NovelToon NovelToon
FOREVER HATE YOU

FOREVER HATE YOU

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:176.5k
Nilai: 4.7
Nama Author: Chyntia R

Jika ada yang paling dibenci oleh Brianna di dunia ini, itu adalah sosok lelaki bernama Arthur Matthews.

Arthur bukan hanya pria yang membully-nya di Universitas, tapi dia juga yang sudah menghancurkan hidup Brianna.

Lalu, apa jadinya jika mereka kembali dipertemukan dalam keadaan Brianna yang sudah berbeda? Apakah Arthur masih bisa bersikap semena-mena padanya? Atau justru ini adalah saat yang paling tepat untuk Brianna membalaskan dendamnya pada lelaki itu?

"Aku bukan lagi gadis yang dulu bisa kau injak-injak. Aku sudah menjadi wanita yang independen dan mampu melawanmu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap membencimu, Arthur! Selamanya!" -Brianna Walton.

"Meski penampilanmu sudah berubah, tapi kau tetaplah Brianna yang dulu. Aku tidak sabar untuk kembali mengusik hidupmu karena kau adalah permainan yang selalu menyenangkan." -Arthur Matthews.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Tak akan membiarkan

Mendengar ucapan Brianna, cengkraman tangan Arthur di dagu wanita itu perlahan mengendur. Mengambil kesempatan itu, Brianna langsung menepis tangan Arthur dari wajahnya saat itu juga.

"Jangan paksa aku, kau boleh menemui Chico kapanpun kau mau setelah aku memberinya pengertian nanti."

Brianna hendak pergi dari hadapan Arthur, tapi Arthur mencekal pergelangan tangannya.

"Apa lagi?" tanya Brianna tak gentar. Pria itu masih bergeming, mungkin masih mencerna segala ucapan yang Brianna lontarkan kepadanya beberapa saat lalu.

Brianna muak, dia ingin melepaskan tangan Arthur tapi tak bisa.

"Bisakah kau lepaskan tanganku?" tanya Brianna datar.

Arthur melepasnya saat itu juga, pria itu seperti tersadar dari keadaan yang mana beberapa saat lalu dia seperti larut dalam pemikirannya sendiri.

"Ikut aku!" tutur Arthur pelan.

Brianna pun menoleh pada pria itu. "Kemana?" tanyanya.

"Kerja." Setelah mengatakan itu, Arthur berjalan keluar dari unit Apartmennya.

Sepanjang perjalanan, Arthur hanya diam, begitupun Brianna yang duduk disamping pria itu dalam mobil yang berjalan.

Brianna merasa keadaan ini lebih baik, dia cukup tenang jika Arthur tak mengoceh, tapi jauh didalam dirinya Brianna tau bahwa pasti Arthur sedang merencanakan sesuatu dibalik sikap diamnya itu.

"Apa jadwalku hari ini?" tanya Arthur saat mobil berhenti di gedung perkantoran miliknya. Dia membuka seatbelt, dan Brianna langsung membacakan semua schedule pria itu untuk seharian ini.

Oke, sekarang waktunya kerja dan saatnya bersikap profesional, batin Brianna berkata demikian. Meski begitu, dia masih heran dengan sikap diam Arthur atas penolakannya tadi. Apa itu yang membuat Arthur jadi tampak berbeda? Atau ini hanya perasaan Brianna saja.

Setengah hari, Arthur menghabiskan waktu dengan bekerja. Dia mengecek semua berkas yang harus ditandatangani. Melakukan meeting virtual. Juga meeting di ruangan yang ada di gedung perkantorannya. Sebisa mungkin pria itu berusaha untuk fokus dengan pekerjaan, tanpa mengindahkan kehadiran Brianna yang terus berada disisinya karena tuntutan pekerjaan.

"Hai, Arthur!" Arthur menoleh saat seseorang menyapanya di restoran yang dia kunjungi untuk makan siang hari ini.

"Gerard?" Arthur menemukan pria itu disana.

Arthur tak mau jika Gerard menyadari ada Brianna disisinya, tapi terlambat, sepertinya semua sudah terlanjur, bahkan Gerard sudah menyapa wanita itu disana. Damned!

"Jadi, kau di Canada untuk menggantikan asisten pribadi Arthur?" tanya Gerard pada Brianna.

"Yah." Brianna mengulas senyum yang tidak pernah dia tunjukkan pada Arthur.

Arthur menghela nafasnya panjang, kini dia terabaikan dan Gerard justru lebih banyak bicara pada Brianna ketimbang padanya.

Mereka akhirnya duduk di sebuah meja yang sama. Arthur tak bisa mengelak karena selain terikat pekerjaan dengan Gerard, dia juga masih memiliki hubungan keluarga dengan pria itu. Lagipula, dia tak mau Gerard berpikiran yang tidak-tidak mengenai Brianna yang kini menjadi asistennya.

