NovelToon NovelToon
Takdir Cinta

Takdir Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Cinta Murni / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Sweet'Candy

"Bawa foto ini, dan temui seseorang dialamat ini! Saat kau melihatnya nanti, tunjukan foto masa kecilmu itu maka dia akan mengenalimu dengan mudah! ingatlah Sayang, dia yang akan menjaga dan menyayangimu persis seperti mama dan papa. Hiduplah bersamanya dengan segala sikap dan sifat baikmu, jangan pernah kecewakan dia!"

Itu adalah pesan terakhir mama sebelum meninggal!! Kehidupan Metta berubah sepeninggal kedua orang tuanya, Metta amat disayang dan dicintai oleh Levin. Namun, Metta amat dibenci oleh Monica yang tak lain adalah mamanya Levin.

Akan seperti apa Metta menjalani dan melewati setiap luka dan bahagia disetiap detiknya, jika ketika ingin menyerah, wasiat sang mama terus saja memaksanya untuk bertahan!



Yuk simak dan tinggalkan jejak manisnya ya Readers 💞

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweet'Candy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagaimana Rasanya?

"Permisi, Pak Levin."

Levin menoleh, melihat Lidya yang datang bersama dengan polisi, Levin seketika bangkit dari duduknya.

"Selamat pagi, Pak Levin!"

"Selamat pagi, bagaimana Pak?" tanya Levin seraya berjabat tangan.

Lidya kembali pergi meninggalkan keduanya, mereka berpindah duduk ke sofa sana. Semoga saja polisi itu memberi kabar baik untuk kerugian Levin, sudah terlalu lama dan hari ini harusnya sudah ada kepastian.

"Ada hasil?" tanya Levin.

"Sepertinya dia sudah keluar dari sini, informasi terakhirnya pemilik nama yang dicari sudah melakukan penerbangan ke Belanda."

"Belanda?"

Polisi mengangguk, Belanda? Untuk apa Lukman pergi ke Belanda? Levin menggeleng, itu pasti kesalahan. Bukankah polisi juga bisa melakukan kesalahan, Levin tidak bisa percaya itu begitu saja.

"Mungkin saja, Pak Levin ada sedikit informasi tentang keterkaitan keluarganya di sana?"

"Tidak! Itu tidak mungkin, Pak. Untuk apa dia ke sana, sepertinya informasinya salah!"

"Ini data diri yang kami dapatkan, dan bukankah ini sama dengan data yang Pak Levin berikan?"

Levin menerima berkasnya, semua memang lengkap di sana dan itu benar-benar data diri Lukman. Tapi Belanda, kenapa harus tempat itu yang dipilihnya, Lukman tidak mungkin melangkah sendirian saja untuk kali ini.

Polisi justru mengamati Levin, sama-sama berfikir keras, seharusnya Levin tahu lebih banyak tentang karyawannya itu. Bertahun-tahun bekerja dengannya, seharusnya sudah bisa paham dengan karyawannya sendiri.

"Bapak sudah datangi keluarganya?"

"Sudah, tapi Ibunya tidak tahu tentang ini!"

Levin kembali diam, wanita tua itu sepertinya memang tidak tahu apa-apa. Lalu kemana Levin harus mempermudah langkahnya, Belanda, itu terlalu jauh untuk dijangkau dengan mudah, dan lagi Levin tidak memiliki kenalan di sana.

"Kami akan informasikan lagi jika ada kabar terbarunya, untuk saat ini karena lokasi perpindahannya terlalu jauh, kami mohon pengertiannya!"

"Tidak masalah, asalkan hasil akhirnya sesuai, berapa lama pun saya akan tunggu!"

Polisi mengangguk, setelah berbincang beberapa hal lainnya, polisi itu lantas pamit dan meninggalkan Levin. Lidya kembali masuk setelah pimpinannya itu tidak lagi menerima tamu, melihat wajah kesal Levin yang telah kembali ke meja kerjanya itu, membuat Lidya ragu untuk turut bertanya.

Fokus Levin berpindah pada laptop di hadapannya, email masuk, untuk pertama kalinya Levin membukanya lebih dulu dari pada Lidya. Levin masih ingat dengan surat ancaman yang diterimanya, dan kalimat itu kembali dibacanya detik ini.

"Pak Levin," panggil Lidya ragu.

"Kau baca emailnya?"

"Bapak sudah baca? Ini sama seperti yang sebelumnya!"

Emailnya bertambah lagi, kali ini isinya bertanya tentang bagaimana kondisi keuangan perusahaan Levin. Satu detik yang sama Levin dan Lidya saling lirik, untuk apa mempertanyakan itu.

Lagi dan lagi, tulisannya bertambah, pertanyaan yang mempertanyakan perasaan Levin memiliki karyawan pengkhianat. Lidya menyipitkan matanya, kemana arah pembicaraan pengirim email itu.

"Apa ini ada hubungannya dengan Lukman?" tanya Lidya.

"Atau mungkin ini adalah dia sendiri!"

