NovelToon NovelToon
THE KNIGHT

THE KNIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Perperangan
Popularitas:13.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mirabella Randy

Menyaksikan genosida jutaan manusia tak berdosa langsung di depan mata, membuat Arya terluka dan mendendam parah kepada orang-orang Negeri Lembah Merah.

Entah bagaimana, Arya selamat dari pengepungan maut senja itu. Sosok misterius muncul dan membawanya pergi dalam sekejap mata. Ia adalah Agen Pelindung Negeri Laut Pasir dan seorang dokter, bernama Kama, yang memiliki kemampuan berteleportasi.

Arya bertemu Presiden Negeri Laut Pasir, Dirah Mahalini, yang memintanya untuk menjadi salah satu Agen Pelindung negerinya, dengan misi melindungi gadis berusia tujuh belas tahun yang bernama Puri Agung. Dirah yang bisa melihat masa depan, mengatakan bahwa Puri adalah pasangan sejati Arya, dan ia memiliki kekuatan melihat masa lalu. Puri mampu menggenggam kebenaran. Ia akan menjadi target utama Negeri Lembah Merah yang ingin menguasai dunia.

Diramalkan sebagai Ksatria Penyelamat Bima dan memiliki kemampuan membaca pikiran, mampukah Arya memenuhi takdirnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirabella Randy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JANTUNG KEGELAPAN

"Arya Balawa."

Aku menarik napas dengan susah payah. Arus bah seolah menekan dan membelah tubuhku di batang pohon mati. Suara yang menyebut namaku itu sedingin es.

Kalingga menyeringai keji. Tatapan sangat gelapnya mengunciku.

"Giliranmu."

Ia meluncur maju secepat angin di udara, persis seperti Eyang Kahiyang sebelum tiada. Jelas-jelas ia menarget diriku. Kedua tangannya dipenuhi kilat sihir hitam, tekad dan nafsu gelapnya menggelora untuk mencabik jantungku.

Aku tak bisa bergerak.

Tiba-tiba Kalingga terlempar jauh ke belakang, tepat sebelum ia menyentuh bibir pesisir. Seakan ada kekuatan tak kasat mata menghalaunya menyentuh daratan, semacam dinding gaib yang bahkan tak bisa kulihat dengan kekuatan magisku.

Namun aku bisa merasakannya. Sesuatu yang hangat dan karib membentuk lapisan benteng di udara. Energi murni yang pernah kurasakan mengaliriku, bahkan saat ini masih sedikit tersimpan dalam inti sunyi jantungku.

Energi api emas, sihir murni Eyang Kahiyang.

"Pengorbananku akan menjadi perisai bagi daratan di seluruh Bima, karena aku rela mati untuk mencegah Kalingga menyentuh daratan."

Mataku basah. Kata-kata dan penglihatan Eyang Kahiyang menjelma nyata. Kepergiannya menjelma jalan keselamatan bagi sisa manusia di daratan Bima.

Eyang Kahiyang telah melindungi dan menyelamatkanku, sekali lagi.

"Kaupikir bisa lolos dariku?" Kalingga bagai raja lautan yang mengerahkan kekuatannya dengan sangat mengerikan. Ia berdiri di atas perairan yang membentuk gelombang dan pusaran aneh di sekitarnya, dengan kilat-kilat hitam mengalir acak, menyerupai nadi kegelapan namun tak memiliki detak.

Badai kembali melanda. Langit dan laut kehilangan setiap jenis warna birunya. Seluruhnya gulita. Dan ada pusaran awan kelabu berputar cepat jauh di atas Kalingga. Menebar kilat hitam-ungu dan hawa panas menyesakkan dada.

Magisku bisa melihatnya. Di dalam pusaran itu ada dimensi lain--seperti sepotong langit gelap dan hampa, dengan jantung hitam keunguan berdetak kuat dan menebar kilat di tengahnya.

Jantung Kalingga.

Kalingga seakan bisa membaca pikiranku. Dia terbahak.

"Kemarilah, Nak," kata-katanya menggema dalam dan mengerikan. "Kau ingin menusuk jantungku kan? Datanglah padaku sekarang."

Seringainya lebar dan keji. Aku tahu itu adalah jebakan untukku. Ia akan langsung menyergap dan menghujamku begitu aku keluar dari sihir perlindungan Eyang Kahiyang.

