Ini adalah kisah cinta pria berkebangsaan Korea dan gadis berdarah Indonesia.
Waktu SMA, Ha joon tidak setampan sekarang. Pria itu gemuk dan selalu memakai kacamata tebal kemana-mana. Ha joon sangat menyukai Rubi, gadis populer di sekolahnya.
Namun suatu hari Ha joon mendengar Rubi menghina dan mengolok-oloknya di depan teman-teman kelas mereka. Rasa suka Ha joon berubah menjadi benci. Ia pun memutuskan pindah ke kampung halamannya di Seoul.
Beberapa tahun kemudian, Rubi dan Ha joon bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan. Ha joon sempat kaget melihat Rubi yang berada di Korea, namun rasa dendamnya sangat besar hingga ia berulang kali menyakiti perasaan Ruby.
Tapi, akankah Ha joon terus membenci Ruby? Mulutnya berkata iya, namun tiap kali gadis itu tidak ada didepan matanya, ia selalu memikirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Private gathering?
Keesokan harinya di kantor, Ruby bekerja seperti biasa. Kali ini ia tidak melihat Ha Joon mendatangi studio lagi. Beberapa model yang mengharapkan kedatangannya tampak kurang bersemangat. Mereka sudah terbiasa melihat sang penguasa perusahaan memantau pemotretan mereka hampir satu minggu ini. Itu sebabnya begitu Ha Joon tidak muncul lagi banyak yang kurang bersemangat. Mungkin hanya Ruby yang lega dengan ketidakhadiran pria itu.
"Apa pak Ha Joon sibuk? Kira-kira kenapa dia tidak datang ya?" beberapa model yang sedang di rias mulai bergosip.
"Mungkin saja dia sangat sibuk hari ini. Kalian tahu sendiri kan pak Ha Joon itu adalah orang paling penting di perusahaan ini. Dia tidak akan terus-terusan melakukan hal-hal yang tidak penting seperti mengawasi pemotretan kita. Tanggung jawabnya sangat besar."
Ruby setuju. Ha Joon memang punya tanggung jawab yang lebih penting.
"Ruby-ah!"
Ruby menoleh. Sena, model yang cukup akrab dengannya mendekat ke arahnya. Wanita itu selalu ceria, seperti tidak punya beban hidup. Berbanding terbalik dengan Ruby yang menyimpan banyak luka dalam hatinya. Saking begitu banyak luka yang tersimpan di hatinya, ia jadi terbiasa pura-pura bahagia. Ia tersenyum menatap Sena.
"Malam ini kau ada acara?"
Ruby berpikir sebentar sebelum menggelengkan kepala.
"Memangnya kenapa?" tanya.
"Temani aku ke suatu tempat, pleaseee." Sena menunjukkan wajah memohon-mohonnya ke Ruby.
"Ke mana?" tanya Ruby lagi. Ia perlu bertanya sebelum mengiyakan bukan?"
"Kau akan tahu nanti. Pokoknya aku jamin kamu tidak akan rugi." sahut Sena ceria. Tapi perkataan wanita itu justru membuat Ruby semakin penasaran dan ragu.
Sena bertingkah misterius, yang membuat Ruby seperti enggan untuk ikut. Apalagi meski cukup akrab, Ruby tidak benar-benar mengenal Sena. Mereka hanya bertemu di kantor, karena sama-sama menjadi model di perusahaan itu.
"Sena, kau mengajak Ruby keluar nanti malam, tidakkah kau berpikir kalian akan capek saat mengikuti kegiatan camping besok?" Bora, si penata rias tiba-tiba nimbrung di tengah-tengah keduanya.
Camping?
Ruby tiba-tiba ingat perkataan Oh Jin young kepada Ha Joon dalam lift kemarin. Tapi, apa model juga diharuskan ikut? Mereka kan bukan karyawan.
"Bora unnie jangan khawatir. Aku dan Ruby tidak akan capek. Kami hanya makan kok." kata Sena memberi bocoran dari sikap misteriusnya tadi.
"Makan?" Ruby menatap wanita itu, dan Sena mengangguk. Ruby sedikit merasa aneh. Kenapa Sena mengajaknya makan? Mereka tidak terlalu dekat.
Sena tersenyum penuh rahasia, lalu menepuk-nepuk lengan Ruby seperti ingin menenangkan kecurigaan yang mulai tumbuh di mata gadis itu.
"Tenang, Ruby-ah. Bukan makan biasa kok. Tempatnya spesial. Aku dapat undangan dari kenalan. Tapi aku gak mau pergi sendiri. Aku butuh teman yang bikin aku nyaman, dan aku langsung kepikiran kamu."
Ruby menatap Sena lebih lama. Wanita itu tampak tulus, tapi tetap saja ada rasa ragu yang menggelayuti hatinya. Ia tidak terbiasa menerima ajakan mendadak dari orang yang belum benar-benar ia kenal. Tapi di sisi lain, ia juga merasa... terlalu sering menolak segala bentuk keakraban yang ditawarkan orang. Mungkin ia memang terlalu sering bersembunyi di balik tembok dingin demi melindungi diri.