Lidya mengernyit, bagaimana mungkin Lukman yang mengirim email tersebut, apa lelaki itu cari mati. Kalau memang memiliki keberanian, harusnya tidak perlu melarikan diri seperti saat ini.

Levin bangkit dan berlalu meninggalkan ruangan begitu saja, Lidya juga ingin menyusul tapi pekerjaannya terlalu banyak untuk hari ini. Lidya kembali menatap layar laptopnya, berusaha menerka dengan benar siapa pengirim email tersebut, rasanya bukan tidak mungkin jika Levin memiliki musuh kali ini.

"Selamat pagi, Pak Levin," sapa Andra.

"Kau sibuk?"

"Tidak terlalu, hanya beberapa yang deadline sore ini."

Levin mengangguk dan duduk di hadapan Andra, untuk sesaat Levin sibuk dengan ponselnya, hingga akhirnya memberikannya pada Andra.

"Entah untuk apa maksudnya, tapi saya mau tahu siapa dia!"

Andra membacanya berulang kali, isi email itu ditunjukan Levin padanya. Tentu saja itu tidak menarik untuk jadi candaan, Andra memberikan kembali ponselnya pada Levin.

"Kau tidak bisa?"

"Akan saya usahakan, tapi berikan saya waktu!"

"Tiga hari sudah paling lama!"

Andra mengangguk pasti, sepertinya itu akan cukup untuk selesaikan tugasnya kali ini. Levin diam menatap layar ponselnya, jika itu Lukman, tentu Levin akan lebih mudah mengurusnya. Tapi jika itu orang asing, sudah jelas Levin akan sedikit kerepotan mengurusnya, siapa yang berani bermain-main dengan Levin seperti itu.

"Pak Levin, untuk kontrak kerjasama dengan Pak Surya hanya tinggal 3 bulan lagi."

"Iya, saya sedang urus itu!"

"Baik, Pak."

Levin kembali pergi meninggalkan ruangan Andra, pagi ini Levin harus menemui seseorang, tidak ada waktu untuk bersantai.

"Levin!"

Levin menoleh dan sedikit mengernyit melihat Monica yang datang, pagi seperti ini, bukankah tadi mereka sudah bertemu di rumah.

"Mami, kenapa?"

"Kamu mau kemana?"

"Aku mau ke Cafe."

"Cafe? Mami mau ke tempat Metta."

Levin semakin mengernyit saja, untuk apa Monica mendatangi Metta pagi hari seperti ini. Monica tersenyum seraya mengusap lengan Levin, bagaimana bisa Levin berfikir buruk tentang maminya sendiri.

"Dia sudah pulang kan?"

"Dia pulang kemarin malam, mungkin sekarang masih istirahat!"

"Tidak masalah, Mami hanya mampir sebentar saja."

"Ada urusan apa?"

Monica hanya tersenyum tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Levin, Levin meresa tak ada masalah apa pun antara mereka berdua. Levin juga berharap tidak akan pernah ada masalah apa pun, tapi kenapa Monica mendadak mendatangi Metta seperti itu.

"Ya sudah, kamu mau pergi, silahkan saja."

"Mami mau aku antar?"

"Tidak, pergilah dan selesaikan pekerjaanmu dengan benar!"

Levin tersenyum seraya mengangguk, tentu saja itu yang akan selalu dilakukannya. Levin pamit lebih dulu meninggalkan Monica, biarkan saja lagi pula Levin pergi untuk bekerja.

Kepergian Levin membuat Monica terdiam, Levin selalu menunjukan sorot mata kekhawatiran setiap kali mendengar nama Metta. Tapi di sisi lain, Monica juga melihat pancaran kebahagiaan setiap kali nama itu didengarnya, benarkah Levin sudah menginginkan wanita itu untuk pilihannya sendiri.

"Sandrina memang melakukan kesalahan, tapi itu tak lantas membuat Mami benar membencinya. Levin, kesalahan bisa diperbaiki jika memang ada keinginan, seharusnya kamu bisa memberi Sandrina kesempatan untuk berubah!" ucap Monica setengah melamun.

Amarahnya terhadap Sandrina kala itu memang bukan bercandaan, tapi untuk saat ini, Monica masih memperdulikan wanita itu. Sejak pagi itu, Sandrina juga tak lagi menemui atau sekedar menghubungi Monica, apa ini yang dinamakan kehilangan, atau apa bisa Monica merasakan bersalah terhadap Sandrina.

"Perasaan Levin memang yang paling penting sampai kapan pun juga, tapi untuk Metta, Mami tidak bisa begitu saja menerimanya!"

Monica menggeleng, bagaimana pun Monica juga harus menjaga harga dirinya. Monica sudah mengatakan jika Levin boleh menikahi wanita itu, tidak mungkin jika begitu saja Monica merubah perkataannya, Levin pasti semakin kecewa jika itu benar dilakukan Monica.

1
Inaa lucuu
suka bgtt sama ceritanyaa, semangatt yaa kak jangan lupaa ceritanyaa dilanjutkan lagii heheheee 💗
Inaa lucuu
gada lanjutan kahh?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!