Laras Sagita, gadis kampung yang polos, lucu, dan blak-blakan, merantau ke kota untuk mengubah nasib. Di hari pertamanya melamar kerja sebagai sekretaris, ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik seorang pria tampan yang ternyata adalah calon bosnya sendiri, Revan Dirgantara, CEO muda yang perfeksionis, dingin, dan sangat anti pada hal-hal "tidak teratur"—alias semua yang ada pada diri Laras.
Tak disangka, Revan justru menerima Laras bekerja—entah karena penasaran, gemas, atau stres akibat energi gadis itu. Seiring waktu, kekacauan demi kekacauan yang dibawa Laras membuat hari-hari Revan jungkir balik, dari kisah klien penting yang batal karena ulah Laras, hingga makan siang kantor yang berubah jadi ajang arisan gosip.
Namun di balik tawa, perlahan ada ketertarikan yang tumbuh. Laras yang sederhana dan jujur mulai membuka sisi lembut Revan yang selama ini terkunci rapat karena masa lalu kelamnya. Tapi tentu saja, cinta mereka tak mudah—dari mantan yang posesif,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Sudah hampir tujuh bulan Revan dan Laras menjalani pernikahan mereka. Hubungan mereka makin lengket, makin heboh, dan... makin sering rebutan remote TV.
Tapi entah kenapa, belakangan ini ada satu topik yang mulai sering muncul di antara candaan mereka: anak.
Pagi itu, Laras sedang nonton vlog ibu-ibu parenting sambil makan mangga pakai garam. Revan yang lewat langsung berhenti, lalu melotot.
Revan: "Loh, kamu makan mangga campur garam jam segini? Lagi ngidam?"
Laras (cuek): "Ngidam tontonan. Ini lucu tau, bayi kecil belajar jalan. Mas Revan, kita kapan punya bayi, ya?"
Revan langsung beku di tempat.
DIA YANG MAU NANYA ITU DARI KEMARIN. Tapi gengsi duluan.
Revan (clearing throat): "Hmm, ya... kalau kamu siap, aku juga udah pengin sih. Tapi ya pelan-pelan aja..."
Laras: "Pelan-pelan gimana? Kita tiap malam pelan juga enggak, Mas."
Revan (batuk keras): "Eheh! Bukan gitu maksudnya..."
Satu Minggu kemudian
Minggu itu, Laras mulai gampang capek. Mual dikit-dikit. Dan anehnya... nangis waktu liat iklan susu bayi.
Arga:"Bos Laras, kenapa nangis pas liat iklan dot bayi? Kan itu cuma dot..."
Laras (meringis ): "Aku juga nggak tahu... Dot-nya lucu bangetttt!"
Revan yang nguping langsung panik mode on.
Dia buka Google: “istri sering mual dan nangis lihat bayi, artinya apa”
Hasilnya? 99% jawaban: HAMIIILLLL.
Sore harinya, Revan pulang ke rumah lebih cepat dari kantor. Bawa test pack tiga biji.
Revan (gemetaran kasih ke Laras): "Kamu... coba ini deh. Aku deg-degan."
Laras: "Lah kenapa kamu yang heboh? Aku cuma pusing dan doyan mangga."
Revan: "Itu kode dari Tuhan, Laras. Ayo tes!"
Tiga menit kemudian, Revan dan Laras berdiri menatap alat kecil itu.
Dua garis merah.
Laras: "Mas… ini… serius?"
Revan (mulut setengah terbuka): "...Kita udah jadi orang tua?"
Laras: "Tapi... kita bahkan belum beli stroller!"
Revan: "Ya udah, beli sekarang. Online. Flash sale. Tiga sekaligus!"
Malam itu mereka tidak bisa tidur. Revan berusaha belajar dari YouTube cara menjadi ayah baru, sementara Laras sibuk googling: "bayi dua minggu boleh makan apa?"
Revan: "Laras... dia belum lahir, belum bisa makan."
Laras: "Aku panik, Mas! Aku nggak tahu caranya jadi ibu!"
Revan: "Kita belajar bareng. Yang penting, kita ngadepin ini sama-sama."
Lalu Revan memeluk Laras dari belakang sambil bisik:
"Terima kasih ya... udah kasih aku hadiah paling besar di dunia."
