NovelToon NovelToon
Bosku Playboy Bucin

Bosku Playboy Bucin

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Playboy / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Office Romance
Popularitas:335.3k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Moza merasakan hari pertama magang seperti sebuah bencana karena harus berurusan dengan atasannya. Tugas yang dia terima terkadang tidak masuk akal dan logika membuatnya emosi jiwa. Sadewa, produser Go TV. Dikenal sebagai playboy karena pesonanya membuat banyak wanita berada di sekitar hidupnya.

===

“Jangan suka mengumpat di belakangku, mana tahu besok malah jatuh cinta.” Sadewa Putra Yasa.

=====
Kelanjutan dari Bosku Duda Arogan dan Bosku Perawan Tua.
Follow IG : dtyas-dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35 ~ Lamaran

Sarah dan Arya didampingi Edric dan keluarganya juga ada Ares beserta istrinya. Semua berkumpul untuk mensupport Arya dan Sarah menerima lamaran untuk putri mereka. Melihat persiapan sudah hampir rampung dan tinggal menunggu kedatangan keluarga Sadewa, Arya menduduki salah satu kursi tamu. Ada kesedihan dari tatapan matanya, di mana Papinya yang sudah tiada.

Dalam hati ia berjanji akan mendukung keinginan anak-anaknya selama itu positif termasuk pernikahan Moza yang menurutnya terlalu dini dan akan hadir di semua kegiatan penting anak-anaknya. Bahkan sempat hadir rasa sesal karena dulu tidak menghadirkan Adam -- sang papi-- saat pernikahannya bersama Sarah meskipun setelah itu Adam sangat bahagia dengan lengkapnya keluarga besar mereka.

“Arya.”

Ares menepuk bahu, membuatnya menoleh.

“Kenapa melamun di sini, istrimu masih heboh di dalam. Khawatir ada persiapan yang terlewat,” ungkap Ares dan ikut duduk di samping Arya.

“Biarkan saya Kak. Aku hanya teringat … Papi.”

Ares menoleh lalu menghela nafasnya. “Beliau sudah tenang, kamu sudah membuatnya bangga dan bahagia sebelum ia menutup mata. Apalagi yang kamu khawatirkan?”

“Entahlah, tapi aku berjanji akan selalu pasang badan untuk anak-anakku. Mendukung semua apa yang mereka inginkan.”

“Hm, jadi siapa yang akan kamu persiapkan untuk menggantikan kita nanti?”

“Mada, Gilang sudah fokus dengan Edric. Aku tidak yakin dengan Moza, kamu akan lihat nanti se bucin apa calon suaminya.”

“Ada yang lebih bucin dari kamu?” tanya Ares heran, bahkan tanpa memandang pada Arya.

“Mas, tamunya sudah datang. Baiknya disambut dulu.” Doni yang masih setia mengikuti Arya, meskipun sekarang sudah mendapatkan jabatan yang bagus di perusahaan bertugas menyambut keluarga besar Sadewa.

Mada pun inisiatif mengecek kesiapan adiknya. Tanpa mengetuk lagi, ia membuka pintu kamar Moza.

“Udah siap belum?” tanyanya dan terpukau dengan penampilan Moza. “Ini sih Bang Dewa bakal nggak mau pulang, lo ngapain si pake dandan begini. Yang biasa aja pake piyama, rambut acak-acakan kayak zombie.”

Gita terkekeh mendengar ucapan absurd sang kakak.

"Aku udah cantik dari lahir kali.”

“Ck, Gita kamu jangan kayak Moza. Sekolah yang bener, terus kuliah nggak usah mikirin cowok.” Mada malah menasehati adik bungsunya.

“Iya, Kak Mada nggak mau lamaran seperti Kak Moza?”

“Masih panjang jalan gue, biar Kak Gilang dulu. Masa dia jadi bujang lapuk. Astaga malah ghibah, ayo turun. Keluarga Bang Dewa sudah datang.”

Gita sudah keluar lebih dulu sambil berlari kecil. Moza tersenyum dan mengulurkan tangannya. Mada berdecak, meskipun merestui kembaran yang diakui sebagai belahan jiwanya untuk menikah. Namun, ada rasa berat untuk melepasnya.

“Ayo,” ajak Mada mendekat dan Moza memeluk lengannya.

“Jangan galak-galak sama perempuan, nanti jomlo terus.” Mada hanya berdecak mendengar nasihat untuknya.

Sedangkan di bawah, keluarga Dewa sudah disambut dan menempati kursi-kursi yang sudah disiapkan. Dewa diapit oleh kedua orang tua duduk berhadapan dengan Arya dan Sarah, menunggu kehadiran Moza.

