Dalam novel Yuna sering membaca tentang perjodohan, dari benci hingga akhirnya saling mencintai.
Namun ia tidak pernah menyaka bahwa kisah tentang perjodohan terjadi kepadanya. Ternyata rasanya campur aduk, cemas dan kebingungan karena belum pernah mengenal satu sama lain. Terlebih lagi Yuna memiliki pujaan hati yang bernama Sunoo, cinta pertamanya.
Pertemuan pertama Yuna dan laki-laki yang di jodohkan olehnya terbilang tidak baik, ada kesalahan disana.
Bagaimana pun Yuna harus menerima perjodohan tersebut, terlebih lagi mereka sudah di jodohkan sejak balita. Meski begitu ia menyadari bahwa tersimpan rahasia terdahulu antara mereka yang tidak Yuna ketahui, selain Jungkook.
Entah rahasia apa yang di sembunyikan Jungkook?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apriliyakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Yuna menatap selembar foto tepat di meja kerja Jungkook di kediam milik pria tersebut. Entah mengapa air mata yang kini mengering kembali terurai membasahi kedua pipinya.
"Yuna, boleh duduk si samping?"tanya Ibunda Jungkook dengan lembut.
Dengan senang hati Yuna mengizinkan.
"Kamu tahu kenapa Jungkook sangat membenci kami sebelum kejadian yang menimpa hari ini, dia ingin tetap menikah denganmu."
"Maksudnya seperti apa?"
"Kamu pasti sudah mengetahui alasan dia harus menikah dengan Alea, Jimin mengatakan semuanya bukan?"
Yuna mengangguk lesu ketika ia menatap foto tersebut,"Kenapa dia tidak mau cerita semuanya sendiri?"
"Karena dia tidak mau membuatmu sedih, bahkan dia bersikeras untuk menolaknya. Jungkook masih berharap bahwa kalian bisa bersama."
"Apa kalian tidak bisa membiarkan aku dan Jungkook bersama? Kenapa harus Alea."
"Karena perusahaan kami yang dalam bahaya, itu semua karena Alea yang melakukannya. Tidak ada harapan lain selain Jungkook terlebih wanita itu hanya menyukainya."ujar Ibunda Jungkook.
Yuna terus tertunduk lesu, ia tidak mampu mendongakkan kepalanya hanya untuk melihat pada sang pembicara.
"Sabar Yuna, ini sudah menjadi jalannya. Kita tidak bisa menahan takdir."
Jika mereka tidak memaksa apa Jungkook akan mengendarai mobil seorang diri? Tidak!
Mau menyalahkan siapa? Yuna bahkan tidak dapat menyahkan orang lain karena takdir yang tidak dapat ia terima itu.
"Yuna, jika kamu mau. Kamu bisa menginap di kamar ini untuk menghilangkan kerinduan sebelum kembali ke Swiss."
Yuna hanya terdiam saja, tidak menggubris perkataan Ibunya Jungkook.
"Sudahlah tenangkan dirimu, aku permisi."
Setelah kepergian Ibunda Jungkook, air mata Yuna pecah kembali kali ini sembari meringkuk layaknya bayi dalam kandungan sambil memeluk foto antara mereka.
"Kenapa semuanya harus terjadi!"
"Aku benar-benar membenci takdir!"
Teriakan Yuna yang tidak seberapa mampu membuat orang yang berada di lantai atas saling bertatapan iba.
Ikatan di antara keduanya tidak sesederhana yang terlihat, mereka istimewa.
"Jungkook aku sudah mencintaimu, tapi ternyata kamu meninggalkan untuk selamanya. Tega sekali!"
"Apakah ini balasannya setelah membuatku jatuh cinta?"
Belum habis kesedihan yang terjadi pada Yuna, kita akan beralih pada wanita lain yang mencintai Jungkook yaitu Alea.
Kali ini wanita berambut lurus itu tengah berada di ruang kerjanya sambil mencoret beberapa daftar yang ada di buku hariannya.
"Siapa suruh kamu bermain dengan api jika tidak ingin menerima asapnya."gumam Alea sambil tersenyum smirk.
"Alea, apa ini!"pekik Ayahnya yang baru saja masuk kedalam dengan mata berapi-api melempar selembaran kertas.
Alea mengerutkan keningnya, ia mengambil beberapa lembar kertas yang di bawa Ayahnya itu sambil tersenyum.
"Apa kamu yang.."
"Kenapa? Apa salahnya?"
"ALEA!"
"Tenang saja, perusahaan akan aman jika aku yang menanganinya."
"Kamu yang mencelakai Alina ketika ia berada di tangga, setega itu kamu!"
"Memangnya apa yang tidak bisa aku perbuat?"
"Alea!"
"Siapa suruh appa memberikan saham sebanyak itu kepada Alina."
"Sifat kalian sangat berbeda!"
"Kenapa aku harus memiliki hal yang sama dengan wanita lumpuh itu? Sepertinya aku salah harusnya aku membunuhnya hingga mati."ancam Alea dengan kejam.
"Appa sangat kecewa dengan sikap kamu!"
"Memangnya kehadiranku di anggap oleh appa? Tidak!"
Perdebatan antara anak dan Ayah terus terjadi sampai akhirnya Alea membanting kursi yang ia duduki, sikap dan sifatnya memang sudah kelewatan selalu ingin memang sendiri tidak mau kalah dari siapa pun.
