia nampak lega.

Sebaliknya Arsen terhenyak. Dia merasa semakin sesak dan seperti dadanya akan meledak. Jantungnya berpacu. Kata-kata Liana seperti itu seperti jarum tak kasat mata yang tiba-tiba menusuknya.

Ternyata begini rasanya sakit hati. Arsen berpikir, Liana sedang membalaskan sakit hatinya juga. Liana berbohong sudah memaafkannya. Karena jika Liana benar memaafkannya, pasti perempuan itu tidak akan membalas menyakitinya seperti ini.

Sedih dihatinya membuatnya memberontak tak terima. Emosinya mulai mengendalikannya lagi. Sia-sia tadi dikantor dia merasa menyesal. Sia-sia tadi dia hampir kehilangan akal saat ada gadis tertabrak yang mirip Liana. Sia-sia tadi dia kebingungan untuk mulai bicara.

Dia benci perasaannya seperti dipermainkan.

Dia ingin jarak mereka tidak ada batas lagi. Dia ingin berteman, bersahabat dan akrab. Tapi akhirnya Liana ingin pergi dan menjauh darinya?

Arsen tak terima.

Pria itu terpancing emosinya sendiri. Dia bangkit dari duduknya, dan melempar kursi kecil tempat dia duduk.

"Ahh...!! Aku bilang kamu marah..atau memukulku saja.." Teriak Arsen. Dia meninju angin didepannya sebagai pelampiasan amarah. Sakit fisik mampu dia tahan tapi hati yang dipermainkan membuatnya kalap.

Liana ketakutan mendengar suara Arsen seperti kesetanan.

"Tuan.." Suara Liana gemetar.

Arsen tak peduli. Dia tiba-tiba mendekati Liana dan duduk disebelah Liana. Dia menangkup wajah istrinya itu dan mendekatkan wajah mereka.

"Apa katamu hah..? Ingin sembuh..? ingin pergi dan menjauh..? dengar baik-baik...kamu tidak akan pergi kemanapun...bahkan kematian pun tak bisa membawamu pergi..kau akan tetap disini bersamaku.." Teriak Arsen menekan tangannya di wajah Liana. Liana meringis kesakitan dan dipenuhi rasa takut yang luar biasa. Tangisnya pecah dan mulai bergetar.

Justru itu membuat Arsen semakin emosi. Dia menarik tangan Liana dan membawanya ke ranjang. Mendorongnya kuat, Hingga Liana jatuh telentang diatas kasur empuk milik Arsen.

Pria itu tak berhenti sampai disitu. Dia juga menyusul Liana. Dengan gerakan liar dia mencumbu wajah Liana. Kesakitan hatinya karena ucapan Liana membuat dia kehilangan akal sehat. Arsen semakin nekat saja.

Bukan hanya wajah, tapi seluruh tubuh Liana tak luput dari jamahan tangan dan bibirnya.

Sementara Liana menangis histeris diperlakukan seperti itu, Arsen tidak peduli. Semakin Liana menangis, semakin menggila dirinya. Tak puas dengan itu, Arsen merobek pakaian Liana dengan kasar. Liana semakin gemetar tak karuan. Dia memukul-mukul dada Arsen. Menjambak rambutnya, dan berusaha lepas dari kegilaan suaminya.

Tapi sayang, Arsen tak merasakan itu lagi. Dia sudah dikendalikan sisi buruk dalam dirinya.

Arsen lebih kuat dari Liana. Jadi kekuatan Liana tidak ada artinya sama sekali. Arsen berubah ganas. Hatinya telah terlepas. Akal sehatnya telah menghilang. Berganti amarah yang membara.

Pikiran liar pun sudah menguasai Arsen saat tubuh mereka menyatu.

Tak ada lagi yang bisa Liana lakukan selain pasrah. Menangis, meraung, berteriak tapi Arsen tak peduli.

Arsen membuatnya semakin hancur malam itu. Kesuciannya hilang. Dia bukan gadis lagi. Harapannya untuk bisa hidup bebas dimasa depan sudah tak diinginkannya lagi. Liana hanya ingin mati saja saat ini.

1
Maya Ellydarwina
lanjut yang banyak dong thor 🥰🥰🥰🥰🥰🙏
Eve❤️: 👍👍semoga suka 😁
total 1 replies
Mia Syara
lanjut thor👍
nita bonita
lanjutt thoooorrrrr
Eve❤️: mohon dukungannya yah nona bos😁🙏👍
total 1 replies
Maya Ellydarwina
ceritanya sungguh bagus dan menarik,di tunggu kelanjutan nya thor 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Eve❤️: mohon dukungannya yah😁🙏
Eve❤️: makasih 🙏...semoga suka
total 2 replies
Maya Ellydarwina
cerita nya bagus,mampir ah 🥰🥰🥰🥰
Eve❤️: kasih saran dan kritiknya yah😁🙏
total 1 replies
Pertama Satu
asyik..lanjut
Eve❤️: tq👍👍👍👍👍💪💪💪💪💪👏👏👏👏
total 1 replies
Pertama Satu
lanjutttttt
Eve❤️: ok...mohon🙏dukungannya yah
total 1 replies
Pertama Satu
up
Pertama Satu
👏👏👏mantap
Pertama Satu
👍👍👍👏👏💪💪
Mia Syara
update lagi thor👍
Eve❤️: makasih udah mampir🙏
total 1 replies
Mia Syara
Cerita nya bagus..salam dari Malaysia thor👍
Eve❤️: makasih🙏
mohon saran dan kritiknya yah😁
total 1 replies
aimi Lyy
Lumayan
Anita Jenius
Salam kenal kak.
Ceritanya keren kak.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rima R P
pusinh thor baca nya mending jangan di ganti nama liana nya biar tetep enak di baca nya
Eve❤️
👍👍👍👍👍
Nrh 👠👄💥💫
yaah bisa2nya liana dsuruh ngumpet diapartment bang, nti sesak lho hati abang arsen, sungguh terlalu, semangat othor love love
nita bonita
next
nita bonita
aku datang 🤣🤣
Rahayu Nuniek
waahh makin seruu aja, sabar ya liana, smoga matanya bisa melihat kembali, dan bisa menjauh dan menghilang dr tuan arsen yg arogan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!