NovelToon NovelToon
The Price Of Affair

The Price Of Affair

Status: tamat
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Arumi Nadine, seorang wanita cerdas dan lembut, menjalani rumah tangga yang dia yakini bahagia bersama Hans, pria yang selama ini ia percayai sepenuh hati. Namun segalanya runtuh ketika Arumi memergoki suaminya berselingkuh.

Namun setelah perceraiannya dengan Hans, takdir justru mempertemukannya dengan seorang pria asing dalam situasi yang tidak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 13

"Hil, kamu nggak gila kan?!" ujar Arumi setengah berteriak saat mobil mereka berhenti tepat di depan sebuah hotel mewah bintang tujuh. Bangunan menjulang tinggi dengan arsitektur megah itu tampak seperti istana, tempat biasa para konglomerat dan selebritas papan atas menginap, lengkap dengan harga selangit per malamnya.

"Masa gila, ya nggak lah. Ayo turun," sahut Hilda santai, sambil menyambar tas tangannya. Salah satu staf hotel segera membukakan pintu mobil mereka dengan sopan.

"Selamat datang di hotel kami," ucap para staf yang berdiri rapi berbaris menyambut kedatangan mereka.

Arumi tertegun. Pelayanan hotel itu benar-benar seperti di film, serba mewah dan sempurna. Ia bahkan belum menapakkan kaki ke lobi, tapi sudah merasa minder.

"Hil, ini satu malamnya berapa?" tanya Arumi pelan, hampir berbisik.

"Dua digit," jawab Hilda ringan.

"Du... dua digit?!" Arumi membelalak.

"10?" Tanya Arumi penasaran.

Hilda menggeleng..

"20?" Hilda menggeleng lagi.

"Terus berapa?" Tanya Arumi.

"57." Ujar Hilda membuat mata Arumi membelalak.

"57 juta!" Kaget Arumi.

"Iya," angguk Hilda santai, seolah baru saja menyebut harga tahu goreng.

"Gila ya! Mahal banget, Hil!" keluh Arumi masih belum percaya.

"Iya, mahal. Tapi kamu lihat sendiri kan, pelayanannya gimana? Nggak kaleng-kaleng," balas Hilda sambil tersenyum lebar.

Arumi tahu, sebagai model papan atas, Hilda pasti sanggup membayar bahkan seminggu penuh di sana. Tapi tetap saja, baginya itu tetap pemborosan. Ia sendiri tak pernah merasakan kemewahan seperti ini selama menikah dengan Hansel. Uang yang diberikan suaminya hanya cukup untuk kebutuhan dapur dan sedikit untuk keperluan pribadinya. Gaji Hansel pun, hingga kini Arumi tak pernah tahu jumlah pastinya.

"Kamu kaget kayak orang susah aja deh," goda Hilda.

"Ya iyalah, Hil. Itu angka besar buatku," balas Arumi jujur, senyumnya hambar.

Saat mereka berjalan menuju meja resepsionis, Hilda tiba-tiba menghentikan langkahnya. Matanya menatap lurus ke arah salah satu sisi hotel.

"Rum!" bisik Hilda sambil menyikut pelan sahabatnya.

"Hmm? Kenapa?" Arumi menoleh.

"Aku tadi lihat Nayla!" ucap Hilda penuh keyakinan.

"Apa? Di mana?" tanya Arumi panik.

"Masuk ke dalam tadi. Tapi dia gandengan sama laki-laki, cuma aku nggak sempat lihat jelas wajah laki-lakinya," ujar Hilda, matanya masih menelusuri sekeliling.

Tanpa pikir panjang, keduanya saling berpandangan lalu langsung berlari masuk ke dalam hotel, mencoba mengejar sosok yang tadi sempat terlihat.

Sayangnya, mereka tak menemukan Nayla.

"Jangan-jangan... Nayla nginep di sini?" ucap Arumi sambil terengah.

"Ayo tanya ke resepsionis," ajak Hilda.

Mereka segera kembali ke meja resepsionis. Hilda yang mengambil inisiatif bertanya lebih dulu.

"Maaf, Mbak. Apa hari ini ada acara pernikahan di sini?" tanyanya sopan.

Petugas resepsionis tersenyum ramah. "Tidak ada, Bu. Kalau ada acara pernikahan, biasanya seluruh gedung akan disewa khusus oleh pihak keluarga, dan kami hanya menerima tamu undangan saja."

"Oh, begitu ya... Terima kasih," ujar Hilda.

"Kalau begitu, apa ada tamu dengan nama Nayla yang menginap di sini?" kini giliran Arumi yang bertanya.

