Generasi Awal Klan Pratomo
Kita ke tahun 1900an
Pertemuan GKRM Haryo Pratomo dengan gadis Belanda bernama Carlotta von Hoover sangatlah diluar Nurul. Pasangan beda bangsa dengan kondisi Indonesia masih dijajah Belanda, membuat hubungan keduanya ditentang pihak kerajaan Yogyakarta.
Namun Haryo sangatlah keras kepala. Dia tetap memilih Carlotta sebagai pasangannya. Keduanya diuji saat Haryo diharuskan menikahi seorang gadis ningrat Jawa.
Bagaimana sikap Haryo?
Ini adalah generasi awal klan Pratomo
Jika ada salah sejarah, mohon dimaafkan karena cerita ini fiktif belaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersembunyi
Selama dua Minggu ini Haryo, Gito dan Wicaksono bolak balik ke Den Haag yang sudah mulai meningkat tingkat kewaspadaannya. Apalagi mereka berdarah Jawa yang menjadi banyak pertanyaan tapi setidaknya mereka bertiga memiliki surat keterangan bahwa mereka memang tinggal dan bekerja di Belanda secara resmi.
Ketiga pria itu sempat dicurigai menjadi pencuri mobil Buick tapi Haryo sudah mempersiapkan semuanya. Wicaksono dan Gito kagum dengan semua persiapan Haryo.
"Apa kamu sudah tahu akan ada perang ini dik?" tanya Wicaksono saat mereka tiba di apartemen dan memarkirkan mobil itu di basemen.
"Aku hanya mendengar selentingan bahwa Eropa bergejolak dan tahu sendiri kan mas, cepat atau lambat, kita akan kena imbasnya. Apalagi Belanda kan juga penjajah dan tidak mau kehilangan Hindia Belanda" jawab Haryo.
Ketiganya pun naik ke lantai apartemen dan bersyukur pintu apartemen mereka masih aman dengan gembok rantai di depan.
"Alhamdulillah... Masih terkunci ..." ucap Haryo yang sudah dua kali kembali Karena ada tugas di kantor sesuai dengan shift kantor.
"Kalian harus waspada ya. Jam malam mulai ..." ucap Wicaksono.
"Iya mas."
"Njih Ndoro."
***
Gito membuat kopi untuk Haryo dan dirinya. Dia juga membuat satu poci kopi buat Wicaksono meskipun tahu kalau pria itu sama mandirinya dengan Haryo. Tapi sekalian saja juga bukan masalah kan?
Suara sirine malam membuat suasana semakin mencekam apalagi tiba-tiba listrik dipadamkan dari pusat hingga semua gelap gulita. Haryo menyiapkan lentera yang sudah disimpan di bawah meja dapur.
"To, suruh mas Wicak kumpul disini saja. Bukan apa-apa, sendirian juga bahaya."
"Njih Ndoro... " Gito pun mengambil lilin dan keluar dari apartemen bersamaan dengan Wicaksono yang keluar juga menggunakan lilin. Gito bisa melihat ada pistol di pinggangnya. "Ndoro Wicak..."
"Ayo, ke apartemennya dik Haryo" potong Wicaksono sambil mengunci unit apartemennya.
Keduanya pun masuk dan bisa melihat dari jendela kalau tentara Belanda berjaga-jaga disana lengkap dengan persenjataan dan mobil. Wicaksono dan Gito juga mendengar, pintu utama apartemen sudah dikunci oleh pemilik apartemen yang tinggal di lantai dasar. Keduanya lalu bergegas masuk ke dalam apartemen Haryo yang sudah menyalakan lentera.
"Bagaimana To?" tanya Haryo.
"Sepertinya mulai waspada Ndoro..."
"Semoga Den Haag tidak terkena imbasnya dari Russia dan Belgia..." ucap Wicaksono.
"Bagaimana dengan Italia dan Perancis?" tanya Wicaksono.
"Tidak tertolong karena Inggris ikutan juga..."
Suara sirine pun terdengar dan suara pesawat yang melintasi Den Haag pun terdengar. Tidak lama ada suara tembakan dan ketiga orang di dalam apartemen itu segera mematikan lentera dan mulai waspada. Mereka bertiga bersembunyi di balik meja makan yang dijatuhkan untuk menutupi tubuh ketiganya.
Gito yang tidak mau memegang pistol, memilih memegang pisau daging sebagai senjatanya. Sementara Haryo dan Wicaksono sudah mengkokang senjata masing-masing.
