Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.
Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAS 35
Hari yang ditunggu-tunggu baik Amar maupun Budi telah tiba-tiba. Baik Amar maupun Budi telah masuk ke ruangan pak Tommy untuk menyerahkan proposal yang telah mereka buat.
Amar tampak bersikap sangat tenang, begitu pula Budi. Namun tanpa ada yang menyadari, ada seringai sinis yang terbit di sudut bibirnya.
'Aku pastikan, setelah ini karirmu akan hancur, Amar. Dan setelahnya, aku lah yang akan menduduki posisimu. Posisi yang memang seharusnya jadi milikku,' batin Budi bermonolog.
Budi memang telah lebih dulu bekerja di perusahaan itu, tapi jenjang karirnya kalah dari Amar yang belum lama masuk ke perusahaan tersebut. Budi yang telah berekspektasi tinggi akan naik jabatan, seketika mendendam saat Amar lah yang ditunjuk sebagai Kapala divisinya.
Sejak saat itu Budi menaruh dendam pada Amar. Namun ia tidak pernah menunjukkannya secara terang-terangan. Ia memang begitu pandai menutupi ketidaksukaannya pada Amar dengan sangat rapi.
Budi ingin sekali menyingkirkan Amar, tapi ia selalu gagal. Apalagi ia akui, Amar memang lebih kompeten di bidangnya. Namun sikap tak mau kalah dan tidak terima kenyataan membuat Budi mengobarkan api dendam yang makin hari makin membara. Hingga suatu hari, mantan kekasihnya di masa lalu kembali muncul sebagai pegawai baru di perusahaan tempatnya bekerja.
Cinta yang belum usai pun bersemi kembali. Tak peduli kalau ia sudah beristri, ia pun kembali menjalin kasih dengan sang wanita. Budi juga menceritakan perihal kebenciannya pada Amar kepada sang kekasih gelap. Hingga akhirnya mereka pun merencanakan menghancurkan Amar dengan bantuan Nafisa. Nafisa akan mendekati Amar dan menghancurkannya. Bukan hanya karir, tapi juga rumah tangganya.
Dan sepertinya hari itu telah tiba. Setelah berhasil memporak-porandakan rumah tangga Amar dan Aliyah hingga membuat sang istri koma, kini giliran mereka untuk menghancurkan karir Amar. Budi lagi-lagi menyeringai penuh percaya diri saat proposal dirinya tengah dibaca sang atasan. Ia yakin, proposalnya akan diterima dengan baik. Ia yakin, kali ini ia dapat menang dari Amar. Ia yakin, rencananya dan Nafisa akan mendulang sukses besar kali ini.
Flashback on
Nafisa kembali ke ruang divisi dengan tergesa. Sambil celingukan, sambil memastikan tak ada seorang pun di sana, ia pun segera menuju meja kerja Amar.
Nafisa tersenyum. Lantas ia pun segera menyalakan komputer Amar. Namun saat layar menyala, di hadapannya telah terpampang kalimat yang meminta password untuk masuk ke komputer. Mata Nafisa seketika terbelalak. Sebab terakhir kali saat ia membuka komputer itu, komputernya tidak diberi sandi seperti ini.
Nafisa pun menggeram kesal, "sial. Ternyata dia sudah mulai waspada," geram Nafisa benar-benar kesal.
Nafisa mencoba mengotak-atik komputer tersebut menggunakan berbagai variasi angka maupun huruf yang sekiranya bisa membuka komputer tersebut. Namun setelah mencoba berulang kali, ia selalu saja gagal. Kombinasi password yang ia coba masukkan selalu saja salah.
Nafisa juga mencoba membuka laci meja kerja Amar. Ia harap Amar kembali ceroboh dengan menyimpan proposal itu di sana, sama seperti saat ia menyimpan berkas laporan tempo hari.
Namun lagi-lagi matanya terbelalak sebab saat laci itu terbuka hanya ada selembar kertas yang berisi tulisan 'MAAF, ANDA BELUM BERUNTUNG!'
Dada Nafisa naik turun. Ia benar-benar kesal saat ini.
"Apa Amar telah mengetahui perbuatan kami?" gumamnya penasaran. "Ah, tidak mungkin. Mana mungkin ia tahu. Pria itu terlalu bodoh untuk mencurigai ku," imbuhnya lagi penuh percaya diri.
Karena sibuk mengutak-atik komputer, Nafisa sampai tak sadar sudah 20 menit berlalu. Ia baru sadar saat Amar menghubunginya.
"Astaga, bagaimana ini? Amar pasti curiga kalau aku terlalu lama."
Nafisa gugup. Namun sebisa mungkin ia mengendalikan dirinya agar bersikap tenang. Setelah perasaannya sedikit tenang, Nafisa pun gegas mengangkat panggilan itu.
"Hallo, Mas," ucapnya dengan suara sedikit dilemah-lemahkan.