"Bolehkah aku memesankan makanan untukmu?" tanya Gerard pada Brianna.

Brianna mengangguk dan Arthur menatap jengah pada kedua orang itu.

"Pilihkan juga untukku," kata Arthur santai. Dia kembali menutup buku menu yang nyaris dibukanya.

"Kau pilih saja sendiri," jawab Gerard tak acuh. "Aku hanya akan memilihkan Brianna," lanjutnya.

"Kalau begitu, pilihkan aku menu yang sama dengannya." Arthur tampak santai dan Gerard akhirnya mengangguk sebab malas memperpanjang hal ini.

Brianna dan Gerard tampak terlibat percakapan berdua tanpa melibatkan Arthur, dari yang Arthur dengar sekilas sepertinya mereka tak membahas soal pekerjaan. Mereka tampak akrab, bahkan sesekali tertawa pelan yang bersahut-sahutan.

Arthur merasa seperti sedang menemani Gerard berkencan, karena kesal, akhirnya dia mencoba menghubungi nomor Serena. Dia mengajak gadis itu untuk ikut bergabung dengannya jika Serena bisa.

Beruntung, Serena rupanya sedang berada di Mall yang tak jauh dari Restoran tempat mereka berada, hingga saat makanan Arthur datang, gadis itu juga telah sampai diantara mereka semua.

"Hai ..." sapa Serena ramah. Dia melirik Brianna dan Gerard disana kemudian dahinya mengernyit, dia pikir Arthur akan mengajaknya bertemu berdua saja.

"Hai, Seren. Silahkan duduk," ujar Arthur mempersilahkan.

Gadis itu akhirnya menduduki kursi yang bersebalahan dengan Arthur.

"Kau sudah makan?" tanya Arthur.

"Sudah, aku pesan minuman saja, Kak." Serena masih belum paham kenapa Arthur mengajaknya bertemu, tapi ternyata ada orang lain juga, padahal mereka harusnya memikirkan soal perjodohan yang baru diusung oleh Jane beberapa waktu lalu.

"Siapa mereka, Kak?" bisik Serena akhirnya.

"Oh iya. Seren, kenalkan ini Gerard dan ini ... Brianna."

Mereka saling berjabat tangan bergantian. Dalam hati, Brianna mengakui kecantikan Serena, tapi sepertinya bibir gadis itu sudah tidak asli alias di operasi. Tapi, apa pedulinya?

Mereka menikmati makanan yang sudah tersaji dalam diam dan khidmat.

"Kau gadis yang dijodohkan Aunty Jane dengan Arthur?" tanya Gerard tak percaya. Dia bertanya karena Serena yang mengatakan hal itu langsung, saat Arthur yang baru saja beranjak ke toilet.

"Iya. Aku dan Kak Arthur akan segera menikah," jawab Serena percaya diri.

Brianna hanya diam mendengarkan, dia tak patut mencampuri, pikirnya.

"Oh, ku pikir Arthur tidak tertarik dengan wanita," ujar Gerard dengan nada bercanda.

"Kenapa kakak bisa mengatakan hal seperti itu?" Serena malah penasaran, padahal Gerard tak benar-benar serius dengan ucapannya.

"Ya, setahuku dia tak pernah berhubungan dengan wanita. Kau harus berhati-hati," kata Gerard lagi.

"Kenapa aku harus berhati-hati?" Kedua alis Serena nampak menyatu, menunjukkan kebingungannya akan ujaran Gerard.

"Yah, siapa tau saja dia suka sesama jenis. Bisa saja, kan? Aku tidak mau kau hanya dijadikan tameng untuk menutupi kelakuannya yang menyimpang," kata Gerard semakin meneruskan percandaannya.

Brianna yang cukup tau selera humor Gerard, hanya menanggapi itu dengan senyuman dan geleng-geleng kepala. Dia tidak ikut nimbrung dalam percakapan mereka, tapi dia bisa melihat jika Serena tampak serius menanggapi ucapan yang Gerard sampaikan.

Arthur kembali ke mejanya sesaat dari toilet, dia melihat Serena dan Gerard yang sedang bercakap-cakap.

"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa tampak serius sekali?" tanyanya menatap Serena.

Serena hanya mematut senyum tipis, tidak dipungkiri dia memikirkan ucapan Gerard tadi. Bagaimana jika ucapan itu benar? Sebab, setahunya Arthur memang tak pernah bersama seorang wanita. Bahkan selama Arthur berteman dengan Fabio---Kakak Serena---Arthur memang tak pernah terlibat dengan perempuan manapun. Serena jadi meragukan Arthur, dia termakan ucapan Gerard.

"Kita harus kembali ke kantor, Bri," ujar Arthur pada Brianna.