Resepsionis itu tampak ragu, lalu menjawab dengan sopan, "Maaf, Bu. Kami tidak diperbolehkan memberikan informasi mengenai tamu yang menginap. Itu bagian dari kebijakan privasi hotel."

Arumi dan Hilda saling pandang.

"Tapi kamu yakin, yang kamu lihat tadi itu Nayla?" tanya Arumi memastikan.

"Mataku masih normal, Rum. Aku kenal betul postur dan gaya jalan Nayla. Kita teman kuliah bertahun-tahun, mana mungkin aku salah lihat?" sahut Hilda mantap.

Hilda mencoba lagi, kali ini dengan pendekatan lebih personal. Ia menatap resepsionis itu dengan wajah memelas. "Mbak, tolong banget ya. Nayla itu teman kami, kami khawatir karena HP-nya nggak bisa dihubungi. Kami cuma ingin tahu apa benar dia nginep di sini."

Resepsionis itu tampak bimbang, tapi akhirnya tetap menggeleng pelan. "Maaf, kami tetap tidak bisa memberi informasi, Bu."

"Lho, Hil?" Sebuah suara wanita membuat Hilda dan Arumi menoleh bersamaan.

"Nadia!" seru Hilda begitu mengenali sosok yang menyapanya.

"Kamu menginap di sini?" tanya Nadia, matanya menyapu keduanya.

"Baru rencana mau nginap," jawab Hilda santai.

"Eh iya, Rum, kenalin. Ini Nadia, dulu satu agensi modeling sama aku." kata Hilda memperkenalkan.

"Dulu model, sekarang sudah nggak," kata Nadia sambil tersenyum ramah.

"Dan, Nad, ini Arumi, sahabatku sejak kuliah."

"Halo," sapa mereka bersamaan sambil saling tersenyum.

"Kamu kerja di sini?" tanya Hilda memperhatikan seragam yang dikenakan Nadia, yang ternyata sama seperti staf hotel lainnya.

"Supervisor sekarang," jawab Nadia singkat.

"Wah, keren banget!" puji Hilda tulus.

"Masih lebih keren kamu, masih bertahan di dunia modeling," balas Nadia.

"Oh iya, kalian udah reservasi?" tanya Nadia kemudian.

"Belum, tadinya mau, tapi tadi sempat ada kendala." jawab Hilda sedikit ragu.

"Kendala apa?" Nadia mengernyit, lalu menoleh ke arah staf resepsionis yang sejak tadi berdiri di belakang meja.

"Ini, Bu, tadi menanyakan nama tamu yang menginap," jelas resepsionis pada Nadia.

"Siapa, Hil?" tanya Nadia penasaran.

"Nayla. Salah satu sahabat kami," ujar Hilda. "Sebenarnya aku dan Arumi ke Bandung mau kasih kejutan buat dia. Katanya dia ada acara wedding di hotel lain, tapi waktu kami ke sana, nggak ada nama dia sama sekali."

"Dia kerja di wedding organizer, dan bilang ada klien yang menikah di sana. Tapi kayaknya salah hotel deh. Tapi, tadi aku sempat lihat dia di hotel ini," jelas Hilda lagi.

"Tapi hotel kita lagi nggak ada acara wedding hari ini," ujar Nadia. "Biasanya kalau ada wedding atau acara apapun, hotel akan disewa full. Itu sudah kebijakan manajemen kami."

"Mungkin saja dia cuma menginap, bukan kerja," tambah Nadia lagi.

"Nad, bisa tolong bantuin nggak?" pinta Hilda dengan tatapan memohon. "Kami khawatir. HP-nya nggak aktif dari tadi."

Nadia tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Coba dicek ya," ujarnya pada resepsionis.

"Baik, Bu." Resepsionis langsung mengetikkan sesuatu di komputer.

"Atas nama Nayla tidak ada, Bu," katanya setelah beberapa detik.

"Coba pakai nama lengkapnya. Nayla Delia," kata Arumi cepat.

Resepsionis kembali mencari... tapi tetap menggeleng. "Tidak ada juga, Bu."

Apa jangan-jangan, dia pakai nama laki-laki itu tadi? pikir Hilda curiga.

Namun seketika ia menggeleng pelan, mencoba menepis pikiran itu. Tidak, rasanya tidak mungkin. Nayla bukan tipe seperti itu. Dia sopan, kalem, dan selama ini selalu menjaga diri. Hilda bahkan nyaris yakin sahabatnya itu tak akan melakukan hal sembrono seperti menginap diam-diam dengan seorang pria, apalagi tanpa memberi kabar. Nayla tidak seperti dirinya.