"Apa jangan-jangan Jungkook--"
...****************...
Saatnya tiba, Yuna akan segera kembali ke Swiss sambil membawa beberapa barang yang menurutnya perlu. Tidak banyak hanya isi bingkai foto di dalam kamar Jungkook, sebagai kenang-kenangan karena milik wanita itu ada di rumah lama akibat kesalah pahaman dulu.
"Jaga diri baik-baik Yuna, jangan terlalu sedih."ucap Ibunda Jungkook memeluk Yuna dengan lembut bahkan mengecup keningnya seperti pada anak sendiri, sedangkan Ayah Jungkook terlihat tidak bersahabat bahkan mukanya di tekuk saja.
Ketika Yuna sudah melangkah jauh, tiba-tiba Jimin berlari menghampiri Yuna sambil memberikan nomor handphone agar Yuna bisa menghubunginya.
Kening Yuna mengerut,"Aku harus menghubungi siapa? Aku tidak akan mengetahui kabar orang yang aku sayang karena sudah berada jauh di sana. Apa kamu ingin aku mneghubungimu Jimin?"
Jimin menggeleng cepat,"Bawa saja Nona, mungkin ini akan berguna. Suatu saat Nona Yuna akan tahu siapa pemiliknya, selamat menikmati hidup di Swiss dan selamat tinggal Nona. Jaga diri baik-baik."
Perkataan Jimin sangat aneh, untuk apa Yuna menyimpan nomor orang yang tidak di kenal. Maksud Jimin apa? Suatu saat nanti?
Ah sudahlah!
Kepergian Yuna dari Amerika Serikat adalah yang pertama dan terakhir kalinya karena ia memutuskan untuk tidak kembali ke tempat tersebut. Cukup hari ini yang menjadi kenangan pahit untuknya, hanya kali ini saja. Selebihnya Yuna akan mengawalinya dengan bahagia tanpa beban atau apa pun, cukup kenangan yang sudah seharusnya di ingat.
Setibanya di Swiss Yuna segera masuk ke dalam mobil nampak tidak seperti biasanya yang memancarkan aura kebahagiaan. Lagi pula siapa yang akan tertawa hingga senyum ketika ia baru selesai melakukan pemakaman orang tercintanya.
"Yuna, apa kamu ingin makan sesuatu?"
Yuna menggeleng dengan cepat, raut wajahnya terlihat sangat kelelahan."Apa boleh kita pergi ke rumah? Sepertinya badanku tidak enak."
"Baiklah."
Mereka kembali ke rumah, membasuh setiap lelah kemudian kembali istirahat setelah lama di sana.
"Bagaimana dengan keadaan-mu?"tanya Ibunda Yuna ketika melihat anak kesayangan nya tertidur sambil memeluk boneka beruang.
Yuna tidak menggubris, sudah tidak ada tenaga untuk menjawab segala pertanyaan.
"Sedih boleh saja Yuna, tapi dengan begitu Jungkook akan merasa sedih juga. Biarkan dia bahagia di sana, jangan terus mengenang seseorang yang sudah tidak ada."
Mau berapa kali orang mengatakan jika Yuna sedih maka tidak ada yang bisa melerainya.
"Baiklah, jangan lupa makan ada di atas meja. Dan itu disana ada obat agar kamu tidak sakit lagi, cepat sembuh sayang."
Di balik selimut yang menutup tubuh mungilnya itu Yuna mengenang setiap inci kenangan yang ada. Siapa yang tidak akan mengenang kekasihnya? Pasti.
"Kenapa Tuhan?"gumam Yuna dengan sedih.
Perlahan matanya mulai meneteskan air mata, jika orang lain bertanya apakah tidak lelah menangis maka jawabannya tentu. Mau bagaimana lagi karena wanita hakikatnya menangis jika ia tengah tidak baik-baik saja.
Beberapa kata ingin sekali Yuna katakan pada Jungkook, bahwa sejujurnya ia mencintai pria tersebut dengan sangat. Setidaknya jika berhasil membuat seorang wanita jatuh cinta maka ia harus berani untuk menjadikan wanita itu satu-satunya dan tidak meninggalkan.
Bukankah begitu?
Hari berlalu begitu cepat, kesedihan yang menimpa Yuna mulai ia lupakan seiring berjalannya waktu. Kehidupan harus berjalan karena masih panjang terutama usia Yuna masih muda.
"Yuna kenapa kamu terlihat bahagia sekali?"tanya Melissa ketika ia melihat sebuah foto di handphonenya.
"Apa kamu percaya cinta?"
"Sepertinya tidak untuk saat ini, lalu kamu?"
"Tentu saja, aku percaya karena aku sudah menemukannya."
"Boleh aku lihat? Dimana sekarang dia?"
Yuna menatap kearah jendela, tepat di atas langit ia menunjuk,"Disana, dia sudah pergi ke alam lain tapi kenangan yang kita buat ada di sini."ujar Yuna menunjuk tepat di dadanya.
"Kamu beruntung sudah mengenalnya, aku ikut bahagia dan berduka cita atas kepergiannya."
Lengkung senyum di pipi Yuna melengkung indah,"Aku sangat beruntung, semoga di kehidupan selanjutnya kami bersama lebih lama."