Wabah corvid 19 membuat banyak perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan , Jaka seorang pemuda tampan pun ikut terkena PHK, kehidupannya menjadi semakin terpuruk saat melihat sang istri berselingkuh dengan temannya yang sekaligus mantan atasannya , yang lebih menyakitkan lagi ternyata pemecatan dan tidak di terimanya ia bekerja juga karena ulah mereka berdua, bagaimana Jaka menghadapi penghianatan istri dan temannya....
yuk kita baca kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apel Emas
Matahari menyusup dari celah tirai. Dinda masih terlelap, tel4njang dalam selimut hangat, sementara Jaka bangun perlahan, menatap wajah wanita yang dicintainya itu.
Ia mengecup kening Dinda dengan lembut, lalu berbisik, “Maafkan aku… aku harus pergi.” ucap Jaka berpamitan
Jaka menyelipkan surat kecil di atas dada Dinda.
"Aku mencari Apel Emas. Untuk kesembuhan guru Boris. Tunggu aku kembali, Dinda. Dan malam itu akan jadi milikmu lagi. Sepenuhnya
Hutan yang dikabarkan menyimpan Apel Emas tampak seperti rimba biasa. Tapi begitu Jaka menginjakkan kaki ke dalam, hawa dingin menyambut. Kabut menyelimuti. Suara-suara aneh menggema dan seakan membekukan jiwa.
" jakaaaaa"
Suara menggema lembut namun menusuk. Dari balik kabut muncul seorang wanita—berbaju hijau, tubuhnya semampai, kulitnya pucat dan matanya menyala keperakan. Di belakangnya melayang ular-ular kabut dengan kepala manusia.
" siapa kau!" teriak Jaka sambil memasang ajian Gembolo Geni
“Aku Sura Ningrat. Penjaga Apel Emas. Jika ingin melewati hutanku... bayar dengan satu malam kenikmatan,” ucapnya sambil menjilat bibirnya, dengan gerakan menggoda, ia menyingkapkan. Kain yang menutupi pahanya hingga kini paha putih mulusnya terlihat
Jaka menyipitkan mata. “Aku bukan budak nafsu !" Tolak Jaka tegas
“Tapi tubuhmu berkata lain…” desahnya manja , lalu menyentuh dadanya sendiri. Kabut pun menari membentuk tubuh wanita yang tak mengenakan apa-apa, memeluk tubuh Jaka.
Tubuh Jaka bergetar. Ajian pelindungnya nyaris tak mempan menahan godaan kabut itu. Namun…
“Ajian Gembolo Geni!"
Teriak Jaka keras
Sinar terang muncul dari tubuh Jaka. Kabut terbakar. Sura Ningrat mendesis.
“Bagus. Kau lulus dari cobaan pertama. Tapi selanjutnya… akan jauh lebih menyakitkan " desis Sura lalu menghilang menjadi Asap
Jaka berdiri di hadapan air terjun merah darah. Di baliknya, gua tempat tumbuhnya Apel Emas tersembunyi. Tapi di depannya telah menunggu sesosok pria tua bertelanjang dada, dengan pedang hitam yang menggantung di punggungnya.
“Namaku Tapak Kelana, dan aku juga butuh ,kau tak layak menyentuh Apel itu.” ucapnya dan tanpa aba-aba, Tapak Kelana melesat menyerang Jaka
Wuuut
Jaka menghindar hingga hingga serangan pedang Tapak Kelana mengenai pohon di sisi Jaka
BRAAK!
Swiiing
Pedangnya Tapak kelana kembali membelah udara, memaksa Jaka mundur. Pertarungan berlangsung cepat, saling mengunci jurus. Ajian Gelap Ngampar bertemu dengan jurus Tapak Langit Hilang.
“ Ajian Gelap Ngampar, !" Teriak Jaka
" ajian Tapak Langit
Langit bergemuruh petir mulai menyambar nyambar saat Jaka mengerahkan ilmu ajiannya , namun Tapak Kelana membuka telapak tangannya ,
Satu bayangan telapak Tangan menggenggam semua petir Jaka
“Tubuhmu kuat, tapi hatimu masih diganggu cinta…” ejek Tapak Kelana
Namun Jaka tersenyum. “Cinta yang membuatku melampaui batas.” tegasnya
Dengan satu putaran Ajian Gembolo Geni Jaka melompat, melesat ke udara dan menyabetkan Cambuknya
" jurus Cambuk Kehancuran!"
wuuuut
dhuaaaar
Serangan itu menghantam Tapak Kelana langsung ke tanah. tubuh Tapak Kelana terpental ia meringis ,dan berkata
“Kau layak... ambil Apel itu. Tapi ingat… setelah aku sembuh aku akan menantangmu lagi!" ucap Tapak Kelana , lalu melesat cepat dan Jaka tak keburu mengejar
⚫⚫⚫⚫⚫⚫
di dalam goa Jaka mengagumi pohon apel Emas itu
Pohon itu bersinar lembut. Buah emasnya tergantung hanya satu. Saat Jaka memetiknya, pohon itu mengeluarkan suara...