“Ada fotonya nggak?” tanya Nadia, menatap Hilda dan Arumi.

Pertanyaan sederhana itu membuat keduanya saling pandang. Wajah mereka seketika berubah. Bagaimana bisa mereka begitu ceroboh? Harusnya dari tadi mereka langsung menunjukkan foto Nayla saja, bukan hanya menyebut nama.

“Duh, iya, kenapa kita nggak kepikiran ya,” gumam Hilda pelan.

Tanpa menunggu lagi, Arumi buru-buru membuka galeri ponselnya dan mencari salah satu foto terbaru Nayla. Ia menunjukkannya pada staf resepsionis.

“Ini, Mbak, ini teman kami,” ucap Arumi sambil menyerahkan ponselnya.

Staf resepsionis mengambil ponsel itu sejenak, memperhatikan wajah di layar dengan seksama. Dahinya sedikit berkerut, lalu matanya tampak mengenali sesuatu. Ia mengangguk perlahan.

“Iya… Mbak ini memang menginap di hotel ini. Bersama suaminya.”

“Su… suami?!” seru Arumi dan Hilda hampir bersamaan, tak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka.

******

support author dengan like, komen dan subscribe cerita ini ya, biar author semangat up-nya, terima kasih.

1
kimiatie
buat apa Arumi ikut...pelik juga ini arumi
Surati
bagus ceritanya 👍🙏🏻 semangat thor 💪👍
kimiatie
Arumi tidak mabuk hamil lagi??
Woro Wardani
😍
Rosita Tumbelaka
Aq paling benci perselingkuhan... Arumi benar cerai aja itu yg terbaik
Lala lala
aku malah focus sama hilda dan arumi.. bangun tidur langsung nemuin tamu buka pintu apa gak bau busuk nafasnya 🤣
soalnya tdk diceritakan mereka cuci muka dan minum segelas air 🤭
Lala lala
Koq aneh sih author..
tafi soal no hotel yg tdk sesuai..lantai 5 malah no 1209..hrsnya 509 sesuai lantai berapa..
ini skrg hamil telat 1 minggu malah dibilang hamil 2 minggu..biasanya umur kehamilan dihitung bulan terakhir dia dpt haid tgl brp..maka usia kandungan sdh 5 minggu..
coba googling dl jika blm paham..jd tdk rancu membingungkan pembaca..kritik demi kebaikan...
dan soal teat kehamilan kan pake test peck urine ada garis dua, koq sdh bs tau umur kandungan...apakah sdh USG, apa sy terlewat membaca soal Usg ya..
biasa klo saya ke dokter kandungan ditanya2 jika ada tanda telat haid dan mual langsung disuruh periksa Usg utk jmn now..
test urine mah di rumah aja
Lala lala
apaalha mabuk2an tidur sm pria asing..alkkhol itu jelek mbuat yg waras jd gila..yg santun jd bejad.
sembarang lelaki bs nidurin saat mabuk..klo kena penyakit kelamin atau hiv br nyesel..kyk novel ala barat aja nih..
ntar hamil anak ceo pl
Lala lala
sekedar info ya thor..hotel atau lainnya menggunakan nomor sesuai tingkat bangunan..misal 1209 berati kamarnya dilantai 12 no 09 bukan malah lantai 5.
misal lantai 5 hrsnya kamarnya no 509 yaitu lantai 5 ruang no 09
Moh Sultan abdurrahman
bagus ceritanya
Marina Bunga
fix othor blm pengalaman 🤣. kalo udah telat seminggu berarti udah hamil 5 Minggu itu. dihitung dr haid hari pertama terakhir
Marina Bunga
Hilda
Akbar Razaq
sayang sekali Hansel.kesalahan yg pernah kau lakukan bukannya intropeksi diri tp.setan sdh menguasai nafsu serakah dan.ketidaknsabaranmu.Andai kau bs sabar dan sadar
Moh Sultan abdurrahman
Tess
Moh Sultan abdurrahman
tes
🎀fez🎀
semangat thor
Akbar Razaq
Lalu apa.kabar dg mama Lisa yg sombong macam Nayla harusnya dia melihat kehancuran putra kebangganya.
Akbar Razaq
begitulah laki laki dia jg penyulut api tp bila terbakar maka patner yg ia salahkan.
Mora
Strategi yang biasa banget gampang dibaca pihak lawan di dunia bisnis !!
Mora
Banyak novel bagus pemeran utamanya sengsara tapi enak di baca karena penulisannya apik alurnya bagus ga gampang ditebak bab pet bab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!