Aku paham sekarang, mengapa Eyang Kahiyang sampai mengorbankan api sucinya agar aku terikat kontrak darah dan memiliki sihir kekal. Ia tahu kekuatan adiknya sehebat ini. Aku sangat berpotensi langsung tewas dalam serangan pertama Kalingga.

Sejenak kutarik napas mendalam. Aku tak akan mati. Tapi aku tak yakin bagaimana nasibku jika Kalingga sampai menghancurkan organku. Aku teringat derita dan sakit luar biasa bagai dibakar hidup-hidup ketika melaksanakan ritual kontrak darah.

Apa aku harus merasakan derita itu lagi?

Salah satu hantu di kerajaan benakku tertawa mengejek.

Kau takut sekarang?

Kuenyahkan hantu pikiran dan perasaan itu jauh-jauh. Kufokuskan energi dan kekuatanku. Aku harus maju dan menyerang. Pertempuran ini harus segera dituntaskan.

Aku berhasil membebaskan diri dari dorongan air bah dan menjejak mantap di atasnya. Kusiagakan busur di tanganku. Kupasang kuda-kuda, bersiap menggunakan kemampuan meringankan tubuh. Namun kali ini kugabungkan dengan magisku dan sihir warisan Eyang Kahiyang.

Perpaduan berbagai jenis energi merasuki nadi dan serabut ototku. Gelombang magis kilat, api emas, tenaga dalam. Aku maju dan melesat seperti angin.

Kalingga menyongsongku, tak kalah cepat. Ia melontarkan kilat-kilat sihir hitam untuk menghentikan gerakanku dan menghancurkanku.

Mata elang dan kekuatan magisku bisa melihat arah dan kecepatan kilat yang kini sanggup kuimbangi. Rasanya tak jauh beda dari menghindari peluru. Aku sanggup mengelak dan balas menembakkan panah-panah api putih-emas ke tubuh Kalingga.

Kedua lengan Kalingga terangkat lalu menyentak ke bawah. Air laut di bawah kaki kami naik, melenyapkan semua panah api, dan menggulungku masuk ke dalamnya.

Aku tenggelam dalam samudera.

Tetapi, entah bagaimana, hal paling absurd terjadi. Api emas keluar dari jantungku dan mengaliri diriku, membuat sekujur tubuhku hangat dan bercahaya di dalam laut gelap. Kulitku tak merasa basah sama sekali. Kakiku bisa bergerak dan melesat mudah, seperti halnya ketika berada di atas air dan daratan.

Aku bahkan bisa bernapas dengan mudah. Tak ada rasa dan jejak air sama sekali dalam rongga hidungku. Rasanya seperti menghirup udara biasa.

Kalingga juga melayang di dalam air, tak kesulitan bernapas, sanggup bergerak semudah diriku. Bedanya, ia sama sekali tak bercahaya. Aliran sihirnya gelap pekat sampai inti jiwa.

Ia memicingkan mata dan kembali menyerangku. Tembakan kilat-kilat sihir hitamnya sama mematikannya saat bertarung di permukaan.

Tangan dan kakiku terasa panas membara. Saat aku merunduk dan lenganku terayun, semburan lidah api-putih emas entah bagaimana terlontar dari ujung jemariku. Apiku itu membentur kilat Kalingga. Seketika kedua energi itu hancur dan lenyap.

Aku menyadari sesuatu.

Kini, di dalam lautan, aku justru bisa melontarkan api magis dari hentakan tangan dan kakiku. Mirip panah api yang kuciptakan dengan busur. Meski tak sekuat panah api, tapi cukup ampuh mematahkan kilat sihir penyihir kegelapan itu.

Aku pun melayangkan tinju dan tendangan untuk melontarkan lebih banyak api untuk menangkis semua kilat hitam itu. Itu adalah pertarungan paling absurd yang pernah kulakukan--melayang hidup di kedalaman lautan, beradu kekuatan api dan kilat yang sama sekali tak terpengaruh sentuhan dan tekanan air.

Serangan kami berimbang. Aku merasakan ada yang aneh. Kalingga tak menyerangku besar-besaran seperti saat bertarung dengan Eyang Kahiyang.

Apa kekuatannya melemah? Tapi bagaimana bisa?

Kilat dan gelegar petir menyambar, jauh di langit di atas permukaan laut.