"Pesawat mana itu?" tanya Gito dengan nada gemetar. Jujur dia lebih takut di Den Haag soal perang daripada di Yogyakarta.
"Tidak tahu To..." jawab Haryo.
"Dik, jika ada yang memaksa masuk?" Wicaksono menoleh ke Haryo.
"Tembak tanpa ragu!" jawab Haryo. "Kita tidak tahu itu lawan atau kawan."
***
Lasingerland
Suara sirine terdengar dari rumah Daniel dan Caroline membuat semua orang bersembunyi di ruangan bawah tanah yang sudah disulap oleh Daniel menjadi bunker persembunyian. Rumah mereka sengaja dimatikan semua penerangannya hingga tidak ada yang mengira ada bangunan di balik pohon - pohon yang rimbun itu.
Bunker yang disulap Daniel, bisa melihat dari kaca jendela menilik kondisi diluar. Namun karena gelap, mereka semua memilih berlindung di dalam sana. Bunker itu terdapat tiga tempat tidur, lemari berisikan berbagai macam bahan makanan kaleng untuk makan mereka jika harus bersembunyi lama serta ada kompor yang cerobong asapnya dibuat oleh Daniel keluar dari bawah jadi orang tidak melihat asap yang biasanya keluar dari cerobong atap.
"Mommy, perang ini sampai kapan ya?" tanya Arga yang berada dalam pelukan Carlotta.
"Mommy tidak tahu, sayang..."
"Bapak dan pakdhe Wicak apakah baik-baik saja?" tanya bocah bule itu.
"Insyaallah baik-baik saja. Kan mereka bisa menjaga diri" senyum Carlotta sambil mengelus rambut hitam Arga.
Surtini menatap Atan yang tampak diam. "Kamu kenapa Ngger ?"
"Aku benci perang !" jawab Atan. "Nanti kalau sudah besar, aku akan melawan penjajah !"
"Sayang, kita saja belum tahu kapan bisa kembali ke Yogyakarta..." bujuk Surtini lembut.
"Pokoknya Atan akan membuat dunia damai ! Atan benci perang!" geram bocah berusia 11 tahun itu.
"Ssshh... Iya. Nanti kamu akan menjadi pahlawan karena membawa perdamaian di dunia ..." senyum Surtini.
Daniel dan Caroline menatap wajah geram Atan yang mereka tahu namanya anak kecil pasti ketakutan dengan situasi seperti ini.
Orang dewasa saja juga sangat ketakutan, apalagi anak kecil.
Suara mesin pesawat terbang diatas rumah mereka membuat semua orang menahan nafas karena mereka takut jika itu pesawat b*mber meskipun Belanda tidak ikut tapi Belanda berbatasan dengan Belgia.
"Semua gara-gara Wilhelm II, Prusia si@lan itu !" umpat Daniel kesal.
"Dia merasa Jerman paling kuat jadi seenaknya ..." timpal Caroline.
"Wilhelm II itu siapa mommy?" tanya Arga.
"Dia adalah kaisar Jerman yang masih ada saudara dengan keluarga Kerajaan Inggris..." jawab Carlotta.
"Tapi kenapa berperang, Mommy?"
"Karena dia adalah orang yang haus kekuasaan. Kamu ingin diakui hebat itu bagus tapi yang seperti apa dulu. Kamu hebat di dunia akademik, bisa berguna bagi banyak orang, itu awesome. Tapi jika kamu punya kuasa dan masih kurang itu namanya serakah. Tidak memperdulikan bagaimana kondisi orang lain yang penting kamunya. That's a big NO NO ... Jadi besok kalau Arga atau Atan besar dan kalian punya kesempatan menjadi penguasa di bidang apapun ... Ingat. Setiap langkah kalian itu harus diperhitungkan apalagi yang berhubungan dengan hajat orang banyak ..." ucap Carlotta panjang lebar. "Tapi jika kamu sudah mikir hajar duluan mikir belakangan... Berarti kamu sudah tahu konsekuensinya dan itu harus kamu terima. Paham?"
***
Noter
Wilhelm II ( Jerman: Friedrich Wilhelm Viktor Albrecht; 27 Januari 1859 – 4 Juni 1941 ) adalah Kaisar Jerman ( Kaiser ) dan Raja Prusia terakhir. Ia berkuasa dari 15 Juni 1888 sampai turun takhta pada 9 November 1918 tak lama sebelum kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I.
Sumber dari Wikipedia
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
🌹☕ ❤