"Baiklah," ucap Ruby akhirnya, dengan suara pelan. "Tapi kalau tempatnya aneh atau kamu bohong, aku akan pulang."
Sena tertawa senang dan langsung merangkul Ruby.
"Deal! Kau tidak akan menyesal, percaya padaku."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malamnya, Ruby berdiri di depan gedung restoran mewah di kawasan Gangnam. Ia menatap ke sekeliling, mencoba memahami kenapa Sena mengajaknya ke tempat semewah ini hanya untuk makan malam.
Sena melambaikan tangan dari dekat pintu masuk, terlihat sangat menawan dalam balutan dress elegan berwarna merah muda.
"Ruby, sini!" panggilnya riang.
Dengan ragu, Ruby mendekat.
"Kenapa tempatnya mewah sekali?"
"Aku kan bilang ini spesial." Sena mengedipkan mata dan menarik tangan Ruby masuk ke dalam.
Mereka melewati lorong bercahaya hangat, lalu tiba di sebuah ruangan VIP. Saat pintu dibuka oleh pelayan, Ruby terdiam.
Ruangan itu penuh dengan wajah-wajah pria dan beberapa wanita yang tidak ia kenal. Spesial di mata Sena, tapi tidak untuk Ruby. Ia tiba-tiba menyesali keputusannya.
Ruby berdiri kaku di ambang pintu. Ruangan VIP itu begitu mewah, dengan lampu kristal bergelantungan di langit-langit, meja makan panjang berhiaskan bunga segar dan lilin aromaterapi, serta para tamu yang berpakaian mencolok. Aroma wine dan parfum mahal bercampur dalam udara. Ruby tidak merasa nyaman.
Sena menggenggam tangannya dan membisik,
"Tenang saja. Mereka semua orang baik. Ini semacam private gathering. Santai saja."
Ruby ingin bertanya, gathering siapa? Tapi sebelum sempat bicara, seorang pria muda menghampiri mereka.
"Sena! Kau datang juga," sapa pria itu hangat, lalu menatap Ruby dengan senyum menyelidik.
"Dan ini?"
"Ini Ruby," jawab Sena.
"Temanku. Dia juga seorang model."
"Ah," pria itu mengangguk, matanya menilai Ruby dari ujung kepala sampai kaki.
"Senang bertemu denganmu. Aku Jae Min. Duduklah, kami baru mulai."
Ruby hanya tersenyum tipis dan mengikuti Sena duduk di kursi kosong. Ia duduk agak di sudut, mencoba tidak menarik perhatian. Tapi itu mustahil, karena beberapa pasang mata sudah mengarah padanya, termasuk seorang pria asing yang duduk di ujung meja.
Ruby membisik pada Sena.
"Ini sebenarnya acara apa?”
Sena tersenyum kecil, kali ini tidak terlalu ceria.
"Gathering teman-teman bisnis kenalan ayahku. Aku diminta hadir, dan kupikir aku butuh teman. Menurutku kamu yang paling cocok, sikapmu elegan, kalem dan tidak kampungan. Cocok bertemu dengan orang-orang penting dan berkuasa. Kamu akan melihat dunia yang berbeda pokoknya."
Ruby terdiam. Dunia yang berbeda? Dunia penuh orang-orang berkuasa, penuh basa-basi, dan penuh niat tersembunyi? Ia sudah sangat mengenal dunia itu dari masih sekolah dulu. Dulu, hampir semua teman-temannya adalah orang-orang kaya raya dan populer yang senang memandang remeh orang lain.
"Oh ya, aku dengar Jae min mengundang pak Ha Joon. Mereka kenalan bisnis." bisik Sena lagi. Baru saja ia mengatakan nama itu, pintu ruangan tersebut terbuka, menampilkan sosok laki-laki jangkung dengan gaya kerennya yang pastinya mahal.
Bahkan semua wanita dalam ruangan itu dengan penampilan berkelas mereka, tampak tertarik dengan kedatangan Ha Joon, sosok pria misterius dalam dunia bisnis.
Ruby segera duduk di sofa sembari melihat ke arah lain. Ia berharap Ha joon tidak melihatnya. Ya ampun, padahal baru saja ia merasa lega hari ini, karena tidak bertemu dengan pria itu, tapi mereka malah di pertemukan lagi dalam sebuah acara yang isinya orang asing semua.
Detak jantung ruby sangat kencang skl berdebar deg-degan dkt sm hajoon jarak dekat skl, tanpa disadari sorot mata hajoon dan ruby penuh cinta dan kerinduan, krn ketutup dendam dimasalalu jd salahpaham....
Hajoon berusaha membentengi dirinya ke ruby penuh dendam dan kebencian....
Ruby demi kebaikan bersama sebaiknya berkata jujur kehajoon biar gak salahpaham terus....
lanjut thor....
semangat selalu.....
sehat selalu.....