BENALU ITU KAMU

Raisa, mas mohon jangan usir kita dari sini. Kita mau tinggal dimana kàlau kamu usir dari sini," seru Mas Iwan melembut sambil memegang tangan Raisa.

Raisa berusaha melepas pegangan tangannya itu dan menghempaskannya ke udara. Maaf ya Mas Iwan, mau kalian tinggal dimana itu urusan kalian. Lima belas tahun kalian menumpang di rumah Raisa ini saja tanpa kalian kasih uang sewa kepada Raisa. Jangan seolah - olah Raisa mendzolimi kalian ya Para Benalu. Padahal selama ini, Raisa lah yang kalin dzolimi," jawab Raisa tegas.

Sombong kamu Raisa ciuh," ujar Romlah pelan yang masih terdengar jelas di telinga Raisa. Raisa masih bersikap cuek atas ucapan adik madunya tersebut.

Raisa kamu gak pernah bersyukur sekali selama ini dinikahi anak aku Iwan yang baik, ganteng, sholeh ini. Sudah ngemis - ngemis cinta sama anak aku ini gak tahu malu banget!!! Cih," cibir Bu Puput dengan wajah judesnya.

Raisa gak pernah toh ngemis - ngemis cinta sama Iwan. Malah Iwan yang dari awal ketemu Raisa selalu nguber - nguber Raisa terus. Karena tahu Raisa tajir mlintir makanya Iwan mau numpang hidup sama Raisa," bela sahabatnya Ranti yang gak suka dari tadi Raisa di pojok kan terus keluarga benalu yang gak tahu malu itu dan langsung pasang badan untuk Raisa sahabatnya itu.

Heh, siapa kamu gak usah ikut - ikutan nimbrung disini. Kamu itu gak berhak ikut gabung bicara sini," seru Bu Puput sinis.

Ibu mertua Raisa yang urat malunya udah putus. Urusan Raisa adalah urusan aku. Jangan harap kalian akan aku lepaskan walaupun seujung kuku sekalipun. Sudah cukup ke dzoliman kalian sama Raisa. Apa masih kurang waktu lima belas tahun kalian semua semena - mena tinggal numpang di rumah Raisa, memperlakukan Raisa seperti babu, tidak pernah menghargai Raisa, tidak pernah berterima kasih kepada Raisa. Apa kalian pantas disebut manusia. Hewan saja masih tahu berterima kasih sama yang kasih tumpangan untuk dia, yang merawat dia, yang nolong dia. Tapi kalian malah mendzolimi orang sebaik Raisa," jawab Ranti panjang lebar sambil berkacang pinggang dengan tatapan sinisnya tak gentar membela sahabatnya Raisa dan memasang badan untuk Raisa sahabatnya itu.

Sudah Mbak Raisa kita bantu seret saja mereka dari sini. Mengganggu kedamaian di perumahan ini saja," ujar Mpok Leha mengompori ibu - ibu yang lain.

Betul itu Mpok Leha, kita mah selalu dukung isteri sah dan selalu berada di barisan pertama untuk dukung isteri sah, apalagi kedzoliman itu terjadi di lingkungan kita ibu - ibu, akan kita basmi bersama - sama sampai keakar - akarnya," seru Bu RT menimpali dengan nada ketus.

Heh Bu RT,  harusnya itu kalian membantu mendamaikan warga yang berkonflik. Bukan malah mendukung salah satu pihak. Aku iini  juga warga ibu. Jangan pilih kasih seperti ini donk," ujar Bu Puput gak tahu malu.

Haduh - haduh Bu Puput gaak tahu malu banget ya. Warga sini itu, tiidak suka sama orang dzolim  seperti Ibu, anak - anak ibu dan selingkuhannya anak Ibu ini," seru Mpok Juju menimpali.

Bun bukannya wanita hamil yang sedang berdiri di rumah Mbak Raisa samping Mas Iwan suaminya Mbak Raisa bukannya si Romlah Pelakor itu ya bun. Pelakor selingkuhan Om Irfan Papanya Dwi teman Lila ya Bun," seru Lila anak Bunda Retno yang baru saja pulang dari kuliah, entah sejak kapan Lila langsung ikut nimbrung bersama ibu - ibu kompleks perumahan disini menonton kehebohan yang terjadi di rumah Raisa.

