Eclipse, organisasi dunia bawah yang bergerak di bidang farmasi gelap. Sering kali melakukan uji coba demi mendapatkan obat atau vaksin terbaik versi mereka.
Pada awal tahun 2025, pimpinan Eclipse mulai menggila. Dia menargetkan vaksin yang bisa menolak penuaan dan kematian. Sialnya, vaksin yang ditargetkan justru gagal dan menjadi virus mematikan. Sedikit saja bisa membunuh jutaan manusia dalam sekejap.
Hubungan internal Eclipse pun makin memanas. Sebagian anggota serakah dan berniat menjual virus tersebut. Sebagian lain memilih melumpuhkan dengan alasan kemanusiaan. Waktu mereka hanya lima puluh hari sebelum virus itu berevolusi.
Reyver Brox, salah satu anggota Eclipse yang melawan keserakahan tim. Rela bertaruh nyawa demi keselamatan banyak manusia. Namun, di titik akhir perjuangan, ia justru dikhianati oleh orang yang paling dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
'Laboratorium'
Martha menghela napas lega usai mengirim pesan pada nomornya sendiri—yang saat ini ada di tangan Carlo. Butuh usaha keras untuk melakukan itu tanpa sepengetahuan Reyver.
Ia harus pura-pura sakit kepala dan meminta Reyver untuk membuatkan teh chamomile, demi mendapatkan kesempatan untuk menggunakan ponsel Reyver tanpa diketahui sang empunya.
Satu keberuntungan yang masih berpihak pada Martha, Reyver tidak mengunci ponselnya. Jadi, Martha tidak kesulitan. Mudah saja menggunakan benda itu.
Namun, ada satu hal yang tiba-tiba mengusik benak Martha, usai meletakkan kembali ponselnya ke tempat semula.
"Itu bukan ponsel yang kuberikan padanya hari lalu. Lantas, Reyver dapat dari mana lagi? Apa mungkin dia beli baru? Tapi, dapat uang dari mana?" batin Martha bertanya-tanya.
Terus terang masih banyak kejanggalan yang membuat Martha penasaran. Bahkan, pelariannya dari Eclipse semalam, juga masih menyisakan tanda tanya besar.
Bagaimana bisa seorang Reyver membobol sistem keamanan Eclipse, lalu membawa lari tawanan dengan begitu mudahnya. Hendak berpikir bahwa itu sekadar jebakan Carlo, tetapi buktinya sampai siang ini, tidak ada tanda-tanda kedatangan orang Eclipse di laboratorium pinggiran kota tersebut.
Itu sebabnya Martha sengaja mengirim pesan, untuk memberikan informasi di mana lokasi mereka saat ini. Berjaga-jaga andai nanti dirinya gagal menghabisi Reyver, setidaknya Carlo akan mengirimkan bala bantuan untuk melumpuhkan orang yang sangat berbahaya bagi Eclipse itu.
"Apa rasa pusingnya bertambah?"
Pikiran Martha buyar seketika. Ia menoleh ke arah pintu dan menatap sang kekasih sudah datang sambil membawa secangkir teh chamomile.
"Tidak. Hanya saja ... belum sepenuhnya berkurang," jawab Martha sengaja berdusta.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kepalanya, semua baik-baik saja. Terlebih setelah Reyver memberinya vitamin sebelum beristirahat tadi, makin bugar saja. Namun, demi memuluskan sebuah misi, harus ada trik licik yang dimainkan.
"Setelah ini beristirahatlah lagi. Aku akan kembali ke dapur dan membuat sesuatu untuk makan siang kita nanti. Kebetulan masih ada persediaan daging dan sedikit sayur," ucap Reyver seraya duduk di samping Martha. Menatap sang kekasih sambil membelai rambutnya yang agak kusut.
"Iya." Martha tersenyum tipis. Lantas menunduk dan meneguk teh di tangannya.
Sesaat kemudian, suasana mendadak hening. Reyver tidak mengucap kata lagi, sedangkan Martha juga pura-pura sibuk dengan tehnya. Tidak ada interaksi lisan di antara mereka, sekadar tangan Reyver yang tak henti mengusap kepala dan juga bahu Martha.
"Rey ...," panggil Martha.
Reyver menggumam pelan, lantas diam dan menunggu sang kekasih membuka suara lagi.
"Kamu belum menjelaskan apa pun padaku," lanjut Martha.
Semalam ia sempat bertanya tentang semuanya; keluarga Reyver yang katanya jatuh, cara Reyver menerobos Eclipse, dan virus yang katanya sudah dibawa pergi. Namun, Reyver belum memberikan jawaban apa pun. Lelaki itu sekadar meyakinkan Martha bahwa semuanya baik-baik saja.
"Kesehatanmu kurang baik, jangan pikirkan yang macam-macam dulu. Istirahat saja dan serahkan semuanya padaku. Percayalah, Martha, lelakimu ini tidak akan membiarkanmu menderita. Masa depan yang pernah kujanjikan, dalam waktu dekat akan kuberikan padamu."