Kekuatan magisku merasakan dan melihatnya. Kilat itu berasal dari jantung Kalingga, yang entah bagaimana kini melayang di tengah pusaran aneh di atas samudera. Pusaran itu kini semakin mengecil.

Seketika aku menyadarinya.

Itu bukan pusaran biasa. Itu portal sihir yang dikatakan Eyang Kahiyang sebelumnya, akses yang diciptakannya agar aku dapat memanah jantung Kalingga. Namun, portal itu berbatas waktu. Eyang Kahiyang memperingatkanku untuk segera memanah jantung itu sebelum portal itu lenyap, atau akan lebih sulit lagi membunuh Kalingga, dan kegilaan sihir hitamnya bisa semakin merajalela.

Jadi setan ini sengaja menjebakku bertarung di dalam laut agar aku tak sempat memanah jantungnya di atas sana... barangkali kekuatannya juga melemah karena portal itu membuat jantungnya rentan sekarang.

Tak akan kubiarkan dia menang!

Aku melepas tinju dan tendangan api bertubi, yang semuanya bisa ditangkis Kalingga dengan kilatnya. Di saat ia sibuk menangkis, secepat kilat aku melepas panah berapi ke atas.

Kalingga mendongak.

Dia lengah.

Aku tersenyum dan menembak panah api tepat ke dada kirinya.

Dada Kalingga berlubang dan terbakar. Ia menggerung dan terhuyung mundur.

Kumanfaatkan kesempatan itu untuk melesat secepatnya ke permukaan. Sepintas kulihat panah apiku terus melesat dan hampir mencapai pusaran portal yang semakin mengecil, membuatku agak terkejut.

Aku tak membidiknya dengan serius tadi. Panah itu kulepas dengan maksud untuk menjadi pengalih perhatian. Aku berniat serius memanah jantung itu begitu kembali ke permukaan dan aman dari serangan Kalingga, walau hanya sesaat.

Tapi jika ternyata panah itu bisa menembus celah portal dan mengenai jantung Kalingga...

Pikiran itu membuatku terlena. Pertahanan diriku luruh entah ke mana.

Di saat itu, entah bagaimana, Kalingga berhasil mengejarku. Tangannya menyergap pergelangan kakiku, menarikku hingga aku melayang tepat di hadapan tubuhnya yang kini separuh membara.

Mengabaikan rasa sakit dan kehancurannya sendiri, Kalingga menyergapku dan menusuk jantungku dengan kilat sihir hitamnya yang mematikan.

Dadaku berlubang, jantungku koyak dan hancur.

Rasa sakitnya luar biasa menyiksa.

Aku tak bisa bernapas.

Tak bisa bergerak.

Tak sanggup hidup.

Tetapi juga tak bisa mati.

Tolong...

Aku memejamkan mata, tenggelam dalam kegelapan dan kesakitan yang merajamku selamanya.

***

Aku terseret di antara alam mimpi dan nyata. Aku melihat diriku sendiri adalah panah api yang melesat dan melewati pusaran kelabu yang menciut seukuran puting beliung kecil, lalu menghujam jantung hitam keunguan yang menebar kilat alam kegelapan.

Jantung itu terbakar. Hancur jadi abu.

Di kejauhan, aku bisa mendengar jerit derita Kalingga. Ia terbakar sepenuhnya, sebelum lebur dan menyatu dalam keheningan samudera selamanya.

Pusaran portal lenyap.

Aku terperangkap dalam dimensi yang sangat gelap.

"Kita bertemu lagi, tuanku..."

Siapa?

"Kau tidak mengingatku? Aku benih yang kaupetik dari langit dan kaubesarkan dalam hidupmu. Aku adalah maut di tanganmu."

Apa?

"Tuanku... kau hancur. Seharusnya kau mati, tapi kau saat ini terikat sihir abadi. Kau tak bisa hidup dengan kehancuran seperti ini. Biarkan aku menyelamatkanmu, dengan menjadi jantungmu."

Saat suara aneh itu bicara begitu, ingatan dan kesadaranku kembali menyatu. Rasa sakit paling menyakitkan itu kembali menghantamku. Aku ingin berguling dan berteriak, tapi aku tak bisa.

Entah bagaimana, dalam kegelapan ini, di hadapan makhluk itu, aku tak lagi punya raga.

Hanya ada jiwa dan derita.

Tolong...!