Yang sedang menjadi trend senter, omongan, nyinyiran, kasak kusuk, bisik - bisik tetangga diantara para tetangganya saat mereka sedang berkumpul di abang - abang sayur menjadi trends topik mereka untuk merumpi.

Semua orang yang sedaritadi sedang asik mendengarkan debat sengit antara menantu VS IBu Mertua dan juga antara ISTERI SAH VS PELAKOR itu  langsung menengok ke arah sumber suara itu dan langsung menatap sumber suara ternyata sumber suara itu datangnya dari Lila yang sudah berdiri di kerumunan Warga yang sedari tadi sudah berkumpul disana dengan tatapan penuh dengan tanya.

Kamu seriusan Lila," tanya Bunda Retno memastikan kembali kepada anaknya.

Lila seriusan Bunda, malahan Tante Riha sama Dwi di usir dari rumahnya sendiri bund, semuanya itu gara - gara Tante Rihanya gak mau di madu sama pelakor murahan itu sama Om Irfan Papanya Dwi Bund. Makanya Tante Riha dan juga Dwi sampai terusir dari  rumahnya sendiri Bun," jawab Sang Anak menjelaskan.

Padahal rumah itu warisan neneknya Dwi dari Tante Riha bund. Tapi sih sekarang Tante Riha dan juga Dwi sudah balik lagi ke rumah itu dan sudah berhasil merebut rumah itu kembali dari Om Irfan Papanya Dwi dan juga dari tangan pelakor sih Bund. Setau Lila kejadiannyaa sih  belum lama gitu,  belum ada setahun juga kok Bun. Kalau Bunda gak percaya. Lila bisa nyuruh Dwi dan Mamanya kesini biar semuanya percaya," ujar Lila

Terus setelah mereka terusir dari rumah peninggalan Tante Riha itu. Mereka lalu mencari tempat tinggal baru, dan mereka lalu tinggal di sebuah kontrakan yang letaknya berada di kawasan Perumahan Permai dekat SMA Lila waktu itu lho Bund.

Tapi baru satu bulan mereka tinggal disana Papanya Dwi meninggal karena kecelakaan bus Bund. Bunda tahulan Perumahan Permai yamg dekat sekolahan Lila waktu SMA itu ," seru Lila menceritakan tentang pelakor kepada warga sekitar seperti para tetangga yang sukanya julid suka mengurusi  urusan orang lain. Yang sukanya ngerumpi dan ngegibah di Mas - Mas sayuran yang sukanya mangkal di pagi hari.

Lila kamu tadi bilang apa, apa gak salah Perumahan Permai yang dekat SMA BHAKTI SAMESTA Bukan ya," tanya Mas Iwan dengan rasa penasaran yang tinggi, sambil mendekati Lila yang masih berdiri di tempatnya dia berdiri sambil asik memakan ice cream  miliknya dengan lahapnya.

Iya Om Iwan,  perumahannya benar disitu didekat SMA BHAKTI SEMESTA. Itu dulu sekolah SMA Lila, bener perumahannya di dekat situ Om. Yang perumahannya dekat dengan TPA itu lho om," jawab Lila cuek sambil masih makan ice cremnya.

Mas Iwan langsung balik badan lagi  ke arah istri mudanya Romlah.

Romlah, apa bisa  kamu jelaskan semua sama aku. Bahwa semua omongan Lila itu benar apa beneeerrr hah," ujar Iwan dengan nada penuh penekanan kepada sang istri muda.

Romlah yang hanya mendengarkan suaminya itu sedang marah, seketika saja langsung diam membisu, tanpa berani menatap mata langsung sang suaminya dan hanya meremas - remas ujung kerudungnya saja.

Cepat jawab pertanyaan aku Romlah," bentak Iwan dengan suara melengking.

Kalau kamu hanya diam seperti ini, berarti semua tuduhan Lila benarkan," bentak Iwan lagi dengan suara lebih kencang.

Heh Om Iwan yang bodoh, Lila itu gak menuduh saja ya. Kalau Om gak percaya sama semua omongan Lila barusan, sekarang Lila bisa langsung menyuruh Dwi dan juga Tante Riha datang kemari, buat gampar pelakor satu ini ya," tantang Lila langsung saja mendorong tubuh Iwan yang besar dari belakang.

Iwan yang badannya di dorong Lila dengan kuat, langsung terhuyun ke depan  mengenai badan Romlah yang sedari tadi diam membeku.