“Jangan gugup begini, baru juga lamaran. Tadi kamu tidak sabar sekarang kayak perempuan hamil lagi kontraksi,” bisik Ajeng. Gantari yang duduk di belakang Ajeng, menahan tawanya mendengar ejekan sang Mommy.

“Mules ya kak?” tanya Gantari. “Bae-bae ketuban kamu merembes.”

“Kamu pikir aku mau melahirkan.”

Gentala memberi kode pada istrinya agar menghentikan kekonyolan mereka. Moza pun hadir di tengah acara bersama Mada dan diarahkan duduk diantara Arya dan Sarah. Kehadiran Mada dan Gilang sempat menjadi perhatian anggota keluarga Gentala terutama para perempuan. Bahkan Anna sejak tadi tidak melepaskan pandangan dari Gilang dan menanyakan pada Fabian siapa pria itu dan diabaikan oleh Ayahnya.

MC sudah membuka acara, Dewa menatap Moza yang terlihat sangat cantik meskipun biasanya memang cantik. Dengan kebaya dan bawahan kain senada dengan batik yang dikenakan Dewa, serta polesan make up flawless dan rambut yang dicepol rapi. Ajeng menyenggol lengan Dewa agar tidak terus menerus menatap Moza, seperti singa kelaparan.

Sampai pada prosesi di mana Dewa mengutarakan niatnya lalu Moza menjawab keinginan pria tersebut, disambut sorak dan tepuk tangan. Dewa pun menyematkan cincin di jari manis Moza.

“Kamu cantik,” ucap Dewa lirih.

Alih-alih tersipu, Moza membalas. “Baru sadar Pak, aku ‘kan cantik dari lahir.”

“Iya, makanya aku ter Moza-moza.”

Acara dilanjutkan dengan ramah tamah, semua keluarga dan kerabat yang hadir menikmati hidangan atau sekedar berbincang. Dewa dan orangtuanya menghampiri Arya dan Sarah, mereka berenam berkumpul mendengarkan keinginan Dewa yang akan melangsungkan pernikahan secepatnya.

“Bulan depan?” tanya Arya mengulang ucapan Dewa.

“Iya Om, kalau belum sah rasanya saya gelisah. Takut disambar pria lain,” sahut Dewa.

Arya dan Sarah saling tatap, Moza melirik tajam menatap calon suaminya. Dewa selalu memberikan kejutan yang membuat sport jantung dan merencanakan pernikahan seakan sudah kejar tayang dan kiamat sudah dekat.

“Maafkan putra saya, alasannya niat baik jangan ditunda. Kami sebagai orangtua hanya bisa mendukung,” tutur Ajeng.

“Kamu sat set juga ya,” ucap Arya sambil menatap Dewa.                           

“Jelas dong, Daddy saya yang mengajarkan untuk gercep mengatasi masalah. Apalagi ini urusan masa depan dan Moza ‘kan spesial Om.”

Semua mata tertuju pada Moza menunggu jawaban gadis itu.

“Ayolah Moy, jangan biarkan aku menunggu terlalu lama,” pinta Dewa. “Aku pastikan kamu nggak akan menyesal menikah dengan Sadewa dan mempercepat kehadiran Sadewa sachet.”

“Sadewa!!” pekik Ajeng karena sang putra tidak mengontrol ucapannya.

 

 

1
davil_14
Luar biasa
Siti Masitah
pencitraan.../Grin//Grin/
Siti Masitah
dewa itu play boy cap gayung..
apa aja bisa di tampung
Hardinik Akbari
keren tau thor.....bener2 menghibur, bikin ketawa aja....
Ay Kurniawati
Luar biasa
Ay Kurniawati
Lumayan
Riyanti Bee
Luar biasa
Atmita Gajiwi
/Smile//Determined//Smirk//Kiss//Rose//Good/
Cahaya Mentari
ceritanya Mada ditunggu y thor😍
Delvia Sari
terdewa dewa saya di bab ini😂
melting_harmony
Luar biasa
Vita Liana
lanjut lanjut
Vita Liana
pedes banget mlutnya
Vita Liana
wkwkwkwk
Ririn Nursisminingsih
semua karyamu udah a baca semua thor
Susilo Wati
wkwkwkwk 😆😆😆
Lies Atikah
si dewa pacaran nya suka celap celup jadi geuleuh kesan nya berengsek pantesan mada ga suka jadi kesel thor
fian widy
👍🏻
£rvina
belum tau kalian sapa Moza, tinggal telp... kelar karir kalian.. /Hammer/
Mei Mei
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!