“Jika kau gunakan untuk kebaikan… kau selamat. Tapi jika demi dendam, buah ini akan membunuhmu.”
Jaka menggenggam erat. “Ini untuk guruku… dan untuk melindungi cinta yang kupilih.”
Saat Jaka keluar dari goa, langit kembali cerah. Tapi dari kejauhan…
Langkah kaki tanpa suara muncul. Siluman berjubah putih, bermata tiga dan tanpa mulut, berdiri di tengah jalan. Ia adalah Bayangan Kesucian, warisan terakhir yang akan datang menguji bukan kekuatan, tapi kesucian jiwa Jaka…
Bayangan Kesucian berdiri diam di tengah jalan. Sosoknya seperti manusia, tapi tak memiliki mulut. Kulitnya putih pucat, dengan tiga mata membentuk segitiga di wajahnya—mata kebenaran, mata rasa, dan mata takdir.
Jaka berdiri tak jauh di depannya, tombak naga di tangan kanan, cambuk Gembolo Geni melilit di pinggangnya. Napasnya berat. Apel Emas tergenggam dalam kantong kulit di balik bajunya.
Lalu…
Bayangan Kesucian membuka satu mata , mata kebenaran.
Tiba-tiba dunia di sekeliling Jaka memudar.
Ia melihat dirinya... membunuh. Tubuh-tubuh musuh masa lalu mTanduk Empat, Brana Kurawa, Balin—semua jatuh dengan darah dan jeritan.
“Kau menyebut dirimu penyelamat… tapi tanganmu berdarah,” bisik suara yang bergema dari dalam kepalanya.
Jaka berlutut.
“Benar… aku berdarah. Tapi darah itu... kutumpahkan agar dunia tetap bernyawa!” teriak Jaka menantang.
Lalu... mata kedua terbuka: mata rasa.
Tiba-tiba, tubuh Dinda muncul. Ia menangis… berdarah. Di sisinya, sosok gurunya, Boris, terbaring tak bernyawa.
“Ini masa depan yang akan kau pilih jika terus bertarung,” bisik Bayangan Kesucian. “Kematian yang tak bisa kau hindari.”
Jaka terdiam. Matanya berkaca-kaca.
Tapi kemudian… ia menggenggam pedangnya lebih erat.
“Kalau begitu, biar aku yang mati… asal mereka hidup. Aku sudah bersumpah!” ucap Jaka mengambil keputusan
Mata ketiga terbuka—mata takdir.
Bayangan Kesucian kini berubah. Ia menjelma menjadi Jaka sendiri… namun dalam wujud putih bersih, tanpa luka, tanpa masa lalu, tanpa dosa.
“Aku adalah versi yang tak pernah jatuh. Tanpa cinta, tanpa beban, tanpa dendam. Akuilah—akulah Jaka yang lebih baik!”
Tapi Jaka justru tertawa kecil. “Kau sempurna… tapi tidak manusia.” ucap jaka
Ia berdiri, lalu mengangkat pedang birunya
“Sempurna bukan tujuanku. Aku hanya ingin… bertarung dengan seluruh jiwaku!”
Lalu… pertarungan jiwa pun pecah.
pedang bertemu pedang . Ajian demi ajian.
Ajian Gelap Ngampar versus Cahaya Putih Tanpa Nama.
Ajian Bengkeleng versus Perisai Jiwa Murni.
Langit berubah. Tanah bergetar. Tapi Jaka tak menyerah, meski luka-luka muncul di tubuhnya. Darah mengalir dari pelipis, dari dada, dari telapak tangan.
Akhirnya… Jaka melompat tinggi. Ia memusatkan seluruh jiwanya ke dalam satu jurus…
“Jurus Cambuk Gembolo Geni! Ucapnya
Cambuknya mengeras seperti tombak, menyala terang, bukan hitam, bukan putih, tapi emas hangat.
Slaaaap
Jaka menusukkan tombaknya ke dada Bayangan Kesucian dirinya sendiri dan saat itu… makhluk itu tidak hancur, tapi… menangis.
“Aku… diterima…”
Dan tubuhnya memudar, menjadi cahaya lembut yang menyatu ke dalam tubuh Jaka.
“Kau telah menyatu dengan semua bayanganmu… kau layak mewarisi kesejatian…”
Tapi tubuh Jaka terlalu lemah. Luka-lukanya parah.
Langkahnya goyah.
Tanah di bawahnya retak…
CRAAAKK!!!
“Akhh!”
Jaka berteriak kaget saat dirinya jatuh jurang menganga menelannya.
bruuugh
Aaaargh
Tubuhnya terhempas ke dasar jurang.
Buah Apel Emas terlempar… berguling… dan jatuh tak jauh dari tubuhnya yang kini terbaring penuh luka.
Sunyi.
Hanya suara angin dan desiran daun yang menyambut tubuhnya yang tak bergerak.