"Aku akan menolongmu, tuanku. Aku bisa menjadi jantungmu. Tapi untuk itu, kau harus membayarku dengan setimpal."

Apa yang kauinginkan...?

"Cahaya. Cahaya yang paling murni, yang ada di seluruh Bima. Cahaya itu takdirku, tuanku. Pasanganku. Aku jatuh dari puncak langit raya menuju Bima, hanya untuk menemukan Cahaya. Tanpanya, aku tak utuh.

"Tapi, ribuan tahun lalu, saat aku jatuh, aku ditolak. Dikutuk. Aku ingin menemukan dan menyatu dengan pasanganku, tapi aku diberi ujian seperti itu. Aku tak pernah bisa menjangkau Cahayaku, sampai sekarang. Karena itu, aku membutuhkan bantuanmu. Sebab hanya dirimu yang bisa menyeimbangkan antara aku, Cahaya, dan seluruh Bima. Termasuk dirimu sendiri di dalamnya.

"Kesempatan itu akan tiba di akhir. Jika tiba masanya, ingatlah sumpahmu. Pantang melanggar. Kau harus menyerahkannya padaku, agar aku bisa kembali sempurna dalam siklus penciptaan jagat raya."

Ambil saja. Cahaya. Api jiwa. Apapun itu dalam diriku, ambillah! Asal kau bisa menghentikan penderitaan ini!

"Bersumpahlah, bahwa kau akan menyerahkannya padaku."

Aku bersumpah!

Sesuatu merasuk dan membara di titik yang seharusnya menjadi letak jantungku berada. Rasa sakit itu kini bercampur dengan panas luar biasa.

Aku sangat ingin mati saat itu juga. Tapi tak bisa.

Perlahan, sesuatu menggeliat bangkit. Tumbuh. Seperti bintang yang baru muncul di kehampaan, yang sinarnya menjelma detak. Rasa hangat pelan-pelan kembali menyeruak.

Derita itu berangsur mereda. Jiwaku perlahan menemukan kembali jalannya menuju raga, tanpa lagi ada lara.

"Ingatlah sumpahmu, tuanku. Aku kini adalah jantungmu. Jika waktunya tiba, kau harus menyerahkan Cahaya itu untukku. Kau sudah terikat sumpahmu. Jika kau melanggarnya, seluruh Bima akan binasa dan menjelma neraka untuk selamanya."

Kini aku bisa melihatnya.

Yang bicara padaku adalah makhluk kegelapan pembawa maut. Bara hitam pekat memercik dari sosoknya. Kilat ungu hitam mendetakkan panas yang membuatku seketika terhempas.

Aku membuka mata kembali, hidup dengan maut dan kegelapan itu sebagai inti dari jantung baruku.

...***...

1
anjurna
/Rose//Rose//Rose//Smile/
anjurna
Apa Arya akan menjadi orang terakhir yang hidup di Bima?/CoolGuy//CoolGuy//CoolGuy/
anjurna
Maksud kata-kata Guru Andara apa nih?
anjurna
Ingat Puri, Ar.
anjurna
Aku jadi kasihan dengan Arya🥺🥺🥺
anjurna
Kenapa Arya asal bersumpah?😰
anjurna
Wah gimana tuh rasanya nggak sanggup hidup tapi nggak bisa mati. Nggak enak banget pasti.
anjurna
Datanglah Nak. Selesaikan semuanya dengan baik Nak Arya/Proud/
anjurna
Beneran bertarung dengan para hantu yang seperti zombie😥
F.T Zira
ninggalin 🌹dulu buat ka author
F.T Zira
gak takut mati. gak takut bom. tapi takut bertemu wanita yg di cintai. sehebat itulah wanita🤣🤣🤣
F.T Zira
cinta yg membuat otak dan hati brbicara berbeda
F.T Zira
ngebersihin virusnya gimana si gutu? di saring pakai kain atau gimnana?🤭✌️✌️
F.T Zira
komporin terus... siap meledak entar. bantai semua yg ganggu Puri
F.T Zira
dia sudah mengatakannya Ar.. 🥲
F.T Zira
bagun Ar... dia menunggumu
F.T Zira
berasa nyerinya nih
Putri Diana
swiiittttt,,swiiittttt taaaawwwwwhh🤧🤧
Putri Diana
kyknya gak😶‍🌫️😶‍🌫️
Putri Diana
ya salam Ar🙈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!