Sebuah jawaban yang manis. Namun, tak lantas membuat Martha puas karenanya. Sebab memang bukan hal itu yang dia inginkan. Dia ingin rahasia dan trik yang digunakan Reyver, agar Eclipse punya celah untuk menggagalkan apa yang Reyver rencanakan.
"Aku justru semakin terbebani jika kamu tidak mau menjelaskannya sekarang, Rey. Bukannya aku tidak percaya dengan kemampuanmu dalam melawan Tuan Carlo, aku hanya khawatir. Aku takut kamu terlalu nekat dan pada akhirnya akan berakibat fatal pada dirimu sendiri, Rey. Karena aku juga paham sekejam apa Tuan Carlo. Aku tidak rela jika kau banyak terluka karenanya."
Mendengar ucapan Martha yang sangat ingin tahu, Reyver tidak bisa menutupinya lagi, pun tak bisa menundanya. Detik itu pula ia jelaskan semuanya.
Dari pertama kali ia mengetahui bahwa ponsel sudah disadap, kemudian datang ke Eclipse dan membobol sistem keamanannya. Ia jabarkan bagaimana caranya menghilangkan jejak di bandara, lantas sedikit gila membunuh dan mengambil paksa mobil orang tanpa rencana, guna dijadikan sarana untuk sampai ke Eclipse dalam waktu singkat. Reyver mengaku pula bahwa ponsel yang ia miliki saat ini adalah barang curian.
Selain itu, Reryver juga menjelaskan bagaimana sulitnya mengendap-endap ke laboratorium dan mengambil virus yang asli. Butuh waktu yang lama karena harus memeriksanya terlebih dahulu. Carlo yang licik meletakkan beberapa virus yang serupa di beberapa titik, mungkin untuk menjebaknya.
"Sejak datang pertama kali, sebenarnya aku tidak pernah pergi dari Eclipse. Aku sembunyi di sana. Andress saja yang bodoh dan tidak bisa menemukanku. Tapi, semalam aku sengaja membuat jejak seolah-olah pintu gerbang dirusak dari luar, agar Carlo tetap percaya jika sebenarnya aku sempat pergi."
"Kenapa begitu?" tanya Martha.
"Agar dia kesulitan melacak keberadaanku."
Kendati tidak terlalu paham dengan jalan pikiran Reyver dalam hal ini, tetapi Martha tidak bertanya lebih lanjut. Ia justru fokus dengan virus yang diklaim asli. Martha bertanya dan memastikan sekali lagi bahwa Reyver tidak keliru.
"Aku sangat yakin, Martha. Komposisinya sama persis. Dan dibandingkan botol virus lainnya, virus yang kubawa ini tempat penyimpannya paling rapi dan paling sulit dijangkau. Jadi, aku yakin memang ini yang asli."
"Lantas, setelah ini apa rencanamu?"
"Nanti aku akan menjinakkannya, setelah membuat makan siang untuk kita, Ibu, dan Emily. Sekarang, virusnya masih kusimpan di laboratorium."
Martha tidak berekspresi, tetapi ia merekam jelas jawaban barusan. Virus ada di laboratorium. Kunci dari semuanya. Tinggal menunggu Reyver lengah dan dia akan mengambilnya untuk Tuan Carlo.
"Lalu tentang keluargamu?" tanya Martha.
"Pasti baik-baik saja."
"Tapi ... kata Tuan Carlo ...."
Reyver tersenyum. "Papa dan kakakku pasti bisa mengatasi semua masalah yang terjadi, seberat apa pun itu. Jadi, tidak usah risaukan lagi. Percayakan saja pada mereka."
Martha mengangguk-angguk, meski dalam hati sedikit menertawakan kenaifan Reyver. Terlalu enteng menganggap Carlo, sampai-sampai seyakin itu pada kemampuan keluarganya yang tidak seberapa. Ah, kasihan sekali. Namun, mau bagaimana lagi. Reyver sendiri yang keras kepala dan sangat bodoh menolak kekuasaan yang ditawarkan Eclipse.
"Rey, kamu bisa melakukan ini semua, apakah ada orang Eclipse yang membantumu?" selidik Martha.
Reyver menarik napas panjang. "Sejak Francessco lebih berpihak pada Carlo, dan Andress juga tidak bisa diharapkan lagi setelah membantumu mengeluarkanku malam itu, kini hanya tinggal satu orang yang berpihak padaku, Martha. Tidak ada yang lain lagi."
Martha tersenyum canggung. Ternyata sebesar itu kepercayaan Reyver terhadapnya, tetapi tanpa lelaki itu ketahui, sebenarnya ia pun lebih berpihak pada Carlo.
"Kamu sendiri yang mengatakannya padaku, Rey, apalah artinya cinta dibanding keselamatan jutaan manusia. Aku hanya ingin meralatnya sedikit, apalah artinya cinta dibandingkan harta dan kekuasan. Maafkan aku, Rey, tampaknya aku juga akan membuatmu kecewa," batin Martha.
Bersambung...