"Yah, baiklah."

Arthur menatap Serena. "Apa kau mau ku antar? Aku akan kembali ke kantor sekarang," katanya.

Serena menggeleng. "Tidak usah, Kak. Aku akan ke rumah temanku dulu dan tidak langsung pulang," tolaknya.

Arthur mengangguk. Kemudian melihat Brianna dan Gerard yang kembali bercakap-cakap. Lama-lama kesabarannya bisa habis melihat mereka berdua. Apalagi kehadiran Serena justru tak berimbas apa-apa untuknya. Dia pikir, gadis itu akan mengalihkannya dari dua orang yang tampak akrab itu, nyatanya sama saja, dia tetap tak menyukai kedekatan mereka.

"Sudahlah, Gerard. Kalian bisa bicara lain kali. Sekarang Brianna harus kembali bekerja," ujar Arthur malas.

Gerard tertawa sekilas. "Aku hanya sedang membuat janji dengan Brianna, tapi dia bilang dia tak ada waktu untuk menemuiku lagi karena kau sering meminta hal-hal diluar jam kerjanya," katanya sambil mengedipkan mata penuh arti.

Arthur menggeleng samar. "Ya, dia tidak ada jam kosong," katanya datar.

"Kalau weekend? Apakah bisa aku dan Brianna jalan-jalan?"

"Sudah ku bilang dia tak ada jam kosong, dia tak punya hari libur. Kalender kerjanya denganku semua berwarna hitam," ujar Arthur yang membuat Gerard terkekeh lagi saat mendengarnya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menemuinya nanti di rumahmu," bisik Gerard sembari menepuk pundak Arthur. Ucapan itu hanya mereka yang tau, sebab Brianna tak mendengarnya dan Serena sudah lebih dulu pergi dari mereka semua.

"Coba saja, kau tidak akan bisa menemuinya, karena aku tidak akan membiarkan hal itu," batin Arthur.

"Ya sudah, ayo kembali ke kantor!" ajak Brianna yang melihat Arthur menatap kepergian Gerard yang tampak semakin menjauh.

"Oke." Arthur berjalan pelan dan mengikuti langkah Brianna yang sudah berjalan lebih dulu didepannya.

Mereka kembali menaiki mobil, tapi Brianna mengernyit saat menyadari jika arah ini bukanlah jalan ke perusahaan Arthur.

"Kita mau kemana? Ini bukan rute ke rumah dan kantor? Apa mau ke Apartmen dulu? Ada yang mau kau ambil?" tebak Brianna.

Arthur menggeleng pelan. Mengingat interaksi Brianna dan Gerard tadi entah kenapa membuatnya tertekan. Bagaimana jika mereka bertemu tanpa sepengetahuan Arthur?

"Kita mau kemana?" desak Brianna menuntut jawaban dari bibir Arthur.

"Catatan sipil."

Dan jawaban pria itu membuat mulut Brianna menganga. Sepersekian detik berikutnya, Brianna menyuarakan protes.

"Untuk apa? Jangan bercanda, Arthur!"

"Tentu saja untuk menikah. Apa kau pikir aku mau jika suatu saat nanti putraku harus hidup dengan pria lain yang akan menjadi ayah sambungnya?" Arthur memikirkan kemungkinan itu karena melihat kedekatan Brianna dengan Gerard membuatnya sadar bahwa akan ada kemungkinan untuk Brianna menikah dengan pria lain nantinya.

...To be continue......

1
Inung Fani
Buruk
Anonymous
.
Ririn Nursisminingsih
briana2 ktanya cerdss akhirnya terperangkap juga dg athur kok kesel a yaa
Ririn Nursisminingsih
haduh briana kg bodoh...jg ambil pekerjaan yg ditawarkan cecilia
Ririn Nursisminingsih
ayo briana jg lemah...tunjukan kmu wanita kuat
MPit Mpit MPit
sabar briii
Khansa Rafani
Flo ini baik hati banget ..
Lenni Namora
Luar biasa
Lenni Namora
aku kasih kopi ya thorr.. biar dirimu semangat 😊
Agus Tina
Luar biasa
lena Wahyuni
suka alur dan ceritanya sampai sini suka pake bangettt
Yeni Wedding
Luar biasa
Riska Trisna
gedeg bener sama kelakuan si zach,,, udah nikah tp otaknya masih kekanak-kanakan..
dendam sih dendam ngapain terlalu ikut campur urusan kkaknya..
Mam Jes
GK jls thor d ulang2 ngantuk apah hahaha
Ctginie Ali
Luar biasa
Damar Akmal
catatan sipil.. artur🤩🤩
watashi tantides
lucky wife😳 but arthur is lucky husband too❤
watashi tantides
anjay😳😂
watashi tantides
🤣🤩
watashi tantides
mantap💖
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!