"Sa, kamu kok lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Amar seolah khawatir.
"Nggak, Mas. Aku nggak papa. Aku hanya sedikit sakit perut. Sepertinya aku karena aku tadi makan kebanyakan sambal deh. Jadinya ... Aduh ... Mas, mas tunggu aku sebentar lagi yah. Tapi ... Kalau mas mau segera pulang, nggak papa. Nanti aku pulang sendiri saja," ujarnya.
"Kamu sakit? Kenapa nggak bilang? Ya udah, aku susul ke atas ya."
"Tidakkkk," pekik Nafisa reflek membuat langkah kaki Amar seketika terhenti. "Ah, maaf, aku tadi reflek berteriak soalnya perutku tiba-tiba terasa melilit," dusta Nafisa. "Mas nggak perlu repot. Aku ... aku nggak papa kok. Ya udah, kalau Mas masih mau tunggu, nggak papa. Tunggu sebentar lagi aja kok."
"Ya udah, aku tunggu. Tapi kalau dalam waktu 15 menit kau tak kunjung turun, aku n akan segera menyusul ke atas," putus Amar yang disetujui Nafisa.
Panggilan telah ditutup, ia pun lanjut mengotak-atik komputer Amar, tapi Nafisa tak kunjung bisa membobol password nya.
Hingga akhirnya, ia pun teringat dengan rencana cadangannya. Ia pun segera mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah flashdisk berisi virus yang bisa menghancurkan sistem komputer hingga file-file yang ada di dalamnya.
Dengan seringai jahatnya, Nafisa lantas mencolokkan flashdisk tersebut. 5 menit kemudian, Nafisa mencabut flashdisk dan mematikan komputer. Virus tersebut akan bergerak dengan cepat setelah komputer kembali dinyalakan. Bila ia tidak bisa mengambil file di dalamnya, maka jalan terakhir adalah menghancurkannya.
Tanpa sepengetahuan Nafisa, Amar sudah dapat menduga semua permainan mereka. Ia tidak masalah sistem komputer itu rusak, yang penting file-file di dalamnya telah ia amankan terlebih dahulu.
Sepuluh menit kemudian, Nafisa telah turun ke lobi kantor. Nafisa mengubah mimik wajahnya seolah-olah menahan sakit demi meraih perhatian Amar dan agar tidak curiga.
Flashback off
Pak Tommy meletakkan proposal buatan Budi. Kini ia mengambil proposal milik Amar dan membacanya dengan seksama. Amar terlihat begitu tenang membuat Budi sedikit heran. Bukankah kemarin Amar tampak cemas saat menyalakan komputer dan tiba-tiba komputernya blank. Amar bahkan sampai memanggil tim IT kantor untuk memulihkan sistem komputernya, tapi ternyata komputernya benar-benar rusak. Jadi mana mungkin Amar bisa membuat proposal baru dalam waktu yang sangat singkat. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Budi.
Hingga sebuah seruan beserta sebuah tepuk tangan membuyarkan lamunan Budi mengenai Amar.
"Selamat, selamat pak Amar. Kerja kerasmu memang tak pernah mengecewakan. Sesuai perkataanku tempo hari, pemilik proposal terbaik akan mendapatkan hadiah dariku."
Jelas saja kalimat yang diucapkan pak Tommy membuat Budi berang.
"Itu tidak mungkin. Pasti ada konspirasi di sini. Aku yakin, proposal buatan ku jauh lebih baik," seru Budi yang tidak terima kekalahannya.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
𝐭𝐨𝐢𝐥𝐞𝐭 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐢𝐛𝐮
𝐝𝐨𝐚 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐝𝐨𝐚 𝐢𝐛𝐮
𝐠𝐞𝐧𝐝𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐫𝐭𝐦 𝐚𝐧𝐤 𝐠𝐞𝐧𝐝𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮
𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐢𝐛𝐮 𝐥𝐚𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠𝐢 𝐚𝐧𝐚𝐤𝟐𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐬𝐤𝐢𝐩𝐮𝐧 𝐛𝐥𝐦 𝐭𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐫𝐮𝐩𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐧𝐲𝐚 😭😭😭😭😭
𝐜𝐢𝐫𝐢𝟐 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐣𝐣𝐚𝐥
𝐝𝐫𝐩𝐝 𝐡𝐝𝐮𝐩 𝐦𝐚 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐤 𝐬𝐢𝐟𝐚𝐭 𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐤 𝐝𝐚𝐣𝐣𝐚𝐥
𝐦𝐞𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐭𝐩 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚
𝐝𝐫𝐩𝐝 𝐩𝐧𝐲 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢 𝐭𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚
𝐦𝐚𝐦𝐚𝐦 𝐭𝐮 𝐚𝐦𝐚𝐫 𝐬𝐮𝐤𝐮𝐫𝐢𝐧