Laras masih belum percaya. Rasanya seperti mimpi. Baru beberapa bulan jadi istri Revan, sekarang sudah jadi calon ibu.
Sementara Revan... yah, dia berubah dari CEO tenang menjadi papa muda super panik yang lebih heboh dari penggemar boyband Korea.
Hari itu mereka ke dokter kandungan, dengan Revan membawa satu map penuh hasil Googling dan catatan. Serius. Sampai suster yang melayani nahan ketawa.
Revan (tegang): “Dok, tolong ya... diperiksa detail. Ini pertama kali, jadi saya harus tahu semuanya. Kandungan sehat? Jantung bayi? Kaki? Tangan?”
Dokter (tersenyum sabar): “Pak, usia kehamilannya baru dua minggu. Bayinya masih kayak biji wijen.”
Laras (cengengesan): “Mas, biji wijen nggak punya kaki duluan…”
Revan mengangguk penuh keseriusan.
“Tetap harus dicek. Nggak boleh ada yang luput.”
Dokter: “Saya dukung semangat ayah barunya.”
Sejak pulang dari dokter, Revan berubah jadi satpam pribadi.
Laras mau ambil galon? Langsung dicegah.
Laras duduk selonjor? Langsung diganjel bantal.
Laras mau pakai hak tinggi? Langsung disita.
Bahkan jalan ke kantor? Disuruh naik mobil listrik dari parkiran ke lobi.
Arga: “Pak Revan, ibu Laras cuma mau ke dapur, kenapa dikawal kayak presiden?”
Revan: “Saya nggak main-main, ini anak saya.”
Laras (ngelirik sinis):“Mas, kamu tuh lebih drama dari saya yang hamil.”
Revan dan Laras sepakat belum mau umumkan kehamilan sebelum kandungan kuat. Tapi ternyata, Arga bocor! Entah gimana ceritanya, tiba-tiba Mama Veronica udah video call dari pagi dengan ekspresi campur aduk.
Mama Revan: “INI BENAR LARAS HAMIL? CUCUKU?!”
Revan (kaget):“Argaaaa!”
Lalu seperti efek domino, kabar itu menyebar ke seluruh keluarga: Papa Revan, ibu dan Ayah Laras, bahkan... Bibi Nur yang julit pun langsung video call dan nangis bombay.
Bibi Nur: “Laras, kamu akhirnya berhasil juga, ya nak... Jadi istri, dan sekarang bakal jadi ibu. bibi bangga!”
(detik berikutnya ia langsung kasih 76 saran soal hamil dari A-Z)
Karena semua sudah tahu dan heboh, keluarga sepakat bikin syukuran kecil di rumah Revan akhir pekan itu.
Ada nasi tumpeng, doa bersama, dan... sesi cerita konyol masa kecil Revan oleh mamanya yang bikin Laras ngakak sampai sakit perut.
Mama Revan: “Dulu Revan pernah pura-pura sakit cuma karena nggak mau makan bayam. Sekarang dia bakal jadi ayah. Siap nggak, Nak?”
Laras (senyum nakal): “Kalau anak kita nanti drama kayak ayahnya, aku siap nyuruh Mas Revan ikut Parenting Class.”
Revan hanya bisa menghela napas.
“Dunia… bersiaplah. Kita akan punya bocah kecil Revan dan Laras.”
Malam itu sebelum tidur, Laras peluk Revan erat-erat.
Laras: “Mas, kamu tahu nggak… Aku deg-degan. Bahagia, tapi takut.”
Revan (membelai rambutnya): “Aku juga. Tapi aku janji... aku bakal ada terus buat kamu. Setiap detik.”
Dan seperti biasa... Laras nangis lagi. Kali ini bukan karena iklan dot, tapi karena hatinya terlalu penuh oleh cinta.
Laras : " Huaaaa... Ibu... Mama... Ms Revan terlalu romantis Laras mau pingsan..."
Revan ya g awalnya panik langsung tertawa lucu mendengar tangisan sang istri lalu memeluknya.
Kebahagiaan terkadang tidak mesti hal yang mahal atau besar, bisa jadi saat kebersamaan dan kasih sayang yang tulus bisa membuat kita bahagia juga.
Wanita hanya ingin di mengerti dengan perhatian sang suami yang tulus
Bersambung
🌹🌹🌹🌹🌹